Kiat Menjadi Istri Yang Menawan (Bagian 2)

Lanjutan dari Kiat Menjadi Istri Yang Menawan

 

Tiada satu pun dari apa yang diperintahkan Allah Ta’ala kepada kita kecuali mengandung hikmah dan rahasia di dalamnya.

Allah Ta’ala memerintahkan kepada kaum wanita muslimah untuk selalu memakai jilbab. Banyak kalangan menentang perintah berjilbab ini dengan alasan berjilbab akan merusak rambut.

Tetapi nyatanya tidak demikian, bahkan jilbab dapat melindungi kesehatan rambut.

Riset dan penelitian ilmiah menunjukkan bahwa gelombang udara dan sinar matahari yang langsung mengenai rambut menyebabkan rambut kehilangan kelenturan dan kemilaunya, sehingga rambut tampak kaku dan kusut.

Riset juga membuktikan bahwa udara bebas tidak memiliki pengaruh terhadap nutrisi rambut, karena rambut-rambut lembut yang tumbuh di kepala hanyalah sebentuk sel-sel semi hidup yang memiliki saluran masuk ke dalam kulit.

Rambut-rambut ini memanjang kira-kira setengah milimeter perhari berkat nutrisi dari darah dalam kulit.

Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa secara umum kesehatan rambut mengikuti kesehatan tubuh.

Apapun yang memengaruhi kesehatan tubuh, seperti sakit dan kekurangan gizi juga berpengaruh pada lemahnya rambut.

Saat memakai jilbab hendaklah kamu berkeramas dua atau tiga kali dalam seminggu dengan melihat tingkat minyak yang ada di kulit kepala.

Maksudnya, jika kulit kepala berminyak maka hendaknya keramas tiga kali dalam seminggu. Jika tidak demikian maka cukup dua kali berkeramas dalam seminggu.

Keramas hendaknya tidak kurang dari hitungan di atas, karena setelah tiga hari minyak kepala telah berubah kecut dan menyebabkan rambut menjadi kusut.

Di samping itu semua, hendaklah kamu membiasakan tersenyum karena senyum adalah rahasia daya tarik wanita.

Lazim diketahui bahwa senyuman merupakan rahasia daya tarik seorang wanita. Senyuman mampu memasukkan kebahagiaan dan ketenangan ke dalam jiwa suaminya.

Senyuman dapat menjadikan seorang perempuan lebih menarik dan lebih muda di mata orang lain. Tetapi hendaknya gusi dan gigi dalam keadaan sehat.

Jika tidak, maka senyuman akan menjadi bumerang dan tidak sesuai dengan tujuannya.

Bahkan, senyuman itu memperburuk citranya dan menggoyahkan kepercayaan dirinya.

Semakin uzur usia sesorang biasanya warna gigi juga berubah, sebagaimana merokok, makanan dan minuman juga memiliki pengaruh negatif terhadap warna gigi.

Untuk itu, sebagian ahli kesehatan dan kecantikan menyarankan agar seorang perempuan memperhatikan giginya, agar senyumannya lebih cantik dan lebih menarik.

Demikian dikutip dari buku Kuni Aniqah yang ditulis oleh Shafa Syamandi.

 

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Kiat Menjadi Istri yang Menawan

Menarik dan menawan hati suami bukan diperoleh dari paras istri yang cantik semata. Tetapi lebih pada cara dan sikap yang nampak dalam pelbagai kesempatan dan kondisi.

Sifat-sifat yang menonjol yang dapat menarik simpati dan hati suami antara lain; kelincahan, cara berjalan, duduk, cara memakan makanan, cara berbicara, suara yang halus, percaya diri dan menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi simpati.

Jika semua ini telah dikuasai sepenuhnya maka seorang wanita bisa menjadi istri yang selalu menarik selamanya.

Sekarang marilah kita menggali sarana-sarana untuk menjadi seorang istri yang menarik dan istri idaman.

1. Lincah

Kelincahan termasuk faktor-faktor yang dapat menambah nilai kecantikan. Gerakan lincah juga meliputi cara berjalan.

Saat berjalan hendaknya tegak, kedua pundak dalam kondisi siap, kepala dan pandangan mata lurus ke depan, langkah tidak lebar dan tidak melipat lutut saat berjalan.

2. Cara Duduk

Saat duduk hendaknya posisi punggung dalam keadaan tegak dan merapatkan kedua lutut dan kedua kaki lurus di depan kursi.

3. Tertawa

Tertawa seorang wanita memiliki kaedah-kaedah tertentu; gigi harus putih bersih, memerhatikan keindahan bibir dan juga tidak dibuat-buat.

Jangan sekali-kali tertawa sendiri di depan orang banyak, karena terkadang mereka menganggapmu meremehkan dan menertawakan mereka. Hal ini yang paling besar menghilangkan daya tarikmu.

4. Gerakan Kedua Tangan Saat Berbicara

Awas, gerakan kedua tangan saat kamu berbicara dapat mengurangi simpati lawan bicara kepada anda.

Jangan sering-sering merapikan rambutmu dengan kedua tanganmu saat kamu bersama temanmu.

Jangan sekali-kali menggigit-gigit ujung jarimu seakan berpikir keras atau bahkan mau memotong kukumu.

Termasuk hal-hal lain yang dapat mengurangi rasa simpati kepadamu adalah menggaruk-garuk bagian tubuh, maju mundur saat tertawa dan berbicara dengan suara keras.

Terakhir, agar kamu dapat menjadi pribadi yang menarik maka hendaknya kamu percaya diri, tenang dan tidak canggung.

Buanglah jauh-jauh perasaan bahwa tindak-tandukmu menjadi sorotan orang-orang di sekelilingmu dan ambillah napas dalam-dalam.

Hal ini dapat menurunkan tensi darah, sehingga kamu dapat mengatasi semua dengan tenang dan tidak gugup. Jika semua hal ini bisa kamu jalankan maka selamanya kamu dapat menarik simpati orang lain.

 

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Kiat Menjadi Suami Istri yang Romantis (Bagian 2)

Lanjutan dari Kiat Menjadi Suami Istri yang Romantis

4. Menyiapkan rumah tinggal dari waktu ke waktu agar sinergi dengan malam-malam romantis yang dapat menyenangkan suamimu.

5. Meletakkan aneka warna bunga di setiap sudut rumah dan membiarkannya untuk berbicara dengan bahasa harumnya tentang makna cinta yang tiada tara.

6. Menyalakan lilin-lilin kecil dan menatanya dengan seni tinggi sehingga menambah suasana hangat nan romantis di dalam rumah.

7. Minyak wangi memiliki daya sihir yang khas untuk membangkitkan perasaan-perasaan indah dan memesona.

8. Hadiah-hadiah kecil juga memiliki karakter khusus yang dapat digunakan untuk merajut hubungan sosial secara umum dan merekatkan hubungan suami-istri secara spesifik.

Untuk itu, berikan hadiah untuk suamimu dan biarkanlah hadiah itu menceritakan seberapa besar cintamu kepadanya.

9. Menjauhkan segala hal yang dapat merusak nuansa romantismu bersama suamimu, dering telepon, mematikan HP dan mengajak anak-anak kecil ke rumah kakek-neneknya.

10. Mengingat kembali kenangan-kenangan indah pada hari-hari pertama pernikahan kalian.

11. Lakukan rekreasi berdua, hanya kamu dan suamimu saja.

12. Kamu harus mengerti bahwa romantis yang kamu bina dalam biduk rumah tangga harus berpondasi cinta dan kasih sayang antar kedua belah pihak, sebagaimana yang diajarkan oleh agama Islam.

Untuk membantu istri menjadi romantis, suami juga hendaknya mengikuti beberapa hal berikut ini:

a. Ketika kalian berdua berada di tengah-tengah kerabat, teman-teman, atau rekan kerja, maka ajaklah istrimu menjauh dan bisikkan ke telinganya dengan kata-kata lembut,

“Engkau kelihatan paling cantik di antara yang ada ini.”

b. Saat kalian berdua berjalan-jalan di pasar, berhentilah dan katakan kepada istrimu dengan penuh senyum, “Betapa aku bahagia karena engkau adalah istriku.”

c. Letakkanlah kertas undangan pernikahan kalian di dalam bingkai yang indah, lalu gantungkan di dalam kamar. Hal ini akan memberi kesan mendalam kepada istrimu bahwa kamu sangat berbangga dengan pernikahan kalian.

d. Pergunakan kata-kata cinta dalam berbagai kesempatan. Panggillah istrimu dengan nama-nama baru selain nama aslinya, seperti Honey (sayang), Habibah (kekasih), cintaku, sayangku, kekasihku, dan lain-lain.

 

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Kiat Menjadi Suami Istri yang Romantis

Secara umum, seorang wanita cenderung memiliki jiwa yang romantis. Menurut kodratnya, wanita itu adalah pribadi yang lembut, emosional dan cenderung perasa.

Tetapi, sangat disayangkan ia terkadang melupakan kodratnya saat mengarungi bahtera rumah tangga. Ia cenderung lalai terhadap watak dasar keperempuananya tersebut.

Kemudian pada suatu hari ia terkaget-kaget saat bangun dari tidur ia mendengar kabar yang intinya bahwa suaminya mencari wanita lain untuk memperbarui kehidupan romantisnya yang seakan hilang darinya.

Apakah sikap romantis ini telah memenuhi kehidupanmu? Jika tidak, maka bagaimanakah cara jitu agar sikap romantis ini kembali kepadamu?

Romantis merupakan seni hidup yang dikorelasikan dengan cara berpikir yang bercirikan inovasi, keanggunan dan cinta yang diramu dalam kehidupan nyata.

Keromantisan nampak jelas saat melakukan aktivitas tertentu dengan rileks, serius serta menambahkan bumbu keharmonisan dalam biduk rumah tangga.

Untuk para istri, berikut ini adalah kiat untuk menjadi istri romantis seperti dikutip dari buku Kuni Aniqah, karya Shafa Syamandi:

1. Pertama kali engkau harus memandang suamimu tidak hanya sebagai suami saja.

Jadikanlah ia sebagai kekasih, teman, saudara, ayah dan juga anak. Perasaan ini akan membantumu menghadirkan suasana romantis dalam kehidupan kalian berdua.

Kamu harus meyakini dan memahami, bahwa cinta itu perbuatan atas dasar kemauan yang mungkin untuk diciptakan di dalam rumah kita.

Sehingga, kita tidak merasa kecewa saat orang yang kita cintai melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, atau ia tidak memberikan sesuatu yang dapat menarik hati kita untuk berbagi dengannya.

Kita sangat mungkin menciptakan cinta dan menyebarkan aroma wanginya kepada orang-orang di sekitar kita.

Terkadang, hasil yang kita inginkan tidak langsung terwujud, tetapi pasti akan sangat bermanfaat di kemudian hari, Insya Allah.

2. Kata-kata lembut setiap saat.

Ketika seseorang berkata-kata maka rangkaian huruf-huruf yang keluar dari rongga mulut kita.

Jika seseorang menyaringnya dengan sungguh-sungguh maka ia akan membawa suami istri ke alam rangkaian kata-kata berirama merdu yang menyebarkan nuansa kebahagiaan, cinta, gelora kasih yang tak terperikan.

3. Melakukan hal-hal yang disenangi yang menggambarkan pertemuan jiwa, rasa dan pandangan mata.

 

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Hukum Agama yang Disalahgunakan Sebagian Istri

Kriteria utama dalam menikahi wanita adalah yang taat beragama, selain kekayaannya, kecantikannya dan keturunannya. Sebab, agama adalah faktor utama dalam menjalankan kehidupan rumah tangga.

Jika suami taat dalam bergama, maka istri akan terpengaruh untuk taat. Demikian juga sebaliknya.

Kehidupan rumah tangga itu saling mendukung dan memengaruhi. Siapa saja yang mempunyai pengaruh yang kuat, maka pasangannya akan mengikutinya.

Terkait masalah agama, sebagian sebagian istri ada memfilter dirinya dalam menerima hukum-hukum fikih sesuai dengan kepentingan mereka. Bisa jadi karena kurang paham dalam ilmu agama atau bisa jadi karena hawa nafsu belaka.

Di antara hukum tersebut adalah seperti yang disebutkan dalam buku Kado Pernikahan karya Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Dawud sebagai berikut:

1. Menyangkal kebolehan berpoligami dengan menggunakan argumentasi salah dalam memahami ayat Al-Qur`an, bahwa kalian tidak akan adil antara istri-istrimu meskipun kalian telah mengerahkan segenap kemampuan. Dia menyitir firman AllahTa’ala,

“Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian. (QS. An-Nisa’: 129).

Padahal, bukan itu yang dimaksud dalam ayat tersebut.

2. Melarang suami agar tidak berpikir tentang perceraian, karena perceraian adalah hal halal yang paling dibenci oleh Allah.

Ketika sang suami hendak berpoligami, maka dialah pihak pertama yang melayangkan gugatan cerai dan mendorong suaminya untuk melakukan hal yang paling dibenci Allah.

Selain itu, hukum agama pun dia permainkan mengikuti kemauannya.

3. Menasihati suami agar takut kepada Allah mengenai hal-hal yang menjadi kepentingannya saja.

Dia menakut-nakuti suaminya agar tidak melihat dan dekat wanita lain. Pada saat yang sama, dia membiarkan suaminya meninggalkan shalat, dan mendengarkan hal-hal yang haram.

Yang terpenting baginya adalah hak-hak dan kepentingannya terpenuhi. Dia memperdaya diri sendiri dengan memayungi kepentingannya dengan label agama.

4. Berbohong dalam menyebutkan usia.

Kebohongannya semakin menggumpal seiring bertambahnya usia. Dalam sebuah peribahasa arab disebutkan,

“Jika kamu ingin mengetahui kebohongan seorang wanita, maka tanyalah berapa usianya.”

5. Mencari fatwa-fatwa lemah dan bertanya kepada para mufti yang terkenal longgar dalam berfatwa mengenai perempuan, tanpa menghiraukan dalil dan argumentasi yang lebih kuat dan mufti lain yang lebih terkenal lebih bertakwa.

Jika sang istri mendengar beberapa ulama mengharamkan sesuatu, lalu ada seorang ulama yang cocok dengan seleranya dan berfatwa sebaliknya seraya berkata, ‘Sesungguhnya hukum syari’at tentang hal ini adalah boleh,’ maka tanpa ragu dia mengikuti fatwa itu dan membelanya.

6. Beralasan dengan kesalahan-kesalahan ummahatul Mukminin (istri-istri Rasulullah) secara lahir, tanpa mengikuti kebaikan-kebaikan mereka dan sifat-sifat terpuji mereka.

Engkau pasti terheran-heran ketika menemukan sekumpulan istri dengan sangat lancar menyebutkan bukti-bukti dari daftar kesalahan ummahatul Mukminin. Pada saat yang sama, mereka tidak mengetahui sama sekali tentang ummahatul Mukminin selain daftar kesalahan mereka.

7. Boleh memata-matai suami dengan dalih demi kebaikan bersama atau agar jika suami melakukan kesalahan dapat langsung menegurnya.

Ini tentu tidak dibolehkan, karena akan menimbulkan prasangka buruk yang terus-menerus dalam hati isti.

Solusinya adalah para suami mendidik istrinya dengan baik dan mengajarinya ilmu-ilmu agama, agar semua permasalahan rumah tangga diselesaikan dengan apa yang telah diajarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Wallahu A’lam.

 

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Taati Suami, Jangan Membangkang

Dunia mode Barat pada saat ini benar-benar hendak mengubah penampilan perempuan menjadi laki-laki dan mengenakan pakaian seperti halnya laki-laki.

Hingga kita mendengar sebagian wanita muslimah menyuarakan slogan-slogan kaum sekularis yang telah bercokol di dunia Islam sebelumnya.

Mereka benar-benar telah menghancurkan tabiat wanita muslimah terhadap suaminya dengan mengenalkan ide-ide yang mereka ambil dari revolusi Prancis.

Salah satu slogan mereka adalah, “Suamimu tidak lebih sebagai partner hidup, bukan sebagai pemimpinmu yang bertanggung jawab atasmu.

Kamu adalah partner hidupnya, bukan budaknya atau orang yang dimilikinya, sehingga engkau menuruti segala permintaannya. Ajaklah suamimu berdialog, tunjukkan eksistensimu sebagai wanita merdeka dan jangan tinggal diam.”

Menurut kaum sekularis itu, membangkang kepada suami adalah alat untuk menunjukkan eksistensi seorang wanita.

Mereka melupakan sifat alamiah yang telah dilekatkan oleh Allah kepada suami, yaitu sebagai pelindung bagi istri. Sungguh AllahTa’ala telah berfirman,

“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.” (QS. An-Nisa`: 34)

Ini merupakan musibah yang menjadi latar belakang semboyan “Kehidupan suami istri dibangun berdasarkan kesepakatan” dan “Hak berpendapat.”

Orang Yahudi merupakan donatur terbesar dalam merusak dunia Barat yang telah porak poranda. Terlebih dalam kehidupan keluarga yang menjadi dasar terciptanya suatu komunitas masyarakat.

Mereka menciptakan wanita yang senantiasa membangkang terhadap suaminya dan menuntut persamaan dalam kehidupan sosial.

Mereka menganjurkan para istri untuk bersama-sama menanggalkan prinsip al-qawamah(kepemimpinan suami) dalam rumah tangga dan mendorong mereka menyaingi posisi suami sebagai pemegang kendali keluarga.

Mereka mentransfer itu semua melalui film-film sinetron, film layar lebar, novel-novel, dan cerita-cerita. Akhir-akhir ini, pemikiran tersebut semakin vulgar dan terang-terangan dibincangkan dalam dialog dan seminar.

Setelah itu, tanpa menyaringnya, sebagian dari saudara kita menelannya mentah-mentah; bahwa suami tidak lagi mempunyai hak untuk menyuruh dan mengeluarkan perintah, taat dan patuh kepada suami bukan merupakan suatu kewajiban dan semua urusan kehidupan rumah tangga harus berdasarkan kesepakatan.

Menurut mereka, kesepakatanlah yang menjadi landasan adanya ketaatan atau tidak. Pihak istri harus terlebih dahulu setuju agar dia patuh dan taat.

Para istri yang telah terpengaruh oleh pemikiran Barat itu lupa bahwa pembangkangan dan ketidakpatuhannya kepada suami akan diperhitungkan kelak pada hari kiamat.

Setajam apa pun perbedaan dengan suaminya dan mengenai apa pun, dia harus menuruti perintah dan permintaan sang suami. Tugasnya hanyalah mengharap pahala dari Allah atas kepatuhannya.

Jangan lupa, bahwa kesepakatan itu bisa terjadi antara dua hal yang sama posisi dan hak, sementara dalam pernikahan, tidak ditemukan adanya kesamaan antara suami dan istri, sebagaimana dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Allah Ta’ala tentu tidak begitu saja memilih suami memegang al-qawamah, kecuali telah mengetahui rahasianya dan mengerti sisi-sisi perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Sungguh, Allah Ta’ala telah berfirman,

“Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui. (QS. Al-Mulk: 14).

Wahai para istri, taatilah suamimu, semoga hidupmu selamat di dunia dan Akhirat. Amin.

Demikian ditulis kembali dari buku Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Dawud berjudul Kado Pernikahan.

 

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Wahai Istri, Ucapkan Kalimat Ini Sebelum Suamimu Bekerja di Pagi Hari (Bagian 2)

Lanjutan dari Wahai Istri, Ucapkan Kalimat Ini Sebelum Suamimu Bekerja di Pagi Hari

Istri shalihah memberi kepercayaan diri kepada suaminya atas kemampuannya dalam bekerja dan mengais rezeki.

Istri shalihah tidak menyepelekan suaminya karena kelemahannya dan sedikit penghasilannya. Ia juga tidak malu karena pekerjaan suaminya.

Istri shalihah senantiasa membantu suaminya menentukan pekerjaan yang ia tekuni, memberi masukan, mengingatkannya untuk menambah wawasannya terkait dengan pekerjaannya dan bersabar.

Modal semangat saja tidak cukup untuk meraih sebuah sukses, tetapi harus disertai wawasan dan ketekunan.

Wahai para istri!

Jika suamimu seorang karyawan biasa maka motivasilah dia agar belajar menjadi seorang karyawan teladan. Bantulah suamimu itu untuk fokus pada satu tujuan, sehingga ia tidak menyimpang.

Jika suamimu belum menyelesaikan studinya, maka doronglah dia untuk menyelesaikannya.

Temani dia dalam belajar sampai larut malam, motivasilah dia setiap saat dengan mengatakan kepadanya,

“Saya senang kehidupan seperti ini. Saya akan hidup pada hari ini untuk mengurus semua, dan saya siap bersabar dengan kerepotan yang akan saya hadapi setiap saat.”

Jika suamimu seorang pejabat dan di kantornya banyak proposal penting atau surat sumbangan bagi orang yang membutuhkan yang butuh tanda tangan persetujuannya maka katakan kepadanya,

“Kebaikan tidak akan pernah sirna, dosa tak mungkin terlupa, sementara Allah Ta’alaadalah Dzat Yang Maha Hidup dan tiada akan mati.”

Katakan pula kepadanya,

“Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki hamba-hamba yang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia pasti menujunya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mereka adalah orang-orang yang selamat dari siksa Allah Ta’ala kelak pada hari Kiamat.”

Sebutkanlah kepadanya sebuah hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang berbunyi,

“Barangsiapa yang melapangkan kesusahan hidup seorang mukmin di dunia maka Allah Ta’ala akan menghilangkan kesusahannya kelak pada hari Kiamat.”

Sungguh, keberkahan datangnya hanya dari Allah Ta’ala, bukan karena banyaknya harta benda.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

“Sesungguhnya setiap daging yang tumbuh dari hal haram maka neraka adalah tempatnya yang nyata.”

Selain itu, ucapkanlah kepada suamimu,

“Layanilah semua lini masyarakat, mudahkan segala urusan pekerjaan mereka tanpa suap, takutlah engkau kepada Allah Ta’ala dalam mencari rezeki untuk kami.”

Nasihatilah suamimu untuk mencari teman yang baik dengan mengatakan,

“Pergaulilah rekan-rekan kerjamu yang baik-baik dan hindari mereka yang jahat, karena kebaikan akan menular dan kejahatan benar-benar menyakitkan.

Sesungguhnya siapapun mampu merubah jalan hidupnya jika ia menghiasi diri dengan keimanan, kesabaran dan keuletan.

Wahai suamiku, pengalaman adalah bukti nyata dan guru terbaik.”

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan Allah. Amiin.

Dikutip dari buku Kuni Aniqah karya Shafa Syamandi.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Hati Setulus Siti Maryam

SITI Maryam begitu bersedih dengan cercaan dan omongan tidak enak dari banyak orang karena hamil padahal tak punya suami. Ketika sakit menjelang melahirkan bayi yang dikandungnya, sempat terlonta kata dari beliau sebagaimana disebutkan dalam Surat Maryam ayat 23: “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.

Beliau merasa bahwa kematian adalah lebih baik dari hidup penuh derita itu. Siti Maryam tidak tahu bahwa bayi yang dikandungnya adalah seorang nabi mulia dan dimuliakan yang menjadi salah satu sebab beliau juga semakin mulia, yaitu Nabi Isa AS. Andai tahu dari sebelum hamil, tak akan ada keluhan dan ratapan melainkan syukur dan pengharapan.

Sering juga kita mengalami permasalahan hidup dengan bermacam ragamnya, mulai dari sakit badan sampai sakit hati, mulai dari dikejar-kejar orang sampai mengejar-ngejar orang, mulai dari mengata-ngatai orang sampai dikata-katai orang dan lain sebagainya.

Sering pada puncaknya kita merasa stress dan depresi sambil berharap kematian cepat datang untuk menyelesaikan urusan. Kita sering tidak menyadari bahwa dibalik itu semua bisa jadi ada hikmah yang sedang dikandung oleh musibah yang biasanya tampak jelas di akhir cerita.

Tetaplah optimis, jalani saja hidup ini apa adanya. Yakinlah bahwa kalau kita setulus dan sebenar Maryam, Allah pun akan berikan anugerah yang membahagiakan kita. Jangan berhenti berdoa dan berharap, jangan putuskan ikatan hati dengan Tuhan kita yang tak pernah melupakan kita. Salam, AIM. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2289456/hati-setulus-siti-maryam#sthash.2yQrc9np.dpuf

Inilah 5 Waktu Terlarang Berhubungan Intim

Islam mengatur umatnya dalam segala aspek kehidupan. Merespons banyak pertanyaan tentang waktu-waktu terlarang untuk berhubungan intim antara suami istri dalam Islam. Di bawah ini beberapa waktu terlarang tersebut.

1. Siang Hari Saat Berpuasa

Adapun pada siang hari di bulan puasa Ramadhan, maka telah jelas ada larangan untuk menyetubuhi istri. Sebagaimana tersebut di hadits Abu Hurairah riwayat Muslim (1111) bahwasanya seorang lelaki mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan berkata: “Celakalah aku, wahai Rasulullah!”
Nabi bertanya: “Apakah yang telah mencelakakanmu?”
Lelaki itu menjawab: “Aku telah menyetubuhi istriku di (siang hari) bulan Ramadhan.”
Lalu Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam menanyakan kesanggupannya untuk membayar kafarah bersetubuh di siang hari bulan Ramadhan. Adapun pada malam harinya, maka hal ini diperbolehkan berdasarkan firman Allah di surat Al Baqarah ayat 187 yang berbunyi:

“Dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kalian. Mereka adalah pakaian bagi kalian, dan kalianpun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kalian tidak dapat menahan nafsu kalian, karena itu Allah mengampuni kalian dan memberi maaf kepada kalian. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kalian.”

2. Saat melakukan ibadah haji

Selain ketika berpuasa, seseorang juga dilarang menyetubuhi istrinya pada saat melakukan ibadah haji. Dalilnya adalah firman Allah di surat Al Baqarah ayat 197:

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh berbuat rafats (berkata yang menimbulkan syahwat atau bersetubuh), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.”

Larangan ini berlaku sampai dia selesai menunaikan tahallul kedua yaitu thawaf ifadhah. Apabila dia selesai melakukan tahallul kedua ini maka dia diperbolehkan melakukan hubungan suami-istri kembali.

3. Ketika Beritikaf di Mesjid

Saat itikaf merupakan salah satu saat yang dilarang bagi suami dan istri untuk bersetubuh. Dalilnya adalah firman Allah taala:

“Janganlah kalian mencampuri mereka sedangkan kalian sedang beritikaf di dalam mesjid.” [QS Al Baqarah: 187]

4. Suami Menzhihar Istrinya

Selain itu, ketika seorang suami menzhihar istrinya, terlarang bagi dia untuk menyetubuhi istrinya sampai menunaikan kafarah zhihar berupa pembebasan budak, atau puasa dua bulan berturut-turut bila tidak mampu, atau memberi makan enam puluh orang miskin. Allah taala berfirman:

“Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kalian, dan Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak mampu (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.” [QS Al Mujadilah: 3-4]

Men-zhihar adalah ucapan seorang suami kepada istrinya dengan tujuan untuk mengharamkan dirinya menyetubuhi istrinya dengan menyamakan seperti haramnya dia menyetubuhi ibunya sendiri.

5. Saat Haid dan Nifas

Begitu juga ketika haid dan nifas, sebagaimana firman Allah di dalam surat Al Baqarah ayat 222 :

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: Haidh itu adalah suatu kotoran, oleh sebab itu jauhilah wanita di waktu haidh. Janganlah kalian mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepada kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” []

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2285037/inilah-5-waktu-terlarang-berhubungan-intim#sthash.XhXbTc15.dpuf

Obat yang Sering Dilupakan Kaum Muslimin (Bagian 3)

Sungguh, rasa takut dan kehati-hatian merupakan satu indikasi keberhasilan seorang dokter khususnya dokter bedah.

Jika seorang dokter tidak takut atau tidak berhati-hati, terkadang hal itu akan mempengaruhi hasil pengobatannya.

Rasa takut dan hati-hati mempunyai beberapa manfaat khususnya bagi dokter bedah.

Di antaranya alasannya adalah bahwa jika seseorang berhati-hati dalam melaksanakan suatu pekerjaan, maka hubungannya dengan Allah Ta’ala akan semakin kuat.

Hubungan tersebut berwujud harapan, memohon pertolongan dan ketundukan, maka Allah Ta’ala akan membimbingnya dan memudahkan urusannya.

Jika seorang dokter tidak mempunyai rasa takut, ia akan terkena penyakit tinggi hati, sombong, congkah, dan angkuh.

Dokter seperti itu akan menganggap bahwa semua hasil pengobatannya atau operasi bedahnya adalah hasil dari pengalamannya, kepandaiannya dan ilmunya sebagai seorang dokter.

Ia tidak mengembalikannya kepada bimbingan dan kekuasaan Allah Ta’ala yang telah menciptakan segala ilmu yang ada di dunia ini.

Dengan begitu, pertolongan Allah Ta’ala  tidak akan ia dapatkan, walaupun pasiennya sembuh atau operasinya berhasil ia tidak akan mendapatkan pahala apa-apa.

Ia hanya sekadar mendapatkan sanjungan dan pujian dari manusia di dunia, sedangkan di akhirat ia tidak akan mendapatkan apa-apa, karena ia tidak mengharapkan keuntungan akhirat dari usahanya.

Ia tidak menjadikannya sebagai bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala. Hal ini tentu sangat berbeda dengan seorang dokter muslim yang taat kepada Allah Ta’ala.

Dokter muslim yang taat akan takut dan khawatir jika tidak berhasil dalam mengobati pasiennya. Sehigga, ia akan berdoa kepada Allah Ta’ala untuk kesembuhan pasien dan dirinya sendiri.

Kita sering mendengar ungkapan bahwa mencegah itu lebih baik daripada mengobati.

Sejatinya, berkonsultasi ke dokter, meminum obat-obatan baik yang alami atau yang telah diolah, serta cara lainnya hanyalah sebuah sarana menuju kesembuhan yang sebenarnya.

Intinya adalah meminta kesembuhan itu hanya kepada Allah yang telah menurunkan penyakit beserta obatnya. Wallahu A’lam.

Disarikan dari tulisan seorang dokter dari Arab Saudi bernama Dr. dr. Khalid bin Abdul Aziz Al-Jabir dalam buku yang berjudul Musyahadat Thabîb Qashash Waqi’iyah.

 

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]