Ustaz, Kyai: Sebutan di Persia, Pakistan, dan Indonesia

Sastrawan dan Guru Besar Falsafah kebudayaan Islam Universitas Paramadina, Prof DR Abdul Hadi WM, mengatakan di banyak wilayah kata ustaz dan kyai sudah akrab dipanggil sebagai sebutan untuk orang yang terhormat. Namun, kalau secara detil dikaji panggian ini unik. Sebab, ternyata tak terbatas kepada sosok pengajar atau orang yang paham secara keagamaan Islam saja, seperti  dalam pemahaman yang lazim di Indonesia.

‘’Bahkan di Persia  pada zaman dahulu (Iran, sekarang) pelukis dan seniman kaligrafi sering dipanggil ustaz. Hal yang sama juga terjadi di Pakistan. Penyanyi dan musikus sufi juga dipanggiil ustaz,’’ kata Abdul Hadi WM, di Jakarta, (21/9).

Bukan hanya itu, lanjut Abdul Hadi, dalam bahasa Inggris kedudukan ustadz sama dengan ‘master’. Mereka di sapa begitu sebagai orang yang melahirkan karya-karya yang bermutu  atau karya ‘masterpice’.

Salah satu contohnya adalah seniman dan penyanyi sangat kondang di Paskitan, yakni Nusrat Fateh Ali Khan. Dia di kalangan orang Pakistan dipanggil ustaz. Apalagi nyanyain Qawali yang dibawakannya, lazim pula atau akrab dikalangam penganut tarikat sufi. Namanya pun akui kalangan musik dunia. Nusrat pernah konser di Wembley, Inggris. Dan pernah berkolaborasi dan mengeluarkan album dengan dedengkot musik Genesis, Peter Gabriel.

“Seniman musik di Pakistan memanggil master Nusrat atau ustaz. Selain itu mereka yang dipanggil ustaz di negara lain juga melahirkan beberapa karya gemilang cabang ilmu agama seperti tasawuf, ilmu kalam, dan falsafah. Di Persia misalnya ada pelukis yang dipanggil ustaz, yakni Ustadz Bihzad,’’ ujarnya.

Khusus di Indonesia, kata Abdul Hadi, beberapa orang yang pengetahuan agamanya sebenarnya belum sekeranjang penuh, karena sering tampil layar TV dan publik, sering dengan mudahnya dipanggil pula ustaz. “Padahal pengetahuan mereka hanya secuil, misalnya dibandingkan pengetahuan ustadz Abdul Somad atau KH Mustiafa Bisri,’’ katanya.

Bagaimana dengan sebutan kiai yang populer dan lazim di Indonesia? Abdul Hadi menjawab itu merupakan panggilan kultural. Dalam budaya Jawa sebutan kyai tersebut adalah untuk menyebut sosok yang dihormati atau dimuliakan. Dan peruntukan panggilan itu biasa disematkan kepada manusia, hewan (ada kerbau kyai Slamet), keris (kyai Sengkelat), tempat (kyai Merapi), gamelan (kyai guntur madu), dan lainnya.

“Jadi kyai panggilan kultural tak sebatas hanya dalam kaitannya dengan agama (fiqh) semata. Di Indonesia juga ada sebutan yang sejenis dengan kyai, yakni Jawa Barat  (budaya Sunda) ada panggilan ajengan. Di Sumatra Barat (budaya Minangkabau) ada panggilan buya),’’ tegasnya.

 

REPUBLIKA