Yulius Patianan Bersyahadat Karena Bawakan Lagu Religi

Cukup panjang usaha Yulius Patianan, mualaf asal Lampung, mencari kebenaran. Upayanya tidak sia-sia, ia temukan kebenaran hakiki pada Islam.

Pemuda yang kini bekerja sebagai seorang wiraswasta ini memutuskan untuk memeluk Islam setelah ia membandingkan tata cara peribadatan seorang Kristiani dengan seorang Muslim. Menurutnya, tata cara peribadatan seorang penganut Kristen sangat berbeda dengan seorang Muslim.

Bila seorang Muslim ketika hendak melakukan shalat, hal utama yang harus dilakukan adalah bersuci dengan mengambil air wudhu, terbebas dari hadas besar dan hadas kecil yang ada pada diri dan pakaiannya, sedangkan seorang penganut Kristen ketika hendak beribadah tidak ada hal demikian.

“Saat saya masih beragama Kristen dulu, saat ingin berangkat ke gereja, saya tidak pernah bersuci, bahkan pernah juga datang dalam keadaan pakaian yang tidak bersih dan terkena najis. Lebih lagi ketika masuk ke gereja, semua kami masuk tanpa melepaskan alas kaki walaupun terkadang tidak jarang alas kaki yang kami kenakan menginjak kotoran ketika berangkat ke gereja.”, ucap Yulius seperti dilansir Pesantren Mualaf Annaba Center, Ahad (21/6).

Yulius mengaku, perbandingan yang ia lakukan tidak datang begitu saja. Berawal ketika ia bersama temannya diminta untuk mengisi sebuah acara Isra’ Mi’raj di sebuah masjid yang ada di sebuah desa ketika ia berada di Lampung.

Yulius yang masih beragama Kristen ketika itu tentu merasa aneh ketika ia diminta untuk memainkan lagi-lagu Islami bersama teman-teman satu bandnya. Namun, karena alasan pekerjaan ia pun kemudian mengamini permintaan yang ditujukan kepada ia dan rekannya itu.

Singkat cerita, melalui hal inilah Yulius terketuk hatinya untuk kemudian berkeinginan membandingkan Islam dengan Kristen. “Saya sudah dua tahun membandingkan antara Islam dengan Kristen dari berbagai hal sejauh yang saya mampu. Selama dua tahun itu pula saya merasakan keraguan yang teramat sangat, hingga akhirnya setahun belakangan ini saya tidak lagi melakukan kebaktian di gereja.”, jelas Yulius.

Akhirnya, setelah sekian lama Yulius melakukan perbandingan, ia pun memutuskan untuk memeluk Islam. Tepat pada dua hari menjelang ramadhan, ia mengucapkan kalimat syahadat di hadapan ustadz Syamsul Arifin Nababan yang dipandu oleh ustadz Dr. Daud Rasyid.

Setelah mengucapkan kalimat syahadat, ia pun mengganti namanya menajadi Abdurrahman sebagai nama yang akan memberikan keberkatan karena artinya adalah hamba yang pengasih, yang menjadi doa bagi dirinya. Ia pun diberi penjelasan mengenai berbagai kewajiban serta larangan yang ada dalam agama Islam, seperti penjelasan mengenai rukun Islam dan larangan melakukan dosa-dosa besar serta lainnya.

Kiai Nababan berpesan kepadanya agar belajar Islam dengan giat, supaya mampu memahami Islam dengan baik. Beliau juga berpesan, pesantren An-Naba Center Indonesia membuka pintu yang selebar-labarnya bagi Yulius agar belajar Islam di pesantren mualaf ini.

“Yulius, kamu harus belajar Islam dengan sungguh-sungguh supaya dapat memahami Islam dengan baik. Kita semua yang hadir di sini juga harus demikian, ketika kita memutuskan untuk menjadikan Islam sebagai satu-satunya agama yang benar, maka kita harus masuk Islam secara kaffah, total.”, ucap kiai.

Kini, di tengah-tengah kesibukannya sebagai seorang wiraswasta, Yulius berupaya semaksimal mungkin mempelajari Islam.

sumber: Republika Online