Nabi Sulaiman As

8 Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam dan Burung Hud-Hud

Allah Ta’ala Yang Maha Pemurah menganugerahkan kepada Nabi Sulaiman Bin Daud ‘alaihimassalam kenabian, mewarisi ilmu, nubuwah dan kerajaan ayahnya. Bahkan Allah Yang Maha Pemurah memberikan tambahan baginya kerajaan yang besar yang belum pernah dimiliki siapa pun sebelum ataupun sesudahnya.

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Dia (Sulaiman) berdoa: “Ya Rabku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang-pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”
(QS. Shad: 35).

Doa yang dipanjatkan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam ini, telah dikabulkan dan diijabah oleh Allah Ta’ala sehingga beliau dapat memiliki semua yang diingininya. Sebagai catatan penting, doa ini bagian dari mukjizat beliau (Nabi Sulaiman), maka tidak berlaku untuk yang lain. Sehingga orang lain tidak boleh menjadikannya sebagai doa, baik tujuannya untuk mendapatkan kekuasaan atau memperlancar rizki atau tujuan lainnya.

Pelajaran Dari Al-Qur’an

Aqidah Islam menjelaskan bahwa hewan-hewan yang ada di sekitar kita mengenal Allah ‘Azza Wa Jalla dan suka memuji-Nya. Dari Al-Qur’an kita mengenal kisah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam ini, kita tahu bahwa ternyata hewan juga mengenal Allah Ta’ala sebagai Rabbnya dan mereka suka bertasbih kepada-Nya. Yaitu dari kejadian burung Hud Hud yang melihat peribadatan Ratu Saba’ dan rakyatnya, yang tidak ditujukan kepada Allah Yang Maha Esa, tetapi menyembah matahari.

Suatu ketika Nabi Sulaiman ‘alaihissalam ingin memeriksa pasukan-pasukannya. Beliau sendiri terjun langsung di lapangan, dan hal ini menunjukkan satu bentuk kebaikan dan ketelitian pengaturan beliau, dimana beliau sendiri yang langsung turun tangan memeriksa pasukannya tanpa diwakilkan, Padahal sudah ada masing-masing yang menjadi pengawas mereka. Maka sampailah beliau di kelompok pasukan burung, namun beliau tidak mendapati burung Hud-hud.

Allah Ta’ala menceritakan hal ini dalam Al-Qur’an ketika Nabi Sulaiman ‘alaihissalam tidak melihat burung Hud Hud, beliau berkata,

مَا لِيَ لَآ أَرَى ٱلۡهُدۡهُدَ أَمۡ كَانَ مِنَ ٱلۡغَآئِبِينَ

“Mengapa aku tidak melihat Hud hud, apakah dia temasuk yang tidak hadir?”
(QS. an-Naml: 20).

Kemudian Nabi Sulaiman ‘alaihissalam mengancam burung Hud-hud, karena telah menyelisihi perintahnya, yaitu tetap berada dalam pasukan. Namun karena kerajaannya ditegakkan di atas keadilan, beliau tidak langsung memberikan hukuman tanpa alasan jelas, tapi beliau menyebutkan pengecualian. Allah Ta’ala berfirman menceritakan hal ini :

لَأُعَذِّبَنَّهُۥ عَذَابٗا شَدِيدًا أَوۡ لَأَاْذۡبَحَنَّهُۥٓ أَوۡ لَيَأۡتِيَنِّي بِسُلۡطَٰنٖ مُّبِينٖ (21) فَمَكَثَ غَيۡرَ بَعِيدٖ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ وَجِئۡتُكَ مِن سَبَإِۢ بِنَبَإٖ يَقِينٍ (22) إِنِّي وَجَدتُّ ٱمۡرَأَةٗ تَمۡلِكُهُمۡ وَأُوتِيَتۡ مِن كُلِّ شَيۡءٖ وَلَهَا عَرۡشٌ عَظِيمٞ (23) وَجَدتُّهَا وَقَوۡمَهَا يَسۡجُدُونَ لِلشَّمۡسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ فَصَدَّهُمۡ عَنِ ٱلسَّبِيلِ فَهُمۡ لَا يَهۡتَدُونَ (24) أَلَّاۤ يَسۡجُدُواْۤ لِلَّهِ ٱلَّذِي يُخۡرِجُ ٱلۡخَبۡءَ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَيَعۡلَمُ مَا تُخۡفُونَ وَمَا تُعۡلِنُونَ (25) ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ۩ (26) قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ (27)

“Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”. Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ´Arsy yang besar”. Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.”
(QS. An-Naml: 21-27).

Lihatlah! Bagaimana dalam kesempatan itu, burung Hud Hud beralasan tidak berada dalam pasukan karena datang membawa berita besar. Burung ini menyampaikan kepada Nabi Sulaiman ‘alaihissalam tentang penguasa negeri Yaman, seorang ratu. Dan ratu itu dianugeahi segala yang dibutuhkan oleh seorang penguasa, bahkan mempunyai singgasana yang besar.

Burung Hud Hud ternyata bukan hanya memahami kerajaan dan kekuatan mereka, tetapi juga mengerti apa yang menjadi keyakinan rakyat Saba’. Mereka adalah orang-orang yang musyrik, menyembah matahari. Burung Hud Hud dengan tegas mengingkari kesyirikan yang mereka lakukan.

Mutiara Berharga

Imam al-Qurthubi rahimahullah, seorang pakar tafsir di zamannya berkata:

في هذه الآية دليل على تفقد الامام أحوال رعيته والمحافظة عليهم. فانظر إلى الهدهد مع صغره كيف لم يخف على سليمان حاله فكيف بعظام الملك. ويرحم الله عمر فإنه كان على سيرته قال: لو أن سخلة على شاطئ الفرات أخذها الذئب ليسأل عنها عمر

“Pada ayat ini terdapat dalil bahwa hendaklah seorang pemimpin meninjau dan memeriksa keadaan-keadaan rakyatnya serta menjaga mereka. Lihatlah burung Hudhud yang amat kecil tubuhnya, seorang Nabi Sulaiman pun tidak luput darinya perihal kondisinya. Maka bagaimana dengan perkara-perkara yang lebih besar darinya. Semoga Allah merahmati Umar, karena sesungguhnya dalam sirah kehidupannya dia pernah berkata: “Andaikan saja seekor anak domba yang berada di tepi sungai Eufrat di makan oleh seekor serigala, sungguh Allah akan menanyakannya pada Umar”.
(lihat Tafsir al-Qurthubiy, 13/178).

Beberapa faidah berharga yang bisa dipetik dari kisah ini, di antaranya;

1. Sikap Nabi Sulaiman ‘alaihissalaam yang memeriksa rakyatnya dari kalangan burung menunjukkan bahwa hendaklah setiap pemimpin meninjau dan memeriksa langsung keadaan rakyat-rakyatnya serta menjaga mereka dari segala bentuk keburukan.

2. Mengunjungi rakyat untuk mengetahui keadaan rakyat (blusukan) hendaklah tidak dicampuri oleh kepentingan tertentu demi meraih kekuasaan, melainkan timbul dari rasa takutnya kepada Allah Ta’ala. Sehingga tatkala kekuasaan telah diraih, dia tidak lupa untuk terus meninjau keadaan rakyatnya, baik melalui menteri-menterinya atau orang-orang kepercayaannya.

3. Nabi Sulaiman ‘alaihissalaam menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Dia memeriksa pasukan burung, karena mereka adalah bagian dari rakyatnya. Oleh karenanya, hendaklah para orang tua (bapak dan ibu) mencontoh sikap Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dan mengaplikasikan hal ini dalam kehidupan mereka terhadap anak-anaknya. Yaitu agar mereka selalu memperhatikan, memeriksa dan mengawasi tumbuh kembang kehidupan anak-anaknya. Sebab anak-anak itu adalah amanah bagi mereka.

4. Perkataan burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman alaihissalam “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya”, hal ini menunjukkan beberapa poin penting:

a. Para Nabi tidak mengetahui ilmu ghaib. Berita-berita ghaib yang mereka sampaikan adalah wahyu dari Allah Ta’ala untuk disampaikan kepada umatnya. Adapun ilmu ghaib dari keahlian mereka sendiri, maka hal itu tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan perkataan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam“Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta”.

b. Kebenaran dapat diambil dari siapapun yang menyampaikannya tanpa memandang suku, komunitas, tinggi rendahnya kedudukan seseorang, atau tingkat keilmuan seseorang. Selama sesuatu yang disampaikan adalah kebenaran, maka ia harus diterima.

c. Bolehnya mencontoh keindahan akhlak dan adab para hewan sebagai pembelajaran atau pengetahuan untuk kita.

d. Tidak boleh merendahkan orang-orang yang lebih rendah kedudukannya dari kita, bahkan hendaklah kita menerima nasehat mereka ketika mereka memberi nasehat, dimana hal itu demi kebaikan diri kita.

5. Perkataan burung Hud-hud “Dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini”, menunjukkan ketelitian burung Hud-hud dalam menyampaikan berita. Hal ini mengajari kita agar bersikap hati-hati dalam menyampaikan berita serta menjaga sikap kejujuran, utamanya yang berkaitan dengan agama dan kehormatan seseorang. Jangan menyebarkan berita dusta, hoax, dan semisalnya. Sebab hal ini merupakan sesuatu yang harus dipertanggung jawabakan di hadapan Allah Ta’ala kelak.

6. Perkataan burung Hud-hud “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah)”, menunjukkan ketulusan dan keikhlasannya dalam mentauhidkan Allah Ta’ala Yang Maha Esa, serta ghirahnya (rasa cemburu dan bersemangat) untuk mengubah kemungkaran yaitu syirik.

Hal ini menunjukkan bahwa hewan-hewan itu sesungguhnya mengenal Rabb Yang menciptakan, memberi dan mengatur rezeki) mereka, di mana mereka juga bertasbih memuji dan mentauhidkan-Nya. Mereka mempunyai rasa cinta kepada orang-orang yang beriman dan mereka juga taat kepada Rabbnya. Bahkan mereka juga membenci orang-orang kafir dan orang yang mendustakan ajaran Allah dan para rasul-Nya. Mereka tunduk kepada Allah Ta’ala dengan sikap ini. Ketikdakpahaman seseorang pada tauhid akan menjadikan dirinya lebih rendah dari binatang.

7. Makhluk Allah yang rendah kedudukannya di mata manusia, akan Allah Ta’ala agungkan kedudukannya, ketika dia mentauhidkan Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya. Hal ini sebagaimana burung Hud-hud yang kecil. Ketika dia memiliki ghirah terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah Ta’ala, maka Allah ‘Azza Wa Jalla muliakan dia dengan mengabadikan kisahnya di dalam al-Qur’an sebagai pembelajaran untuk setiap manusia.

8. Perkataan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam“Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta”, menunjukkan kehati-hatiannya dalam menerima berita walau ia tahu bahwa burung Hud-hud telah memperlihatkan ketakwaan dan ketauhidannya kepada Allah Ta’ala. Hal ini mengajarkan kepada kita untuk selalu berhati-hati dalam menerima berita dan memperhatikan kebenarannya. Hendaklah kita tidak mudah menerima berita dan untuk selalu memastikan kebenarannya ketika datang berita kepada kita yang berkaitan dengan agama dan kehormatan seseorang atau suatu kaum. Tingginya seseorang dalam menjaga tauhidnya, tidak lantas menjadikan perkataannya untuk selalu dibenarkan ketika ia membicarakan agama dan kehormatan suatu kaum. Hal ini ditunjukkan oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang menyikapi burung Hud-hud, dimana ia telah mengetahui ghirah burung Hud-hud itu dalam menjaga tauhidnya kepada Allah Yang Maha Esa.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Sabtu, 15 Shafar 1442 H / 03 Oktober 2020 M

BIMBINGAN ISLAM