Tafsir Surah At-Taubah Ayat 36; Makna Asyhurul Hurum dalam Tafsir At-Qurtubi

Inilah penjelasan tentang tafsir Surah At-Taubah Ayat 36, yakni menelaah makna Asyhurul Hurum dalam Tafsir At-Qurtubi. Dalam artikel ini akan mengkaji makna bulan haram dalam Al-Qur’an. Berikut tafsir Surah At-Taubah Ayat 36.

Tak bisa dipungkiri, manusia dituntut saling menghargai antar sesama. Hak dan kewajiban harus berjalan seimbang. Ketika ia mengharapkan haknya terpenuhi secara sempurna, maka tentu kewajibannya harus terlaksana dengan sempurna. Jangan malah mengabaikan kewajiban sendiri dan mengambil hak orang lain. Hal ini merupakan bentuk kezaliman pada diri sendiri dan orang lain.

Dalam QS. At-Taubah 9:36, Allah Swt. berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah ialah dua belas bulan pada ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Tafsir Surah At-Taubah ayat 36 Menurut Imam Qurthubi

Dalam Tafsir Al-Qurtubi, ada 8 catatan berkaitan dengan ayat ini.(Baca: Hukum Meyakini Larangan Menikah di Bulan Muharam)

Pertama, mengenai hitungan bulan dalam setahun. Sebagaimana yang telah kita ketahui, dalam setahun ada 12 bulan. Baik dalam kalender hijriyah ataupun masehi.

Dalam bahasa Arab, kata syuhur merupakan jamak dari syahrun. Menurut sebagian ulama, bila ada orang yang bersumpah tidak akan berbicara selama berbulan-bulan dengan seseorang, sumpahnya diartikan dalam limit setahun.

Menurut sebagian yang lain, sumpah tersebut berlaku selama-lamanya. Namun, menurut Imam Ibn Arobi, bila sumpah tersebut tidak disertai niat, maka sumpahnya hanya berlaku tiga bulan saja. Pendapat ini didasarkan pada kata “syuhur” yang mengikuti pola jamak wazan “fu’ulun”, yang berfaidah untuk menunjukkan jumlah banyak;3.

Kedua, mengenai awal penciptaan dan pemberian nama bulan hijriyah dalam setahun. Semua ketetapan atau ketentuan Allah Swt. dalam tata kelola alam raya sudah ada sejak sebelum penciptaannya. Begitu pula dengan penamaan dan penentuan urutan bulan-bulan dalam setahun, atas ketentuan dari Allah Swt. bersamaan dengan penciptaan langit dan bumi.

Urutan bulan dalam setahun sebagaimana yang kita ketahui bukanlah dari manusia, tapi langsung dari Sang pencipta yang diturunkan lewat kitab-kitab pada para nabi. Hukum ini berlaku selama-lamanya, tidak bisa diubah atau diganti-ganti.

Ketiga, semua hal yang berkaitan dengan ibadah, tidak boleh dikaitkan dengan selain almanak hijriyah. Penentuan bulan haji, masuknya bulan Ramadhan, dan lain sebagainya, harus berdasarkan bulan-bulan yang sudah diatur oleh bangsa arab;kalender hijriyah.

Karena dalam kalender selain hijriyah, sebulan bisa lebih atau kurang dari 30 hari. Berbeda dengan kalender hijriyah, dalam sebulan tidak lebih atau kurang dari 30 hari. Kadang-kadang memang 29 hari, namun tidak tentu pada bulan tertentu dan pasti tidak lebih dari 30 hari. Karena hitungan dalam kalender hijriyah didasarkan pada perputaran bulan.

Keempat, dari 12 bulan Hijriyah, Allah Swt. menyebutkan 4 bulan secara khusus dengan nama asyhurul hurum. Empat bulan ini adalah Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom, dan Rojab. Rasulullah Saw. bersabda:

إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَإِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شهرا في كتاب الله يوم خلق السموات وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ، وَرَجَبُ مُضَرَ بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَان

Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada Akhirah dan Sya’ban. (Fathul Bari, hadits No. 4662)

Kelima, addinul qoyyim menurut Imam Al-Qurtubi berarti hitungan yang benar dan bilangan yang sempurna. Tentu hal ini berkaitan dengan bulan-bulan hijriyah yang disebutkan dalam ayat 36 Surah At-Taubah.

Riwayat lain dari Ibn Abbas ra. menyebutkan bahwa addin berarti qodo’. Sekali lagi, semua kegiatan ibadah dalam islam harus dikaitkan dengan bulan-bulan hijriyah. Karena inilah hitungan yang paling sempurna. Namun hal ini bukan berarti mendiskreditkan atau mengesampingkan penanggalan lain yang berlaku di setiap daerah.

Keenam, tentang larangan berbuat kezaliman pada diri sendiri dan orang lain. Dalam tafsir ini, menurut Ibnu Abbas ra., larangan berbuat kezaliman tidak hanya berlaku pada asyhurul hurum, namun di bulan-bulan yang lain juga berlaku.

Menurut sebagian ulama yang lain, keharaman dalam hal ini berlaku khusus pada asyhurul hurum. Karena di dalamnya, penekanan larangan lebih berat. Namun bukan berarti kezaliman dibolehkan pada bulan-bulan yang lain, tentu tetap haram. Hanya saja ancaman siksanya tidak sama dengan siksa akibat kezaliman di bulan haram.

Makna zalim dalam ayat ini ada 2. Pertama, zalim yang dimaksud adalah peperangan. Hindari perang di bulan haram kecuali diserang lebih dulu. Dalam artian, bulan haram adalah bulan genjatan senjata.

Kedua, zalim ini berarti semua perbuatan maksiat. Jahui maksiat di bulan yang dimuliakan Allah Swt. karena konsekuensi hukumnya lebih dahsyat dibanding dengan kemaksiatan di bulan yang lain.

Ketujuh, denda pembunuhan yang dilakukan pada asyhurul hurum harus ditambah atau diperberat. Baik pembunuhan yang sengaja, seperti sengaja, atau karena keliru. Namun menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah, hukumannya sama saja.

Tidak ada kafarat atau diyat yang diperberat dikarenakan pelanggaran terjadi pada bulan-bulan haram. Karena Nabi Muhammad Saw. mensyariatkan diyat secara umum.

Kedelapan, Allah Swt. mengistimewakan 4 bulan ini dengan menyebutnya sebagai asyhurul hurum. Larangan berbuat kezaliman di bulan tersebut sebagai bentuk penghromatan atau memuliakannya meskipun larangan kezaliman tetap berlaku di bulan yang lain.

Menurut riwayat dari Ibn Abbas, larangan ini berlaku di seluruh bulan. Sedangkan riwayat Muhammad Bin Hanafiyah, larangan ini khusus bulan-bulan haram. Karena kata yang dipakai dalam ayat adalah “fihinna”, yang digunakan untuk bilangan 3-10. Bukan kata “fiha”, yang digunakan untuk makna banyak lebih dari 10.

Demikian penjelasan terkait tafsir surah At-Taubah ayat 36,  tentang menelaah makna asyhurul hurum dalam Tafsir At-Qurtubi. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Keutamaan Puasa di Bulan Muharram

Hari ini kita telah memasuki tahun baru Islam 1444 Hijriah. Perjalanan setahun lalu berlalu, semoga tahun berikutnya bisa dilewati dengan perbuatan-perbuatan yang lebih baik. Berikut ini keutamaan puasa di bulan Muharram.

Pasalnya, Muharram adalah salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah dari empat bulan mulia. Terdapat juga keutamaan puasa di bulan Muharram yang ternyata keutamaan berada setelah keutamaan puasa di bulan Ramadhan.

Keterangan mengenai keutamaan bulan Muharram berasal dari sabda Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa Sallama,

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: dari Abu Bakrah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi.

Dalam setahun ada dua belas bulan, diantaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab yang biasa diagungkan Bani Mudlar yaitu antara Jumadil tsani dan Sya’ban.’ (HR. Bukhari)

Selain itu, bulan Muharram juga menjadi bulan yang penuh keutamaan jika kita melaksanakan puasa di dalamnya. Terutama puasa yang dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram, sebab di dalamnya terdapat banyak peristiwa yang menunjukkan Kekuasaan dan Kebesaran Allah. Kisah yang menunjukkan Kasih Sayang Allah yang terjadi pada nabi-nabi terdahulu.

Keutamaan berpuasa pada tanggal 10 Muharram juga disebutkan oleh Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa Sallama,

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال ما رَأَيْتُ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومٍ فَضَّلَهُ علَى غيرِهِ إلَّا هذا اليَومَ، يَومَ عَاشُورَاءَ، وهذا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ

Artinya: dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata: “Tidak pernah aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sengaja berpuasa pada suatu hari yang Beliau istimewakan  dibanding hari-hari lainnya kecuali hari ‘Asyura’ dan bulan ini, yaitu bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari)

Ternyata, keutamaan berpuasa pada bulan Ramadhan tidak hanya terkhusus pada tanggal 10 Muharram saja, tapi juga seluruh hari di bulan ini. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Nabi Muhammad dalam hadisnya riwayat Abu Hurairah,

 أَفْضَلُ الصِّيامِ، بَعْدَ رَمَضانَ، شَهْرُ اللهِ المُحَرَّمُ

Artinya: puasa yang lebih utama setelah puasa di bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram (HR. Muslim)

Maka perbanyaklah berpuasa pada bulan ini, paling tidak bisa berpuasa pada tanggal 10 Muharram sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Musim Haji Selesai, Arab Saudi Mulai Terima Jamaah Umroh Gelombang Pertama

Kepresidenan Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci telah menerima jamaah umroh gelombang pertama yang datang dari luar Arab Saudi pada Sabtu (30/7). Mereka datang untuk melakukan umroh selama musim umroh tahun ini 1444 H.

Kepresidenan menerima jamaah haji dari luar negeri di tengah sistem pelayanan yang terintegrasi, karena telah memberikan pelayanan terbaik dan mempersiapkan seluruh Masjidil Haram di Makkah dan halamannya bagi mereka untuk melakukan ritual dengan mudah dan nyaman.

Perlu dicatat bahwa Administrasi Umum Pengendalian dan Pengelompokan Massa, dengan otoritas terkait, sebelumnya telah mempersiapkan layanannya sesuai dengan rencana yang diikuti dalam mengorganisasi kerumunan, untuk menerima kelompok pertama jamaah setelah kembalinya musim umroh dan selesainya musim haji 2022.  

Direktur Administrasi Umum untuk Pengendalian dan Pengelompokan Massa, Osama Al-Hujaili, telah menyatakan bahwa Mataf (area mengelilingi Kabah Suci) di Masjidil Haram dan lantai dasar diperuntukkan bagi para peziarah yang sedang melaksanakan umroh. Sedangkan lantai pertama Mataf diperuntukkan bagi jamaah yang tidak melaksanakan umroh.  

“Perpanjangan Raja Fahd, Perluasan Raja Abdullah, lantai pertama Mataf, dan pelataran luar dialokasikan untuk jamaah,” ujarnya dilansir dari Saudi Gazette, Ahad (31/7/2022). 

Al-Hujaili menambahkan, pintu utama khusus juga telah ditunjuk untuk para peziarah untuk masuk yakni melalui Gerbang Raja Fahd, Gerbang Al-Salam, dan Gerbang Ajyad, di samping pintu keluar lainnya yang berkontribusi untuk memastikan kelancaran pergerakan jamaah umroh saat melakukan ritual umroh.  

Juru bicara Kementerian Haji dan Umrah Hisyam Saeed mengumumkan, bahwa lebih dari 70 juta izin dikeluarkan untuk melakukan umrah di Masjidil Haram di Makkah dan shalat di Rawdah Sharif di Masjid Nabawi di Madinah selama musim terakhir tahun 1443. 

Dilansir dari Saudi Gazette, Ahad (31/7/2022), Saeed memperkirakan bahwa jumlah jamaah yang akan datang pada musim umroh tahun 1444 H nanti akan kembali normal.

Menurutnya ini merupakan hal positif setelah kementerian kesehatan melakukan penghapusan dan pelonggaran berbagai pembatasan kesehatan akibat pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir. 

Juru bicara tersebut menekankan bahwa tidak ada jumlah spesifik peziarah untuk setiap negara untuk melakukan umroh, dan mereka yang ingin melakukan umrah dapat mengajukan permohonan secara langsung dan mengeluarkan visa yang sesuai dan memasuki Kerajaan.

Sumber: saudigazette

IHRAM

Rampung Dipasang, Kiswah Baru Ka’bah dengan 120 kg Benang Emas

Kepresidenan Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Arab Saudi pada Sabtu (30/7/2022) pagi melakukan penggantian Kiswah pada Ka’bah. Sebuah tim, yang dipilih dari Kompleks Raja Abdulaziz untuk Kiswah Ka’bah Suci, diturunkan untuk melepas Kiswah yang lama untuk kemudian diganti dengan yang baru.

Kiswah baru terdiri dari empat sisi yang terpisah dan tirai pintu. Dilansir Saudi Gazette, Sabtu (30/7/2022), masing-masing dari empat sisi Ka’bah suci dinaikkan secara terpisah ke puncak Ka’bah sebagai persiapan untuk pembukaannya di sisi lama.

Kemudian memperbaiki sisi dari atas dengan mengikatnya dan menjatuhkan ujung sisi yang lain setelah tali dari sisi lama dilonggarkan. Dengan menggerakkan sisi baru ke atas dan ke bawah secara gerakan permanen, kemudian sisi yang lama jatuh ke bawah dan sisi baru tetap tidak bergerak.

Proses itu diulang empat kali untuk setiap sisi. Kemudian meluruskan setiap ikat pada keempat sis, lalu barulah dilakukan penjahitan. Jumlah ikat pada Kiswah Ka’bah ini 16 buah, ditambah enam buah dan 12 lampu di bagian bawah ikat.

Kiswah Ka’bah menggunakan sekitar 850 kg sutra mentah, yang diwarnai hitam di dalam kompleks, 120 kg benag emas, dan 100 benang perak. Pelepasan Kiswah lama dan penggantian dengan Kiswah yang baru itu dikerjakan oleh sekitar 200 pekerja profesional.

Selain itu pengerjaaan juga melibatkan administrator yang bekerja di Kompleks Raja Abdulaziz untuk Kiswah Ka’bah Suci. Semuanya adalah warga negara Saudi yang terlatih, berkualitas dan memiliki spesialisasi di bidangnya masing-masing.

Pergantian Kiswah Ka’bah memang dilakukan pada setiap tahun dan telah menjadi tradisi. Namun menariknya dan untuk pertama kali, Kiswah diganti pada 1 Muharam karena tradisinya kiswah Ka’bah diganti pada malam Arafah.

“Ini menandai pergeseran dari kebiasaan selama beberapa dekade untuk menggantinya pada malam Arafah, sesuai keputusan kerajaan yang dikeluarkan baru-baru ini,” kata Dr Abdulrahman Al-Sudais, presiden badan tersebut.

IHRAM

Cinta: Antara yang Syar’i, Haram, dan Mubah (Bag. 3)

Bismillah wal-hamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala rasulillah. Amma ba’du,

Dalil-dalil tentang cinta

Dalil pertama: Apakah patokan syirik besar dalam cinta?

Allah Ta’ala  berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman itu lebih besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Dalam surah Al-Baqarah ayat 165 ini terdapat patokan syirik besar dalam cinta, yaitu mencintai selain Allah sebagaimana mencintai Allah. Yang dimaksud adalah cinta yang mengandung puncak cinta dan puncak perendahan diri. Inilah cinta ibadah. Ini berarti mencintai selain Allah dengan jenis cinta ibadah.

Dalil kedua: Apakah patokan cinta yang haram?

Allah Ta’ala  berfirman,

قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ِۨاقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ

“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perdagangan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, lebih kalian cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. At-Taubah: 24)

Surah At-Taubah ayat 24 ini menunjukkan wajibnya mendahulukan kecintaan kepada Allah dan kepada segala yang dicintai oleh Allah di atas kecintaan kepada selain itu semua. Patokan cinta yang haram adalah mencintai selain Allah yang berakibat meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman. Cinta yang diperbolehkan ditujukan kepada makhluk (yaitu cinta tabiat/ naluri, cinta karena kasih sayang atau yang didasari rasa hormat, dan cinta kepada hobi/ kegemaran/ kesukaan yang halal) ini berubah menjadi haram jika mengakibatkan meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman.

Dalil ketiga: Siapakah makhluk yang tertuntut untuk paling dicintai?

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim rahimahumallah berikut ini menunjukkan bahwa yang wajib dicintai tertinggi di antara seluruh makhluk adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحبَّ إليه من ولده ووالده والناس أجمعين

“Tidak sempurna keimanan wajib salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintai daripada anaknya, orangtunya, dan manusia seluruhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang melebihi seluruh makhluk lainnya adalah bagian dari kesempurnaan keimanan yang wajib. Konsekuensinya adalah jika seseorang mencintai diri sendiri/ anak/ orang tua melebihi kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia berdosa, namun tidak sampai kafir. Adapun jika tidak mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sama sekali, maka ini kekafiran karena tidak ada dasar keimanan pada pelakunya.

Dalil keempat: Buah cinta kepada Allah yang benar adalah lezatnya iman dan ibadah

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد إذ أنقذه الله منه كما يكره أن يقذف في النار

“Ada tiga perkara yang barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara tersebut, maka ia pasti mendapatkan manisnya iman, yaitu: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya, (2) mencintai seseorang hanya karena Allah, dan (3) benci kembali kepada kekafiran setelah Allah selamatkan ia darinya, sebagaimana ia benci dicampakkan ke dalam Neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim rahimahumallah ini menunjukkan bahwa barangsiapa terpenuhi tiga perkara yang disebutkan dalam hadis tersebut, maka akan merasakan lezatnya iman dan ibadah ketaatan kepada Allah sehingga tegar dalam menghadapi kesulitan dan musibah dalam ketaatan kepada Allah.

Tiga perkara itu adalah:

Pertama: Mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi selain keduanya.

Kedua: Mencintai manusia hanya karena Allah.

Ketiga: Benci terjatuh ke dalam kedalam kekafiran.

Dalil kelima: Kecintaan bukan karena Allah (karena kemaksiatan) akan terputus di akhirat

Allah Ta’ala  berfirman,

اِذْ تَبَرَّاَ الَّذِيْنَ اتُّبِعُوْا مِنَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا وَرَاَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْاَسْبَابُ

“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus.” (QS. Al-Baqarah: 166)

Surah Al-Baqarah ayat 166 menunjukkan kecintaan bukan karena Allah (karena kemaksiatan) akan terputus di akhirat. Sebaliknya, kecintaan karena Allah akan langgeng dari dunia sampai akhirat. Dalilnya adalah surah Az-Zukhruf ayat 67.

Allah Ta’ala  berfirman,

اَلْاَخِلَّاۤءُ يَوْمَىِٕذٍۢ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ

“Teman-teman yang sangat dicintai pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf : 67)

Wallahu a’lam.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

[Selesai]

***

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/77113-cinta-antara-yang-syari-haram-dan-mubah-bag-3.html

Cinta: Antara yang Syar’i, Haram dan Mubah (Bag. 2)

Bismillah wal-hamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala rasulillah. Amma ba’du,

Macam-macam cinta

Terdapat tiga macam cinta, yaitu cinta yang syar’i, cinta yang haram, dan cinta yang diperbolehkan ditujukan kepada makhluk.

Jenis pertama: cinta yang syar’i

Mahabbatullah (mencintai Allah)

Mahabbatullah (mencintai Allah) merupakan kewajiban yang paling wajib. Kedudukan mahabbatullah adalah sebagai dasar agama Islam. Hal ini bisa ditinjau dari:

Pertama, pendorong segala bentuk amal ibadah seorang hamba adalah cinta Allah Ta’ala, cinta pahala-Nya, dan cinta (ingin) selamat dari neraka. Bahkan, dua rukun ibadah hati yang lainnya, yaitu takut dan harap, dasarnya adalah cinta kepada Allah. Karena orang yang berharap kepada Allah saat beribadah, hakikatnya berharap sesuatu yang dicintainya, berupa keridaan-Nya dan pahala-Nya. Sedangkan orang yang takut kepada Allah, hakikatnya adalah takut kepada Tuhan yang dicintainya dengan puncak kecintaan, dan takut kehilangan sesuatu yang dicintainya, berupa keselamatan dari siksa-Nya.

Tawakal, inabah, tobat, dan ibadah lainnya, sumbernya adalah cinta kepada Allah Ta’ala dan tuntutannya, yaitu cinta kepada rida-Nya dan cinta kepada pahala-Nya, serta ingin selamat dari siksa-Nya.

Kedua, setiap peribadahan pastilah dipersembahkan kepada Tuhan yang paling dicintainya dengan puncak kesempurnaan sehingga Dia diagungkan dan ditaati secara mutlak.

Mahabbatur rasulillah (cinta Rasul) shallallahu ‘alaihi wasallam

Di antara bentuk cinta syar’i adalah mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini hukumnya wajib. Tidak sempurna keimanan wajib seorang hamba tanpa mencintai beliau melebihi mencintai diri sendiri dan seluruh makhluk.

Mencintai seluruh yang dicintai oleh Allah

Di antara bentuk cinta syar’i adalah mencintai seluruh yang dicintai oleh Allah, yaitu mencintai para rasul dan nabi lainnya ‘alaihimush shalatu was-salamu, orang saleh, dan mencintai seluruh yang dicintai oleh Allah, baik berupa syari’at Allah, ucapan baik, perbuatan baik (amalan saleh), orang saleh, waktu dan tempat baik, dan seluruh yang dicintai-Nya.

Cinta syar’i berupa mencintai Rasul dan mencintai yang dicintai Allah adalah al-hubbu fillah (cinta di jalan ketaatan kepada Allah) dan al-hubbu lillah (cinta karena Allah). Atau disebut juga mahabbatu ma yuhibbullah (mencintai segala yang dicintai Allah).

Cinta syar’i mencintai Rasul dan mencintai yang dicintai Allah ini mengikuti “dasar dari seluruh cinta”, yaitu mahabbatullah. Sehingga mahabbatullah adalah sebagai dasar dari seluruh cinta lainnya.

Kecintaan kita terhadap sesuatu selain Allah mengikuti kecintaan Allah terhadap sesuatu tersebut. Semakin besar kecintaan Allah kepada sesuatu, maka tertuntut semakin besar pula kecintaan kita kepada sesuatu tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin besar kebencian Allah kepada sesuatu, maka semakin besar pula kebencian kita kepada sesuatu tersebut.

Ar-Rabi’ bin Khutsaim rahimahullah berkata dalam Jami’ul Ulum wal-Hikam, karya Ibnu Rajab rahimahullah,

لو رأيت رجلا يظهر خيرا ، ويسر شرا ، أحببته عليه ، آجرك الله على حبك الخير ، ولو رأيت رجلا يظهر شرا ، ويسر خيرا بغضته عليه ، آجرك الله على بغضك الشر

“Seandainya anda melihat seseorang menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan, lalu anda mencintainya karena kebaikannya tersebut, niscaya Allah akan memberi pahala kepadamu atas dasar kecintaanmu kepada kebaikannya.

Sebaliknya, seandainya anda melihat seseorang menampakkan keburukan dan menyembunyikan kebaikan, lalu anda membencinya karena keburukannya tersebut, niscaya Allah akan memberi pahala kepadamu atas dasar kebencianmu kepada keburukannya.”

Jenis kedua: cinta yang haram

Syirik besar yang menghancurkan dasar tauhid dan iman seseorang (al-mahabbah ma’allah)

Ini adalah cinta ibadah yang ditujukan kepada selain Allah, atau disebut juga al-mahabbah ma’allah. Mencintai selain Allah sebagaimana mencintai Allah adalah syirik dalam cinta. Jadi, patokan syirik besar dalam ibadah cinta adalah mencintai selain Allah sebagaimana mencintai Allah. Allah Ta’ala  berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman itu lebih besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Cinta jenis syirik besar ini menghancurkan dasar tauhid dan dasar iman seseorang, sehingga pelakunya kafir. Karena jika masuk dalam kategori cinta ibadah, lalu cinta tersebut ditujukan kepada Allah saja, maka bernilai tauhid. Dan jika ditujukan selain Allah, maka bernilai syirik besar. Ciri cinta yang merupakan ibadah adalah mengandung puncak cinta dan puncak perendahan diri (puncak pengagungan) dan puncak ketundukan dan ketaatan kepada yang disembah, diibadahi, dan dicintai.

Haram, namun tidak sampai syirik besar (atau setingkatnya)

Cinta yang haram ini merusak kesempurnaan iman/ tauhid yang wajib sehingga berdosa. Namun, tidak sampai derajat kafir karena tidak menghancurkan dasar tauhid dan iman seseorang. Patokan cinta yang haram adalah mencintai selain Allah yang tidak sampai tingkatan syirik besar (atau setingkatnya), namun berakibat meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman, baik karena asal cintanya itu diharamkan atau asal cintanya itu mubah, namun menjerumuskan ke dalam dosa.

Jenis ketiga: cinta yang diperbolehkan ditujukan kepada makhluk

Terdapat beberapa contoh cinta yang diperbolehkan ditujukan kepada makhluk, misalnya:

Pertama, cinta tabiat atau naluri, seperti suka makanan dan minuman, pakaian, tempat tinggal, dan semacamnya.

Kedua, cinta karena kasih sayang atau didasari rasa hormat, seperti cinta kepada orangtua, guru, anak, dan semacamnya,

Ketiga, cinta kepada hobi, kegemaran, atau kesukaan yang halal. Contohnya, cinta kepada pekerjaan, bisnis, hobi, dan semacamnya.

Cinta yang diperbolehkan ini bisa berubah menjadi haram jika mengakibatkan seseorang meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman.

[Bersambung]

***

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/77111-cinta-antara-yang-syari-haram-dan-mubah-bag-2.html

Berteman dengan Orang Baik adalah Rezeki

Bertemu orang baik yang selalu mengingat dan menyebarkan kebaikan, merupakan rezeki dari illahi. Bahkan, berteman dengan orang baik, adalah investasi panjang sampai dengan akhirat

SEBAGIAN besar orang berfikir rezeki itu selalu uang, padahal kesehatan,keluarga, berteman orang baik itu juga sebuah rezeki. Rezeki memang memang sangat luas cakupanya.

Menurut Ibnu al-Manzhur dalam buku Takdir Manusia Dalam Pandangan Hamka, menjelaskan ar-Rizq (rezeki) terdiri atas dua macam. Pertama, bersifat zhahiriah (nampak terlihat), seperti bahan makanan pokok dan kedua, bersifat bathiniah bagi hati dan jiwa, dalam bentuk pengetahuan dan ilmu-ilmu.

Tapi apakah rezeki hanya sebatas itu?

Masih dalam buku yang sama, Hamka menjelaskan bahwa secara terminologi rezeki adalah pemberian atau karunia yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya, untuk dimanfaatkan dalam kehidupan. Kata kuncinya adalah untuk dimanfaatkan dalam kehidupan.

Proses pemanfaatan ini bisa dilakukan untuk pribadi, namun tentunya akan lebih bermanfaat ketika digunakan untuk membantu orang banyak. Optimalisasi rezeki tersebut sejatinya bukan hanya tanggung jawab kita sebagai sesama manusia, namun juga sebagai investasi kebaikan yang akan menjadi gelombang kebaikan yang semakin meluas.

Ada pernyataan bahwa orang baik akan bertemu orang baik atau ditemukan orang baik. Dan lingkungan yang baik adalah keberkahan tersendiri.

Bertemu orang baik yang selalu mengingat dan menyebarkan kebaikan, merupakan rezeki dari illahi. Bahkan, berteman dengan orang baik, adalah investasi panjang sampai dengan akhirat. Bukankah orang-orang sholeh dapat memberi syafaat?

”Ya Rabb, kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia sholat bersama dengan kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami.”  Maka Allah berfirman, ”Pergilah ke neraka, lalu keluarkan sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada iman walaupun hanya sebesar zarah.” (HR: Ibnul Mubarak, dalam kitab Az Zuhd)

Dalam hadist lain disebutkah, Rasulullah ﷺ bersabda tentang syafaat di hari kiamat,

حتى إذا خلص المؤمنون من النار، فوالذي نفسي بيده، ما منكم من أحد بأشد مناشدة لله في استقصاء الحق من المؤمنين لله يوم القيامة لإخوانهم الذين في النار، يقولون: ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون، فيقال لهم: أخرجوا من عرفتم، فتحرم صورهم على النار، فيخرجون خلقا كثيرا قد أخذت النار إلى نصف ساقيه، وإلى ركبتيه، ثم يقولون: ربنا ما بقي فيها أحد ممن أمرتنا به، فيقول: ارجعوا فمن وجدتم في قلبه مثقال دينار من خير فأخرجوه، فيخرجون خلقا كثيرا، ثم يقولون: ربنا لم نذر فيها أحدا ممن أمرتنا…

“Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.

Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka. Para mukminin inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.

Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.” Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.”

Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…” (HR: Muslim no. 183).

Sungguh, teman yang baik adalah rezeki paling hebat. Ia tidak hanya menyelamatkan kita di dunia, tapi juga akan mengangkat derajat kita di akhirat kelak.

Sungguh teman-teman yang baik tidak selalu ada di sekitar kita, di lingkungan kantor kita atau di kampung-kampung kita. Teman yang baik sejatinya berserakan di seantero bumi.

Tinggal bagaimana hati kita mampu membacanya saja. Kadang ia berwujud pedagang yang jujur, atau pengusaha yang dermawan, bisa juga pendidik yang inspiratif, atau pekerja kasar yang sholeh.

Karena Islam tidak pernah memandang status sosial. Islam memandang sama semua insan, dengan takaran iman.

Keriuhan pekerjaan kantor mungkin melumat habis waktu kita untuk menjalin pertemanan. Namun, upayakan selalu untuk terus merajut kembali sulaman-sulaman keakraban bersama orang-orang baik yang sempat renggang.

Manfaatkan waktu-waktu yang ada untuk terus mengokohkan jalinan persahabatan. Dengan berbagai media komunikasi yang ada saat ini, tentu hal tersebut bukan lagi menjadi kendala.

Sekedar menyapa dengan takdzim, atau menanyakan kabar keluarga, atau apresiasi keberhasilan teman kita, juga mendoakan kemuliaan bagi yang sedang berduka. Apapun itu, lakukan dan kuatkan.

Karena sungguh, seluruh harta, jabatan, dan kemuliaan dunia lainnya, akan ditinggalkan. Teman yang baik menjadi investasi terbaik hingga akhir zaman.

Terpenting juga dari itu semua adalah diri kita yang perlu menjadi baik. Karena orang baik akan bertemu atau ditemukan orang baik lainnya. Teruslah berproses menjadi baik, kawan!.*/Fajar Sidik, Kepala Seksi Pembinaan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung

HIDAYATULLAH

Kiswah Ka’bah Diganti 1 Muharam

Upacara pemasangan kiswah Ka’bah yang baru akan menjadi perhatian dunia Islam. Seperti dilansir Arab News pada Jumat (29/7/2022) Presidensi Umum Dua Masjid Suci akan melakukan upacara pemasangan kiswah Ka’bah yang baru pada malam tahun baru Islam 1 Muharam 1444 Hijriah atau pada Sabtu (30/7/2022).

Pergantian kiswah Ka’bah pada 1 Muharam ini menjadi beda sebab sebelum-sebelumnya kiswah Ka’bah diganti pada malam Arafah.

“Ini menandai pergeseran dari kebiasaan selama beberapa dekade untuk menggantinya pada malam Arafah, sesuai keputusan kerajaan yang dikeluarkan baru-baru ini,” kata Dr. Abdulrahman Al-Sudais, presiden badan tersebut.

Kiswah tau penutup Ka’bah diganti setiap tahun sebagai tradisi yang terus berlangsung selama berabad-abad. Selama beberapa dekade Kiswah diganti pada pagi hari tanggal 9 Dzulhijjah, ketika peziarah berangkat ke padang Arafah. Momen ini biasanya saat Masjidil Haram kosong, untuk memungkinkan lancarnya penggantian kiswah.Kiswah baru akan tetap berlaku sampai haji tahun depan.

Sementara itu tim yang terdiri dari 200 teknisi Saudi yang bekerja di Kompleks Raja Abdulaziz untuk Pembuatan Kiswah Ka’bah akan melaksanakan tugas mengganti kiswah. Pabrik melakukan penenunan, penjahitan dan pencetakan dengan tangan dan mesin menggunakan 47 lembar kain dan benang. Mesin jahit komputerisasi terbesar di dunia, dengan panjang 16 meter, melakukan setiap proses pembuatan kiswah.

Kain dijahit menjadi lima bagian yang berbeda dan dipasang pada alasnya dengan cincin tembaga. Sekitar 670 kilogram sutra mentah diwarnai hitam di kompleks itu. Kiswah dihiasi dengan ayat-ayat Alquran yang disulam ke kain dengan 120 kilogram benang emas 21 karat dan 100 kilogram benang perak. Biaya pembuatan Kiswa seberat 850 kilogram baru diperkirakan menelan biaya SR25 juta, atau lebih dari $6,5 juta. Itu menjadikannya penutup paling mahal di dunia. 

IHRAM

Trik Terhindar dari Sifat Ujub Menurut al-Ghazali

Adakah cara atau trik terhindar dari sifat ujub ? Ulama banyak membahas kalau sifat ujub (berbangga diri) merupakan salah satu penyakit hati. Seseorang yang terjangkit penyakit ini akan merasa mulia dan menganggap dirinya besar, sementara kepada orang lain cenderung ada rasa meremehkan dan merendahkan.

Al-Ghazali mengatakan bahwa buah dari penyakit ujub ini adalah banyaknya sifat keakuan. Aku lebih baik dari itu, aku begini, begitu dan lain sebagainya. Lebih lanjut al-Ghazali menuturkan bahwa sifat ujub mirip dengan sifat takabbur dalam hal definisi. Orang yang takabur merasa dongkol atau kesal saat diberi nasehat sementara kasar ketika memberi nasihat. Siapa saja yang menganggap dirinya lebih baik dari hamba Allah yang lain maka dialah orang yang sombong sejatinya

Lantas, bagaimana agar seseorang bisa terhindar dari sifat ujub ini? Berikut 5 trik terhindar dari sifat ujub menurut al-Ghazali yang dikutip dari kitabnya Bidayatu al-Hidayah (h.135-136),

بل ينبغي لك أن تعلم أن الخير من هو خير عند الله في دار الآخرة، وذلك غيب، وهو موقوف على الخاتمة؛ فاعتقادك في نفسك أنك خير من غيرك جهل محض، بل ينبغي ألا تنظر إلى أحد إلا وترى أنه خير منك، وأن الفضل له على نفسك

Selayaknya ketahuilah olehmu bahwa kebaikan adalah kebaikan menurut Allah kelak di akhirat. Hal itu merupakan perkara yang ghaib (tidak diketahui) sehingga menunggu adanya kematian. Keyakinanmu bahwa dirimu lebih baik dari orang lain merupakan sebuah kebodohan. Sepantasnya engkau tidak memandang orang lain melainkan dengan pandangan bahwa ia ebih baik dari dirimu dan mempunyai kelebihan daripada dirimu.”

Secara gamblang, trik-trik agar seseorang terhidar dari sifat ujub, takabbur, atau berbangga diri tersebut adalah berikut ini,

  1. bila memandang anak kecil maka sadarlah bahwa ia belum pernah bermaksiat kepada Allah sementara engkau yang lebih tua darinya justru sebaliknya. Sehingga dengan demikian sudah jelas bahwa ia lebih baik darimu.
  2. Bila melihat orang lain yang lebih tua maka yakinlah bahwa dirinya lebih dulu beribadah kepada Allah, sehingga ia lebih baik dari dirimu.
  3. Bila orang lain tersebut berilmu maka yakinlah bahwa ia mendapatkan anugerah yag tidak engkau dapatkan, menjangkau apa yang belum engkau jangkau dan mengetahui apa yang tidak engkau tahu. Jika sudah demikian, bagaimana engkau bisa sepadan dengannya atau bahkan lebih unggul?
  4. Bila orang lain itu bodoh maka anggaplah bahwa ia melakukan maksiat dengan kebodohannya. Sementara engkau bermaksiat dengan berlandaskan ilmu. Inilah yang menjadi bukti penguat kelak di pengadilan akhirat.
  5. Bila orang lain itu kafir maka yakinlah bahwa kondisi akhir (kematian) seseorang tidak ada yang tahu. Bisa saja orang kafir itu masuk Islam sebelum mati dengan amalan baik (husnul khatimah). Sementara dirimu bisa jadi menjadi sesat dan menjadi kafir sebelum kematian menjemputmu, sehingga engaku meninggal dengan amalan buruk (su’ul khatimah)

Itulah kiat-kiat supaya seorang hamba bisa terhindar dari sifat ujub ataupun takabbur yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali, semoga kita semua bisa terhindar dari penyakit hati tersebut, amin.Wallahu a’lam

BINCANG SYARIAH

Mengapa Manusia Dipilih Sebagai Khalifah Dibanding Malaikat?

Mengapa manusia dipilih sebagai khalifah dibanding malaikat? Sebagaimana maklum diketahui, manusia pertama yang menginjakkan kakinya di muka bumi ialah Nabi Adam As dan istrinya Hawa.

Dengan kisah masyhur yang merupakan skenario yang telah dibuat oleh Allah Ta’ala mengenai diturunkannya Nabi Adam ke muka bumi, memang sejatinya Nabi Adam akan dijadikan khalifah pula di muka bumi.

Lantas apakah hikmah dibalik mengapa manusia lebih dipilihnya–Nabi Adam dan keturunannya–, sebagai khalifah dibandingkan malaikat?

Dalam firman Allah al-Baqarah ayat 30-33, terdapat kisah masyhur yang menjelaskan percakapan Allah dengan malaikat-Nya. Kisah di mana malaikat terkesan “terlihat” mempertanyakan keputusan Allah yang akan menjadikan keturunan Adam sebagai khalifah. Meski sebenarnya tidaklah demikian.

Dalam hal ini Syekh Abdul Wahab an-Najjar dalam kitabnya “Qasas al-Anbiya” hal 21 menjelaskan “hikmah ilahiyah” mengapa manusia lebih dipilih sebagai khalifah dibandingkan malaikat. Ia berkata demikian:

ولا يخفى أن استخلاف أدم فى الأرض يشتمل على معنى سام من الحكمة الإلهية التى خفيت عن الملائكة, فإن الله تعالى لو استخلف الملائكة فى الأرض لما عرفت أسرار هذا الكون وما أودع فيه من الخواص والعلوم الغزيرة, فإن الملائكة ليسوا بحاجة إلى شيء مما فى الأرض, إذ هم على وصف يخالف الإنسان.

Tidaklah samar bahwa pengangkatan Adam sebagai khalifah di muka bumi mengandung makna yang luhur dari hikmah ketuhanan yang tidak diketahui oleh malaikat.

Jika Allah Ta’ala menjadikan malaikat sebagai khalifah di bumi, mereka tidak akan mengetahui rahasia yang terkandung pada alam raya, keistimewaan serta pengetahuan-pengetahuan mendalam di dalamnya. Malaikat tidak membutuhkan apapun di muka bumi, mereka tidak sama dengan manusia”.

Malaikat diciptakan oleh Allah tanpa nafsu dan ambisi. Oleh karenanya mandat sebagai khalifah yang ditugaskan kepada manusia tidak akan cocok dipegang oleh malaikat. Karena tidak akan ada bangunan yang dibangun, tumbuh-tumbuhan yang ditanam dalam ladang, perahu yang dibuat jika bukan manusia yang mengisi kehidupan di muka bumi.

Oleh karenanya Syekh Abdul Wahab an-Najjar melanjutkannya dengan berkata demikian:

 فما كانت السفن لتصنع ولا تزرع الأرض بمختلف الزروع والغرس, وما وجد منها لا يهتم أحد بمعالجته واستخراج خباياه, فلا تعرف الأطياب ولا خواص الأشياء ولا المركبات الكيماوية ولا الفوائد الطبيعية والفلكية ولا المستحدثات الطبية ولا الطبائع النفسية ولا شيئ من هذه العلوم الكثيرة التى تفنى السنون ولايدرك الإنسان لعلم منها نهاية…

Maka tidak akan ada perahu-perahu yang dibuat, tanaman yang ditanam dengan berbagai jenis tumbuhan. Tidak ada dari para malaikat dapat menanganinya dan mengeluarkan rahasia-rahasia di dalamnya.

Malaikat tidak mengenal kelezatan, keistimewaan sesuatu, susunan-susunan kimiawi, faidah-faidah watak dan falak, hal-hal baru yang baik, watak seseorang dan hal-hal lain dari banyaknya pengetahuan yang terlewatkan oleh Tahun, sedang manusia tidak menemukan ujungnya.

Demikian hikmah ilahi mengapa manusia dipilih sebagai khalifah. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dipilihnya manusia sebagai khalifah dibandingkan malaikat ataupun yang lainnya merupakan sesuatu yang telah ditetapkan. Dan merupakan salah satu dari skenario cerita yang jalannya telah diatur oleh sutradara terbaik, yaitu Allah Swt.

Demikian penjelasan terkait alasan mengapa manusia  diangkat dan dipilih sebagai khalifah. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH