Awas! Tingkatan Kedua “Celakalah Orang yang Salat”

Al-Hafidz Ibu Katsir pernah mengatakan, metode tafsir yang paling bagus adalah tafsir alquran dengan alquran. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/7). Firman Allah mengenai kecelakaan bagi orang yang salat, telah dijelaskan di lanjutan ayat, “Celakalah orang-orang yang salat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya.” (QS. al-Maun: 4 -5).

Sehingga makna, Celakahlah orang yang salat adalah mereka yang lalai dari salatnya. Bentuk lalai alam shalat, beraneka ragam. Secara umum, bisa kita bagi menjadi beberapa tingkatan,

(2) Lalai dalam bentuk tidak perhatian dengan rukun salat, sehingga salatnya batal

Umumnya yang sering menjadi korban adalah rukun thumakninah. Banyak orang yang terlalu cepat dalam mengerjakan gerakan rukun. Thumakninah adalah tenang sejenak setelah semua anggota badan berada pada posisi sempurna ketika melakukan suatu gerakan rukun salat. Tumakninah ketika rukuk berarti tenang sejenak setelah rukuk sempurna. Tumakninah ketika sujud berarti tenang sejenak setelah sujud sempurna, dst. Tumakninah dalam setiap gerakan rukun salat merupakan bagian penting dalam salat yang wajib dilakukan. Jika tidak tumakninah maka salatnya tidak sah.

Karena tumakninah hukumnya rukun salat maka kita tidak boleh bermakmum dengan orang yang salatnya terlalu cepat dan tidak tumakninah. Bermakmum di belakang orang yang salatnya cepat dan tidak tumakninah, bisa menyebabkan salat kita batal dan wajib diulangi. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu menceritakan, ada seseorang yang masuk masjid dan salat 2 rakaat. Seusai salat, dia mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang kala itu ada di masjid. Namun Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyuruhnya untuk mengulangi salatnya. beliau bersabda, “Ulangilah salatmu karena salatmu batal”

Orang inipun mengulangi salat dan datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Tapi beliau tetap menyuruh orang ini untuk mengulangi salatnya. Ini terjadi sampai 3 kali. Hingga orang ini putus asa dan menyatakan, “Demi yang mengutusmu membawa kebenaran, aku tidak bisa melakukan salat sebaik dari itu. Makanya ajarilah aku!”

Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan cara salat yang benar kepada orang ini. Beliau mengajarkan, “Jika engkau mulai salat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat Alquran yang mudah bagimu. Lalu rukuklah dan sertai thumaninah ketika rukuk. Lalu bangkitlah dan beritidallah dengan berdiri sempurna. Kemudian sujudlah sertai thumaninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud sambil thumaninah. Kemudian sujud kembali sambil disertai thumaninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap salatmu.” (HR. Bukhari 793 dan Muslim 397).

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2362536/awas-tingkatan-kedua-celakalah-orang-yang-salat#sthash.JDvVKnuH.dpuf

———————————————————————————————
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297

Soal Tambahan Kuota Haji, Ini Kata Menag

Rencana kedatangan Raja Salman ke Indonesia membuka harapan sejumlah pihak bagi penambahan kuota jamaah haji Indonesia. Hal ini mengingat antrian haji di Indonesia yang sangat panjang, rata-rata lebih dari 17 tahun.

Selain kuota haji tahun ini yang kembali normal (211 ribu), Indonesia sendiri telah mendapatkan tambahan kuota sebanyak 10 ribu jamaah. Untuk itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak, masyarakat untuk menikmati terlebih dahulu tambahan kuota yang telah diberikan.

“Jangan tambahan kuota yang diberikan Pemerintah Saudi belum kita nikmati, kita sudah minta tambahan lagi. Kita pun tentu harus menenggang negara-negara lainnya karena tidak ada satupun negara yang mendapatkan tambahan kuota,” ujar Lukman, Selasa (28/02).

Menurutnya, problem penyelenggaraan haji bukan terkait tambahan kuota, tapi daya tampung dua kota suci di Saudi Arabia (Makkah dan Madinah), termasuk Arafah-Mina, yang sangat terbatas. “Kita harus punya pemahaman, persoalannya bukan tambahan kuota yang harus kita tuntut. Tapi bagaimana penyiapan sarana dan prasarana, fasilitas umum di sana sehingga jumlah jamaah haji yang banyak itu justru tidak menimbulkan ancaman selama mereka di sana,” ucap Lukman.

Sehubungan itu, Menag mengaku, akan terus mengusulkan peningkatan sarana prasarana dan fasilitas umum perhajian, khususnya di Arafah dan Mina. Kata Menag, puncak haji ada di Arafah dan juga di Mina, sementara kedua tempat tersebut wilayahnya terbatas, tidak bisa begitu saja diperluas karena ada ketentuan keagamaan.

“Inilah yang harus kita siasati dengan bagaimana fasilitas bisa ditingkatkan, tidak melebar tapi ke atas. Ini memerlukan kecermatan dan perencanaan yang matang,” ujarnya.

Meski demikian, bukan berarti Kementerian Agama akan menutup mata terhadap peluang adanya penambahan kuota. Menag mengatakan, bahwa pihaknya sedang terus memperjuangkan agar kuota yang tidak optimal terserap di beberapa negara itu bisa dimanfaatkan Indonesia. Sebab, lazim di setiap penyelenggaraan ibadah haji, ada beberapa negara yang kuotanya tidak terpakai seluruhnya.

 

sumber:Ihram.co.id

 

—————————————————————————
Umrah Resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
—————————————————————————

Hal yang Dilakukan Ketika Mendampingi Orang Jelang Kematian

JIKA ada seorang muslim yang sakit dan sekarat maka sangat dianjurkan bagi para kerabatnya agar hadir di situ. Yang demikian itu agar para kerabat bisa melaksanakan hal-hal yang di syariatkan kepada mereka terhadap orang yang sekarat tersebut. Berupa memejamkan kedua matanya, mentalqinkannya, menutupi jasadnya, dan lain-lain.

Di riwayatkan dari Hudzaifah Radhiyallahu Anhu bahwa dia berkata: “Hadapkan wajahku ke arah kiblat.” (Lihat Manaar As Sabiil dan Irwa Al Ghalil)

Hal tersebut juga di sebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni. Maksudnya adalah membaringkannya di atas samping kanan dengan menghadap kiblat. Dari Syadad bin Aus Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika kalian menghadiri orang yang sekarat, maka pejamkanlah matanya, sebab mata itu mengikuti roh. Dan ucapkanlah yang baik-baik saja karena setiap yang diucapkan keluarga si mayit itu di amini oleh para malaikat.” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim, sahih)

Juga dianjurkan bagi keluarga si mayit mentalqin mengajarinya dengan dua kalimat syahadat. Berdasarkan hadis yang di riwayatkan oleh Abu Said Al Khudriy, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya: “Talqin (ajarilah) orang yang sekarat itu Laa ilaha Illallah.” (H.R Muslim dan Tirmidzi)

Dalam riwayat lain hadis yang di riwayatkan oleh Muadz bin Jabal bahwa Nabi bersabda yang artinya: “Barang siapa yang akhir perkataanya adalah Laa ilaha illallah maka niscaya dia masuk surga.” (HR Abu Dawud dan Al-Hakim, sahih)

[Sumber: Al Muqarrib lii Ahkamil Janaiz oleh Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al-Uroifi dan di tahqiq oleh Al-Alamah Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2362095/yang-dilakukan-jika-dampingi-orang-jelang-kematian#sthash.CojjLDlM.dpuf

———————————————————————————————————–
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
———————————————————————————————————-

Sahkah Salat Jika Ujung Sajadah Ada Najisnya?

JIKA bagian alas yang kena najis tidak mengenai anggota badan kita, maka tidak batal salatnya, karena tidak bisa dikatakan “membawa” najis.

Ini berbeda jika pakaian, dompet, atau handphone, jika ada najisnya dan dipakai/dibawa salat, maka salatnya tidak sah, begitu juga membawa botol yang berisi najis, walau dalam keadaan tertutup rapat, maka tidak sah salatnya.

Kalau dia salat di atas (alas) karpet yang dibawahnya ada najis, atau dipinggirnya ada najis, atau (salat) di atas ranjang yang tiang-tiangnya terdapat najis maka tidak bahaya (tidak batal salatnya). Kalau najis tersebut sejajar dengan bagian dada nya ketika sujud, atau (sejajar dengan) anggota yang lain maka ada dua wajah (pendapat), yang paling sahih adalah tidak batal salatnya karena dia tidak membawa najis dan tidak tersentuh dengan najis. (Imam Abu Bakar al Hishni (w. 829), Kifayatul Akhyar, hal. 91. Maktabah Syamilah)

Allahu Alam bishshowab. [@indonesiabertauhid]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2362111/sahkah-salat-jika-ujung-sajadah-ada-najisnya#sthash.cv8XPuV3.dpuf

 

 

———————————————————————————————————–
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
———————————————————————————————————-

Awas! Tingkatan Satu “Celakalah Orang yang Salat”

Al-Hafidz Ibu Katsir pernah mengatakan, metode tafsir yang paling bagus adalah tafsir alquran dengan alquran. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/7). Firman Allah mengenai kecelakaan bagi orang yang salat, telah dijelaskan di lanjutan ayat, “Celakalah orang-orang yang salat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya.” (QS. al-Maun: 4 -5).

Sehingga makna, Celakahlah orang yang salat adalah mereka yang lalai dari salatnya. Bentuk lalai alam salat, beraneka ragam. Secara umum, bisa kita bagi menjadi beberapa tingkatan,

(1) Lalai hingga meninggalkan salat.

Seperti mereka yang tidak pernah salat sama sekali, atau mereka yang bolong-bolong salatnya, atau mereka yang menunda-nunda salat hingga keluar waktu. Model semacam ini yang diceritakan para sahabat. Ibnu Masud mengatakan, demi Allah, mereka tidak meninggalkan semua salat. Andai mereka sama sekali tidak salat, mereka kafir. Namun mereka tidak menjaga waktu salat. Ibnu Abbas mengatakan, Makna ayat adalah mereka mengakhirkan salat hingga keluar waktu. (Zadul Masir, 6/194).

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahkan menyebut salatnya orang munafik. Dia secara sengaja menunda-nunda waktu salat, hingga mendekati berakhirnya waktu salat. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Itulah salatnya orang munafik, duduk santai sambil lihat-lihat matahari. Hingga ketika matahari telah berada di antara dua tanduk setan (menjelang terbenam), dia baru mulai salat, dengan gerakan cepat seperti mematuk 4 kali. Tidak mengingat Allah dalam salatnya kecuali sedikit.” (HR. Muslim 1443 & Ahmad 11999).

[baca lanjutan: Tingkatan Kedua “Celakalah Orang yang Salat”]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2362535/awas-tingkatan-satu-celakalah-orang-yang-salat#sthash.ciPIidi6.dpuf

———————————————————————————————————–
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
———————————————————————————————————-

Dua Jenis Prasangka

Sufyan ats-Tsauri menjelaskan ada dua jenis prasangka, yakni berdosa dan tidak berdosa.  Prasangka yang berdosa, tutur ats-Tasuri,  jika seseorang berprasangka dan mengucapkannya kepada orang lain.  Sedangkan,  yang tak berdosa adalah  prasangka yang tidak diucapkan atau disebarkan kepada orang lain.

Rasulullah SAW senantiasa mendidik dan mengarahkan para sahabat agar berbaik sangka (ber-husnuzh-zhann) terhadap Allah SWT  dan manusia di sekitar mereka, agar hati mereka tetap bersatu. Tiga hari menjelang wafat, Rasulullah SAW bersabda, ”Janganlah seseorang meninggal dunia, kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah SWT.” (HR Muslim, hadis sahih).

Berbaik sangka kepada Allah SWT merupakan kenikmatan yang paling agung. Abu Hurairah RA meriwayatkan sabda Rasulullah SAW tentang kemuliaan berprasangka baik kepada sang Khalik. ”Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman, Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku.”

”Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (HR Bukhari dan Muslim).

Ahmad bin Abbas an-Numri berkata, ”Sungguh aku berharap kepada Allah hingga seolah aku melihat betapa indahnya balasan Allah atas kebaikan prasangkaku.” Syekh al-Mishri, mengungkapkan, kebersihan hati seorang Mukmin adalah salah satu hal yang penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hati yang bersih akan memudahkan umat untuk menjalin ukhuwah Islamiyah. Salah satu cara memelihara jalinan ukhuwah Islamiyah adalah dengan berbaik sangka kepada saudara-saudara sesama Muslim.

 

sumber: Republika Online

 

———————————————————————————————————–
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297

 

Hidup Sebagai Ujian

HIDUP manusia di pentas dunia ini sebagai ujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar manusia bisa meraih nilai bagus di akhir hidupnya. Allah menurunkan petunjuk berupa al-Quran dan al-Hadis dengan perantaraan malaikat Jibril. Jika manusia berpegang kepada keduanya, insya Allah ia akan berhasil dalam masa ujiannya. Sebaliknya manusia yang meninggalkan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya, dipastikan akan mengalami kegagalan.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35).

Dalam hidup kita adalah masa percobaan di atas bumi ini. Kebersihan hati dan keimanan kita diuji dengan berbagai macam: ada yang diuji dengan bencana, dan ada yang dengan nasib baik dalam hidup ini. Kalau kita menguji watak kita, kita akan melalui masa percobaan dengan sukses jika dalam hal apa pun orang harus kembali kepada Allah, dan kemudian hidup kita akan dinilai dengan setepat-tepatnya.

Allah berfirman mengenai balasan orang yang meninggalkan agama dan tidak lulus dalam menjalankan ujian di dunia ini:

Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu ia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat. Dan mereka itulah penghuni neraka, meraka kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqarah: 217).

Setiap jiwa pasti merasakan maut, dan akan ditunaikan pahala kalian pada hari kiamat. Barang siapa yang diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, sungguh ia beruntung. Tidaklah kehidupan dunia melainkan harta benda yang memberdayakan.” (QS. Ali Imran:185).

Ruh itu takkan mati, tetapi kematian jasad akan memberi rasa mati terhadap ruh bilamana ruh sudah terpisah dari jasad. Ruh itu kemudian menyadari bahwa hidup ini tidak lain adalah suatu masa percobaan, dan tampak adanya ketidaksamaan kelak saat akan diperlakukan pada hari kemudian.

Penting diingat bahwa biasanya manusia akan merasakan ujian saat sesuatu yang menjadi miliknya hilang. Misalnya: orangtua kehilangan anaknya, rumah atau tokonya kebakar, hartanya diambil orang, dan lain sebagainya. Pada saat kondisi seperti inilah biasanya ia diingatkan untuk bersikap sabar dan tawakal. Keimanannya sedang di uji oleh suatu nasib buruk yang menimpanya. Jika imannya kuat, ia akan bisa menerima bencana ini dengan tetap berada dalam jalur agama. Tetap beriman dan menyembah Allah Swt.

Akan tetapi, sebenarnya ujian itu juga berlaku bagi orang yang hidupnya dalam keadaan normal. Orang yang kaya diuji dengan kekayaannya, mampukah ia menunaikan zakat dan sedekah dengan hartanya itu. Orang yang memiliki jabatan, mampukah ia menjalankan amanatnya itu dengan baik. Orang yang berilmu, apakah ia menggunakan ilmunya itu untuk kemaslahatan umat dan tidak merungikan orang lain. Orang tua diuji oleh anak-anaknya, bisakah mereka menuntun anak-anaknya menjadi anak yang saleh dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain dan seterusnya.

Setiap kita, dalam keadaan apa pun, sedang dalam ujian Allah Swt, baik atau buruk hasil yang kita terima nanti di akhirat dengan memperoleh imbalan. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa Allah maha pengampun dan maha penolong. Kasih sayang-Nya amat besar kepada hamba-hambanya. Karena itu, lebih baik di dunia ini kita mengetahui bahwa kita telah gagal dalam ujian. Dan kita coba memperbaikinya ke arah yang lebih baik. Kita harus yakin, selama hayat masih di kandung badan, Allah bersedia menolong kita kejalan yang benar.*/Muhammad Zul Arifin (dari buku Rindu Kematian Cara Meraih yang Indah, dengan penulis: Ustadz Muhammad Arifin Ilham)

 

sumber: Hidayatullah.com

 

Penciptaan Adam Mengantar Jeffrey Lang Menjadi Muslim

Prof Dr Jeffrey Lang, nama lengkapnya. Sehari-hari dia bekerja sebagai dosen dan peneliti bidang matematika di Universitas Kansas, salah satu universitas terkemuka di Amerika Serikat. Gelar master dan doktor matematika diraihnya dari Purdue University pada tahun 1981. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga penganut paham Katolik Roma di Bridgeport, Connecticut, pada 30 Januari 1954.

Pendidikan dasar hingga menengah ia jalani di sekolah berlatar Katolik Roma selama hampir 18 tahun lamanya. Selama itu pula, menurut Lang–sebagaimana ditulis dalam catatan hariannya tentang perjalanannya mencari Islam–menyisakan banyak pertanyaan tak berjawab dalam dirinya tentang Tuhan dan filosofi ajaran Kristen yang dianutnya selama ini.

”Seperti kebanyakan anak-anak lain di kisaran tahun 1960-an hingga awal 1970-an, saya melewati masa kecil yang penuh keceriaan. Bedanya, pada masa itu, saya sudah mulai banyak bertanya tentang nilai-nilai kehidupan, baik itu secara politik, sosial, maupun keagamaan. Saya bahkan sering bertengkar dengan banyak kalangan, termasuk para pemuka gereja Katolik,” papar dia.

Menginjak usia 18 tahun, Lang remaja memutuskan menjadi seorang atheis.

”Jika Tuhan itu ada dan Dia punya belas kasih dan sayang, lalu mengapa ada begitu banyak penderitaan di atas bumi ini? Mengapa Dia tidak masukkan saja kita semua ke dalam surga? Mengapa juga dia menciptakan orang-orang di atas bumi ini dengan berbagai penderitaan?” kisah Lang tentang kegelisahan hatinya kala itu. Selama bertahun-tahun, pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus menggelayuti pikirannya.

Akhirnya, Lang baru mendapat jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut ketika ia bekerja sebagai salah seorang asisten dosen di Jurusan Matematika, Universitas San Francisco. Di sanalah, ia menemukan petunjuk bahwa Tuhan itu ada dan nyata dalam kehidupan ini. Petunjuk itu ia dapatkan dari beberapa mahasiswanya yang beragama Islam.

Saat pertama kali memberi kuliah di Universitas San Francisco, Lang bertemu dengan seorang mahasiswa Muslim yang mengambil mata kuliah matematika. Ia pun langsung akrab dengan mahasiswa tersebut. Mahmoud Qandeel, nama mahasiswa tersebut. Dia berasal dari Arab Saudi.

Mahmoud, kata Lang, telah memberi banyak masukan kepadanya mengenai Islam. Menariknya, semua diskusi mereka menyangkut dengan sains dan teknologi.

Salah satu yang pernah didiskusikan Lang dan Qandeel adalah riset kedokteran. Lang dibuat terpana oleh jawaban Qandeel, yang di negaranya adalah seorang mayor polisi. Qandeel menjawab semua pertanyaan dengan sempurna sekali dan dengan menggunakan bahasa Inggris yang bagus.

Ketika pihak kampus mengadakan acara perpisahan di luar kampus yang dihadiri oleh semua dosen dan mahasiswa, Qandeel menghadiahi asisten dosennya ini sebuah Alquran dan beberapa buku mengenai Islam.

Atas inisiatifnya sendiri, Lang pun mempelajari isi Alquran itu. Bahkan, buku-buku Islam tersebut dibacanya hingga tuntas. Dia mengaku kagum dengan Alquran. Dua juz pertama dari Alquran yang dipelajarinya telah membuat dia takjub dan bagai terhipnotis.

”Tiap malam muncul beraneka macam pertanyaan dalam diri saya. Tapi, entah mengapa, jawabannya segera saya temukan esok harinya. Seakan ada yang membaca pikiran saya dan menuliskannya di setiap baris Alquran. Saya seakan menemukan diri saya di tiap halaman Alquran,” ungkap Lang.

Sebagai seorang pakar dalam bidang matematika dan dikenal sebagai seorang peneliti, penjelasan yang didapatkannya tidak langsung ia percayai begitu saja. Ia meneliti dan menelaah secara lebih mendalam ayat-ayat Alquran.

Beberapa ayat yang membuatnya kagum dan telah membandingkannya dengan ajarannya yang lama adalah ayat 30-39 surah Albaqarah tentang penciptaan Adam. 

Dalam bukunya Losing My Religion: A Call for Help, Jeffrey Lang secara lengkap menjelaskan pergulatannya dalam memahami ayat 30-39 surah Albaqarah tersebut.

”Saya membaca ayat tersebut beberapa kali, tak tak kunjung sanggup menangkap apa maksud Alquran,” ujarnya.

”Bagi saya, Alquran sepertinya sedang menyampaikan sesuatu yang sangat mendasar atau mungkin keliru. Lalu, saya membacanya lagi secara perlahan dan saksama, baris demi baris, untuk memastikan pesan yang disampaikan,” lanjutnya.

Ketika membaca ayat ke-30 surah Albaqarah, ”Dan, ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada Malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Malaikat berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi, mereka adalah orang-orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Padahal, kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan menyucikan Engkau?’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.”

Menurut Lang, ayat ini sangat mengganggunya. ”Saya merasa sangat kesepian. Seakan-akan penulis kitab suci ini telah menarik diri saya ke dalam ruang hampa dan sunyi untuk berbicara langsung dengan saya,” ujarnya.

”Saya berpikir, keterangan ayat tersebut ada sesuatu yang keliru. Saya protes. Lalu, saya baca lagi. Saya amati dengan saksama. Sebab, menurut ajaran yang pernah  saya dapatkan, diturunkannya Adam ke bumi bukan menjadi khalifah, tetapi sebagai hukuman lantaran dosa Adam. Namun, dalam Alquran, tidak ada satu kata pun yang menjelaskan sebab-sebab diturunkan Adam karena perbuatan dosa,” jelasnya.

Menurut Lang, pertanyaan yang diutarakannya sama dengan pertanyaan malaikat yang menyatakan bahwa manusia itu berbuat kerusakan.

”Tapi, saya merasa ada sesuatu yang lain dari keterangan ayat selanjutnya. Allah hanya menjawab, ‘Sesungguhnya, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’ Jawaban ini terkesan sederhana dan enteng, namun mengandung makna yang dalam,” ungkapnya.

Lang menjelaskan, dalam Alkitab, jawaban Tuhan atas pertanyaan malaikat disampaikan tentang hukuman yang diberikan karena berbuat dosa. ”Penjelasan ini berbeda dengan Alquran. Alquran menjawab pertanyaan para malaikat dengan memperlihatkan kemampuan manusia, pilihan moral, dan bimbingan Ilahi. Allah mengajarkan manusia (Adam) nama-nama benda.”

”Ayat tersebut menunjukkan kemuliaan dan kemampuan manusia yang tidak diberikan kepada malaikat,” ujarnya.

Bahkan, pada ayat ke-39 diterangkan, ”Adapun orang-orang yang tidak beriman dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka adalah penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya.” 

”Saya merasa ayat ini makin kuat menyerang saya. Namun, saya semakin percaya akan kebenaran Alquran dan meyakini agama Islam yang dibawa oleh Muhammad SAW,” jelasnya.

Sekitar tahun 1980-an, belum banyak pelajar Muslim yang menuntut ilmu di Universitas San Francisco. Sehingga, kalau bertemu dengan mahasiswa Muslim di area kampus, menurut Lang, itu merupakan hal yang sangat langka.

Ada cerita menarik tatkala Lang sedang menelusuri kampus. Secara tak terduga, ia menemukan sebuah ruangan kecil di lantai bawah sebuah gereja. Ruang tersebut rupanya dipakai oleh beberapa mahasiswa Islam untuk menunaikan shalat lima waktu.

Kepalanya dipenuhi tanda tanya dan rasa ingin tahu. Dia pun memutuskan masuk ke tempat shalat tersebut. Waktu itu, bertepatan dengan masuknya waktu shalat Zuhur. Oleh para mahasiswanya, dia pun diajak untuk ikut shalat. Dia berdiri persis di belakang salah seorang mahasiswa dan mengikuti setiap gerakannya.

Dengan para mahasiswa Muslim ini, Lang berdiksusi tentang masalah agama, termasuk semua pertanyaan yang selama ini tersimpan dalam kepalanya. ”Sungguh luar biasa, saya benar-benar terkejut sekali dengan cara mereka menjelaskan. Masuk akal dan mudah dicerna. Ternyata, jawabannya ada dalam ajaran Islam,” tuturnya.

Sejak saat itu, Lang pun memutuskan masuk Islam dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Dia menjadi seorang mualaf pada awal 1980. Ia mengaku bahwa dengan menjadi seorang Muslim, banyak sekali kepuasan batin yang didapatkannya.

Itulah kisah perjalanan spiritual sang profesor yang juga meraih karier bagus di bidang matematika. Dia mengaku sangat terinspirasi dengan matematika yang menurutnya logis dan berisi fakta-fakta berupa data riil untuk mendapatkan jawaban konkret.

”Dengan cara seperti itulah, saya bekerja. Adakalanya, saya frustrasi ketika ingin mencari sesuatu, tapi tidak mendapat jawaban yang konkret. Namun, dengan Islam, semuanya rasional, masuk akal, dan mudah dicerna,” tukasnya.

Prof Lang saat ini ditunjuk oleh fakultasnya sebagai pembina organisasi Asosiasi Mahasiswa Islam guna menjembatani para pelajar Muslim dengan pihak universitas. Tak hanya itu, dia bahkan ditunjuk untuk memberikan mata kuliah agama Islam oleh pihak rektorat.

Ia menikah dengan seorang perempuan Arab Saudi bernama Raika pada tahun 1994. Mereka dikaruniai tiga anak, yakni Jameelah, Sarah, dan Fattin. Selain ratusan artikel ilmiah bidang matematika, dia juga telah menulis beberapa buku Islam yang menjadi rujukan komunitas Muslim Amerika. Even Angels ask: A Journey to Islam in America adalah salah satu buku best seller-nya. Dalam buku itu, dia menulis kisah perjalanan spiritualnya hingga memeluk Islam.

Beberapa tahun belakangan ini, Lang aktif pada banyak kegiatan Islami dan dia merupakan pembicara inspirasional yang paling terkenal di sebuah organisasi pendidikan bernama Mecca Centric. Di sana, dia melayani konsultasi segala sesuatu tentang Islam ataupun kegiatan kepemudaan.

 

sumber:RepublikaOnline

 

———————————————————————————————————–
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com  atau hubungi handphone/WA 08119303297

4 Amalan Pagi Pengundang Rezeki

Ada banyak amal yang memiliki keutamaan mengundang rezeki. Sebagian amal-amal itu bisa dilakukan di banyak waktu, ada pula yang hanya bisa dilakukan di pagi hari. Apa saja? Berikut ini empat amalan pagi pengundang rezeki.

1. Shalat tahajud

Shalat tahajud bisa dilakukan di seluruh bagian malam; baik tengah malam maupun sepertiga malam yang terakhir, dengan syarat sudah tidur terlebih dahulu. Namun yang lebih utama dan lebih berefek mengundang rezeki adalah shalat tahajud yang dilakukan di sepertiga malam yang terakhir. Jadi, tahajud juga menjadi sarana bangun pagi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ

“Ketika kalian tidur, syetan membuat tiga ikatan di tengkuk kalian. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu, lepas lagi satu ikatan berikutnya. Kemudian jika ia mengerjakan shalat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, jiwanya jadi kotor dan malas.” (HR. Al Bukhari)

Nah, seperti hadits tersebut, seseorang yang bangun pagi, berwudhu lalu shalat tahajud, paginya ia menjadi bersemangat dan bergembira. Seseorang yang bersemangat dan bergembira, akan berpengaruh pada peningkatan kreatifitas dan motivasi kerja yang secara ilmiah dibuktikan dengan sejumlah penelitian berbanding lurus dengan kinerja.

Prof. Dr. K.H. Didin Hafiduddin, M.Sc membuktikan, salah satu keajaiban shalat tahajud adalah Allah melapangkan rezekinya. “Kita harus yakin bahwa Allah SWT akan mempermudah hamba-hamba-Nya yang selalu ingin dekat dengan-Nya,” tegas beliau seperti dikutip dalam buku 10 Kesaksian Pengamal Tahajud.

 

2. Doa di pagi hari

Setelah shalat tahajud, seorang muslim perlu memanfaatkan waktu sepertiga malam tersebut untuk berdoa. Doa adalah senjata orang beriman. Apalagi doa di sepertiga malam yang terakhir, insya Allah lebih mustajabah. Lebih didengar dan dikabulkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Doa ini lebih bagus lagi jika menjadi satu paket dengan shalat tahajud. Jadi setelah tahajud kemudian berdoa. Berdoa apa saja, asalkan baik, insya Allah dikabulkan oleh Allah. Berdoa memohon ampunan, berdoa memohon akhirat, dan boleh juga berdoa meminta dunia untuk sarana akhirat; termasuk rezeki.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

“Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

 

3. Sedekah pagi

Sedekah bisa dilakukan kapan saja dan salah satu keutamaannya adalah dilipatgandakan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun, sedekah di waktu pagi lebih istimewa lagi. Sebab setiap pagi ada malaikat yang mendoakan orang yang bersedekah dan orang yang pelit.

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

“Tidaklah berlalu pagi di setiap hari kecuali ada dua malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang berinfak” Sedangkan malaikat yang satunya berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Doa manusia kadang ada yang tertolak tersebab dosa dan kemaksiatan yang dilakukan. Namun malaikat? Mereka tidak pernah melakukan dosa dan kemaksiatan sehingga doa malaikat insya Allah selalu dikabulkan Allah. Jadi, bersedekahlah di waktu pagi, malaikat akan mendoakan ganti dan dengan demikian insya Allah terundanglah rezeki.

Sedekah pagi ini menjadi amalan yang banyak diamalkan para sahabat, terutama Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Pernah Rasulullah setelah shalat Subuh bertanya kepada para sahabatnya siapa yang telah melakukan shalar tahajud, bersedekah, dan lain-lain. Ternyata Abu Bakar terus mengacungkan tangan sebagai tanda bahwa beliau telah melaksanakan amal-amal itu.

4. Shalat Dhuha

Shalat dhuha adalah salah satu amalan pagi yang bisa mengundang rezeki. Waktu shalat dhuha dimulai sejak matahari sepenggelahan naik (kira-kira satu tombak) hingga menjelang ke tengah di atas kepala (kira-kira 15 menit sebelum Dzuhur).

Shalat dhuha bisa dikerjakan dua raka’at hinga delapan raka’at. Bahkan ada pula yang mengatakan hingga 12 raka’at. Dua raka’at shalat dhuha senilai dengan 360 sedekah sebagai hak persendian dan siapa yang menjalankan empat rakaat shalat dhuha niscaya Alah menjamin rezekinya.

فِى الإِنْسَانِ ثَلاَثُمِائَةٍ وَسِتُّونَ مَفْصِلاً فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهُ بِصَدَقَةٍ. قَالُوا وَمَنْ يُطِيقُ ذَلِكَ يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا وَالشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُكَ

“Di dalam tubuh manusia terdapat 360 sendi, yang seluruhnya harus dikeluarkan sedekahnya.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah yang mampu melakukan itu wahai Nabiyullah?” Beliau menjawab, “Engkau membersihkan dahak yang ada di dalam masjid adalah sedekah, engkau menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan adalah sedekah. Maka jika engkau tidak menemukannya (sedekah sebanyak itu), maka dua raka’at Dhuha sudah mencukupimu.” (HR. Abu Dawud)

يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُعْجِزْنِى مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِى أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad)

Demikian 4 amalan pagi pengundang rezeki. Tentu masih ada amalan-amalan lain yang tergolong di dalamnya, baik yang bisa dilakukan di waktu pagi maupun waktu-waktu lainnya. Wallahu a’lam bish shawab.

 

[Muchlisin BK/Bersamadakwah]

 

———————————————————————————————————–
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297

Pohon Keimanan

Di dalam Alquran dipaparkan mengenai fitrah manusia untuk berdoa kepada-Nya, meminta perlindungan-Nya, dan memohon ampunan-Nya. “Wahai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah dan Allah, Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS Fathir: 15).

Ibnu Qayyim Al Jauziy menjelaskan, ayat ini menerangkan, kefakiran (kebutuhan) para hamba kepada Nya adalah sesuatu yang bersifat esensi dan intrinsik bagi mereka. Status fakir menjadi bagian inti dari diri mereka yang sama sekali tidak bisa terlepas dari diri mereka.

Sebagaimana Allah SWT Maha Kaya dan Maha Terpuji juga hal yang bersifat intrinsik bagi Dzat-Nya. Sifat Maha Allah yang kaya dan terpuji adalah sebuah keniscayaan yang tertetapkan untuk-Nya. Sudah menjadi sifat intrinsik Dzat-Nya bukan sesuatu yang bersifat ekstrinsik karena adanya faktor eksternal.

Kefakiran kepada Allah SWT tidak lain adalah kekayaan dan kecukupan atas apa yang diberikan-Nya. Karena itu, orang yang paling fakir kepada Allah SWT sejatinya orang paling kaya dan cukup dengan-Nya. Orang paling merendahkan diri kepada-Nya sejatinya orang paling mulia. Orang paling lemah di hadapan-Nya, sejatinya orang paling kuat. Orang merasa paling bodoh sejatinya orang yang paling mengetahui diri-Nya. Kekayaan dan kecukupan berbanding lurus dengan kefakiran kepada Nya. Ini dua hal yang inheren dan tidak bisa dipisahkan satu dengan lain. Keduanya bersifat simetris.

Ibnu Qayyim menyebut kekayaan sebagai al Ghina. Ulama besar ini mengartikan  Al Ghina merupakan kekayaan dalam arti hakiki. Kekayaan ini tidak lain adalah kepunyaan Allah SWT. Rabb Yang Maha Kaya dan tidak ada sedikit pun butuh kepada segala sesuatu selain-Nya. Segala sesuatu selain Allah pasti tersemat label fakir, sebagaimana memiliki predikat makhluk ciptaan.

Kekayaan pun bisa dinikmati makhluk. Orang kaya disebut sebagai orang yang bisa memiliki apa pun kebutuhan dan hajatnya.  Di dalam diri manusia, ada perasaan butuh akan sesuatu yang sangat besar. Hasrat ini tidak bisa ditutupi. Seorang hamba yang berhasil mendapatkan Dzat Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji akan mendapatkan segalanya. Jika tidak, dia bisa jadi akan mendapatkan segalanya, tetapi kehilangan-Nya. Seperti apa yang dialami Profesor Paul Ehrenfest.

Shaikh Ibnu Qayyim pun membagi Al Ghina untuk makhluk menjadi dua. Al Ghina yang remeh dan Al Ghina yang tinggi. Al Ghina yang rendah disebut sebagai Al Ghina as-Safil. Al Ghina ini diartikan sebagai bentuk kaya dengan hal-hal pinjaman. Semua itu pun harus dikembalikan kepada Sang Pemilik. Orang dengan Al Ghina As-Safil dipinjami istri atau suami, perempuan, harta yang banyak dengan berbagai jenisnya, kendaraan, dan sebagainya.

Al Ghina yang mulia dan tinggi disebut dengan Al Ghina Ali. Mengutip pendapat Ibnu Taimiyyah dalam kitab Manazli As Sa’irin, Ibnu Qayyim menjelaskan, Al Ghina Ali memiliki tiga jenis tingkatan. Pertama, kekayaan hati, yakni hati bersih dari sebab, menerima dan pasrah kepada ketentuan serta terbebas dari perseteruan. Kedua, kekayaan jiwa. Artinya, keistiqamahan jiwa di atas al Marghub (sesuatu yang disenangi Allah), keselamatan jiwa dari al Maskhuth (sesuatu yang dibenci Allah) dan keterbebasan jiwa dari riya.

Tingkatan terakhir adalah al Ghina atau kekayaan dan kecukupan dengan al-Haqq. Al Haqq pun dibagi kembali menjadi tiga tingkatan. Pertama, menyadari bahwa Allah SWT mengingat kamu. Kedua, memandang keawalan-Nya sehingga mampu menyadari bahwa segala sesuatu selain Allah tidak lain ada karena-Nya. Ketiga, keberuntungan menggapai wujud-Nya. Ibnu Qayyim menyebut tingkatan ini merupakan peringkat tertinggi kekayaan manusia ketimbang derajat pertama dan kedua.

Pada Al Ghina Ali sebelumnya, derajat kekayaannya masih berupa bekas dan efek dari zikir mengingat Allah SWT dan konsentrasi menghadap kepada Nya. Dari situ, hati mendapat limpahan nur atau cahaya sifat-sifat suci. Hati pun menjadi kaya dan berkecukupan dengannya. Ini adalah bentuk kefakiran sekaligus kekayaan hakiki. Saat Allah SWT menjadi ambisi terbesar seorang hamba.

Hamba-hamba yang ‘kaya’ mendapat qiyas istimewa di dalam Alquran. “Seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.” (QS Ibrahim: 24-25).

Ibnu Qayyim menganalogikan pohon ini sebagai pohon keimanan. Akarnya menancap kokoh ke dalam hati sedangkan cabang-cabangnya, yaitu perkataan yang baik dan amal shaleh menjulang tinggi ke langit. Pohon ini akan terus mengeluarkan buahnya setiap saat dengan izin Tuhannya. Buah keimanan akan menyenangkan mata dan hati pemiliknya, para perawatnya, keluarganya, teman-temannya, dan orang-orang yang dekat kepadanya. Wallahu’alam

 

sumber: Republika Online

 

———————————————————————————————————–
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com  atau hubungi handphone/WA 08119303297