Lima Pahala dan Keutamaan Salat Tahajud

“DARI Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang salat apakah yang paling utama sesudah salat wajib? Maka beliau menjawab, “Salat tengah malam.” (Hr. Jamaah, kecuali Bukhari)

“Dari Amr bin Abasah, ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda, “Waktu terdekat seseorang hamba dalam berhubungan dengan Tuhannya adalah di tengah malam yang paling akhir. Oleh karena itu, jika engkau dapat masuk golongan orang yang dapat mengingat Allah pada saat tersebut, maka jadilah engkau.” (Hr. Tirmidzi. Dishahihkan oleh Imam Trimidzi)

Betapa Salat Tahajud memiliki banyak keberkahan yang bisa mendekatkan kepada Allah Taala, pemilik alam semesta. Bukankah sangat disayangkan jika kita melewatkan malam berkah yang penuh anugerah itu?

Salat Tahajud secara harfiah berarti “bangun tidur untuk beribadah” bagi yang berkemampuan. Secara istilah, semua jenis ibadah di malam hari seperti salat, membaca Alquran dan lain-lain. Sedangkan Imam Shuyuti mengatakan, tahajud merupakan kewajiban tambahan atas salat lima waktu.

Hukum Salat Tahajud adalah sunah yang diajurkan. Dahulu pernah terjadi perdebatan antara mewajibkan salat ini atau tidak. Karena Nabi Muhammad selalu berusaha bangun untuk mendirikannya meskipun sakit. Namun, pendapat para ulama mengatakan, salat ini dilakukan bagi yang mampu. Sehingga bisa disimpulkan, sunah yang dianjurkan karena mengingat banyak pahala yang didapat ketika mengerjakannya.

Beberapa pahala atau keutamaan yang didapat ketika melaksanakan Salat Tahajud, antara lain:

1. Masuk surga tanpa hisab

Abdullah bin Salam berkata, Rasulullah bersabda, “Sebarkanlah salam, berilah makan (orang-orang yang membutuhkan), sambungkanlah silaturrahim, dan salatlah pada malam hari ketika orang lain sedang tidur; niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (Hr. at-Tirmidzi)

2. Pengusir penyakit dari badan

Salman al-Farisi meriwayatkan, Rasululalah bersabda, “Hendaklah kalian mendirikan salat malam. Karena salat malam adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, pendekatan diri kepada Tuhan, penebus dosa, dan pengusir penyakit dari badan.” (Hr. at-Tirmidzi dan ath-Thabrani)

3. Menyimpan pintu-pintu kebaikan

Muadz bin Jabal pernah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku amalan yang dapat memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.” Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya kamu bertanya tentang sesuatu yang berat, tetapi hal itu mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah. Kamu menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan salat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, dan berhaji ke Baitullah jika mampu menempuh perjalanannya.”

Beliau bertanya, “Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah yang menghapuskan dosa seperti air memadamkan api, dan salat pada larut malam.” (Hr. Ahmad, an-Nasai, Ibnu Majah, dan at-Tirmidzi)

4. Menggugurkan dosa dan mencerahkan jiwa

Ibnu al-Hajjaj berkata, “Terdapat banyak manfaat dari Shalat Malam. Di antaranya: menggugurkan dosa seperti angin yang menggugurkan daun-daun kering dari pepohonan. Salat malam juga dapat menerangkan hati, mencerahkan jiwa, menjadikan wajah berseri-seri, menghilangkan kemalasan, dan menyehatkan tubuh. Orang yang mendirikan Salat Tahajud menjadi tumpuan pandangan para malaikat dari langit yang terus mengawasi, seperti bintang-bintang yang memancarkan cahaya kepada penghuni bumi. Selain itu, orang yang mendirikan salat malam akan mendapat keberkahan, cahaya dan persembahan berharga yang tidak terbayangkan.”

5. Seperti bersedekah secara sembunyi-sembunyi

Abdulah bin Masud meriwayatkan, Rasulullah bersabda, “Keutamaan salat pada malam hari atas salat pada siang hari seperti keutamaan sedekah secara sembunyi-sembunyi atas sedekah secara terang-terangan.” (Hr. Ibnu Mubarak dan at-Thabrani)

Begitu banyak hal keutamaan yang didapat ketika kita mau melaksanakan salat malam yang begitu dicintai Rasulullah. Rasanya akan sangat sayang untuk ditinggalkan.

Sedikit hikmah ibadah Tahajud yang mungkin bisa makin membuka mata batin kita semua,

1. Merupakan ibadah yang paling utama sesudah salat fardhu.

2. Memperoleh derajat maqam mahmud (posisi paling baik dan terpuji) di sisi Allah, dengan pahala surga beserta seluruh isi dan kenikmatannya. Salat malam menjadi sebab utama seseorang meraih surga.

3. Mendapatkan pencerahan ruhani, kebersihan hati dan kesucian rasa.

4. Memperoleh kebeningan dan kejernihan akal.

5. Dijauhkan dari penyakit jasmani dan ruhani.

6. Dikaruniani ilmu langsung dari Allah.

7. Mengetahui rahasia-rahasia terdalam dari kehidupan dan keagamaan.

8. Cara mempertinggi derajat dalam kamar-kamar surga.

9. Dicatat sebagai orang yang berbuat ihsan.

10. Dipuji oleh Allah dan digolongkan sebagai hamba yang baik, dan memiliki iman yang sempurna.

11. Dicatat sebagai hamba yang bersih dari dosa, ditutup kesalahannya oleh Allah, serta dimasukkan sebagai kelompok hamba yang bersyukur kepada Allah.

12. Dijanjikan kemuliaan, keteladanan, dan keberuntungan besar oleh Allah.

13. Digolongkan sebagai pengikut setia Nabi Muhammad, yang dipastikan mendapat syafaat di Hari Kiamat.

Akankah kita rela meninggalkan semua nikmat yang didapat ketika melaksanakan Salat Tahajud ini? Keistimewaannya sungguh disayangkan jika disepelekan. Karenanya, kita harus meraihnya. Agar nikmat itu selalu menghampiri. Semoga Allah membukakan hati untuk kita semua, agar istiqamah di jalan yang diridhai-Nya. Aamiin. [Ustaz Kazuhana El Ratna Mida/bersamadakwah]

Suami Banyak Utang karena Istri Banyak Menuntut

SEORANG wanita yaitu istri sangat berpengaruh terhadap cara suami dalam mencari rezeki.

Seorang wanita yang tidak bersyukur dengan rezeki yang diberikan suaminya dan selalu menuntut lebih, bisa membuat seorang suami melakukan perbuatan yang tidak terpuji dalam melakukan pekerjaannya, tanpa peduli apakah harta itu hasil korupsi, menipu, uang riba, dan lain sebagainya demi memenuhi tuntutan istrinya. Atau bahkan rela berbohong, berhutang banyak demi memenuhi tuntutan istrinya.

Demikianlah kenapa sampai disebut wanita itu sebagai fitnah. Maksudnya yang membuat suami bisa durhaka dan berbuat maksiat. Al Quran jika memperingatkan, “Hai orang-orang mumin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” (QS. Ath Thaghabun: 14).

Mujahid berkata dengan ayat di atas, “Wanita (istri) dapat mengantarkan suami untuk memutus hubungan kerabat, berbuat maksiat pada Allah. Karena begitu cintanya sampai suami tetap menurutinya.” (Tafsir Al Quran Al Azhim, 7: 292).

Ibnu Katsir berkata bahwa istri dan anak dapat melalaikan seseorang dari beramal shalih. Maka waspadalah. Ibnu Zaid berkata, “Waspadalah jangan sampai agama kalian rusak.” (Idem)

Seperti itulah wanita yang kufur pada suami menjadi pendorong bagi suaminya untuk berbuat dosa. Itu mengapa banyak wanita yang diancam masuk neraka. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,

“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).

[Muhammad Abduh Tuasikal]

INILAH MOZAIK

Amalan-amalan Utama dan Dilarang Pada Hari Jum’at

Di samping shalat Jumat dan seluruh rangkaian ibadah yang menyertainya, ada beberapa amalan yang disyariatkan untuk dikerjakan pada hari Jumat, di antaranya.

1. Memperbanyak shalawat atas Rasulullah shallallahu alaihi wassalam

Hal ini berlandaskan hadits Nabi shallallahu alaihi wassalam,

Sesungguhnya di antara hari-hari kalian yang paling mulia adalah hari Jumat. Karena itu, perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari itu karena shalawat kalian akan ditampakkan kepadaku. (HR. Abu Dawud dalam as-Sunan no. 1528 dari Aus bin Aus radhiyallahu anhu. An-Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Shalihin menyatakannya shahih)

2. Membaca surat al-Kahfi pada malam Jumat dan siang harinya

Landasannya adalah atsar Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu, beliau berkata,

Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada hari Jumat, akan bersinar baginya cahaya antara dirinya dan Baitul Haram. (Riwayat al-Baihaqi dalam asy-Syuab dan dinyatakan shahih oleh al-Allamah al-Albani dalam Shahih al-Jami)

Atsar tersebut juga datang dengan lafadz yang lain, Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada hari Jumat maka akan bersinar baginya cahaya antara dua Jumat. (Riwayat an-Nasai dalam Alyaum Wallailah, dan asy-Syaikh al-Albani menyatakan shahih dalam Shahih at-Targhib no. 735)

Adapun hadits yang menyebutkan,Barangsiapa membaca (surat) Yasin pada suatu malam, ia berada di pagi hari dalam keadaan telah diampuni. Barangsiapa membaca (surat) ad-Dukhan pada malam Jumat, ia berada di pagi hari dalam keadaan telah diampuni,adalah hadits palsu. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi rahimahullah dalam al-Maudhuat. Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, Ad-Daruquthni berkata, Muhammad bin Zakaria (perawi hadits ini) memalsukan hadits. (Lihat kitab Ahaditsul Jumuah hlm. 131)

3. Disunnahkan membaca surat as-Sajdah dan ad-Dahr (al-Insan) pada shalat subuh di hari Jumat

Hal ini berlandaskan hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam membaca pada shalat subuh di hari Jumat Alam tanziil (surat as-Sajdah) dan Hal ataa alal insaan (surat ad-Dahr). (Shahih al-Bukhari no. 891)

Disebutkan bahwa hikmah disyariatkannya membaca dua surat ini karena keduanya mengandung isyarat tentang penciptaan Adam yang terjadi pada hari Jumat dan adanya isyarat tentang kondisi hari kiamat yang akan terjadi pada hari Jumat. (lihat Fathul Bari 2/379)

Larangan-larangan Pada Hari Jumat

1. Dilarang mengkhususkan malam Jumat dengan shalat malam

Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda,

Janganlah kalian mengkhususkan malam Jumat untuk shalat malam di antara malam-malam yang ada.

2. Larangan mengkhususkan puasa pada siang harinya

Nabi shallallahu alaihi wassalam bersabda,

Janganlah kalian mengkhususkan hari Jumat dengan puasa di antara hari-hari yang ada kecuali (bertepatan) dengan puasa yang biasa dilakukan oleh salah seorang dari kalian. (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu)

Demikian pula hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, Janganlah salah seorang kalian puasa di hari Jumat kecuali (bersama) sehari sebelumnya atau setelahnya. (Muttafaqun alaih)

Adapun hikmah dilarangnya puasa pada hari Jumat karena pada hari itu disyariatkan memperbanyak ibadah, yaitu zikir, doa, tilawah al-Quran, dan shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wassalam. Oleh karena itu, seseorang dianjurkan tidak berpuasa agar bisa menopang terlaksananya amalan-amalan tersebut dengan semangat tanpa kebosanan.

Hal ini sama dengan jamaah haji yang wukuf di Padang Arafah yang disunnahkan tidak berpuasa karena hikmah tersebut.

Ada pula ulama yang menyebutkan hikmah yang lain, yaitu karena hari Jumat adalah hari raya, dan pada hari raya tidak boleh berpuasa.

Demikian pula di antara hikmahnya adalah untuk menyelisihi orang-orang Yahudi karena mereka mengkhususkan hari raya mereka untuk puasa. Wallahu alam. (Diringkas dari kitab Ahaditsul Jumuah hlm. 47-48)

Oleh:Al-Ustadz Abdul Muthi, Lc.

Sumber:Majalah Asy Syariah no. 82/VII/1433 H, hal. 12-13.

INILAH MOZAIK

Ternyata ini Makna Jumat bagi Kristen dan Hindu

BAGI yang beragama Nasrani, mereka mengenal Jumat Agung yakni hari Jumat sebelum Minggu Paskah. Hari yang diperingati untuk mengingat Penyaliban Yesus Kristus dan wafatnya di bukit Golgota (bukit Tengkorak) Jerusalem.

Meskipun dari sebagian literatur menyebutkan bahwa wafatnya Yesus jatuh pada hari Rabu tanggal 14 Nisan (kalender Yahudi). Satu hari menjelang hari Pesakh (Hari Paskah Yahudi).

Jumat dalam terminologi Hindu

Nama lain lagi untuk hari jumat ini adalah Sukra, yang diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti planet Venus, mirip dengan pengertian dalam bahasa-bahasa di Eropa. Sukra (Sanskerta) dalam mitologi Hindu, adalah nama seorang acarya, dan merupakan salah satu graha di antara sembilan graha (Nawagraha), yang menguasai planet Venus dan hari Jumat (Sukrawara).

Menurut kitab Purana, ia adalah keturunan Resi Bregu. Istrinya adalah Jayanti, putri Indra. Ia memiliki seorang putri bernama Dewayani, yang kemudian menjadi istri Raja Yayati, keturunan Candra. Dalam mitologi Hindu, Sukra bergelar sebagai guru para raksasa, saingan Wrehaspati, guru para dewa. Konon Dia mengetahui mantra sakti yang disebut mertasanjiwani, mampu menghidupkan orang mati, meskipun jenazahnya telah menjadi abu. Mantra itu diperolehnya dari Sang Hyang Sangkara (Siwa), dan kemudian diturunkan kepada salah satu muridnya, Kaca, putra Wrehaspati.

Menurut mitologi Hindu, pada zaman dahulu kala, para raksasa seringkali berperang dengan para dewa. Banyak raksasa yang gugur dalam peperangan melawan para dewa. Sukracarya menjadi sedih karena hal tersebut. Kemudian ia bertapa memuja Sang Hyang Sangkara atau Dewa Siwa, dengan dilayani oleh putri Dewa Indra yang bernama Jayanti. Setelah melakukan tapa yang berat selama ribuan tahun, Siwa berkenan mengabulkan permohonan Sukracarya. Siwa memberikan sebuah mantra yang disebut mertasanjiwani, yang mampu digunakan untuk menghidupkan orang mati. Setelah menerima anugerah tersebut, Sukracarya menikah dengan Jayanti sebagai balas budi atas pelayanannya.

Sementara Sukracarya tidak melindungi para raksasa, para raksasa menginap di kediaman Resi Bregu, dengan maksud memperoleh perlindungan di sana. Selama berlindung, mereka menjalani kehidupan sebagai pertapa. Wrehaspati, guru para dewa memanfaatkan waktu tersebut dengan menyamar sebagai Sukracarya. Penyamaran tersebut tidak diketahui oleh para raksasa sehingga saat Sukracarya palsu datang, mereka melayaninya dengan sangat baik seolah-olah mereka sedang melayani Sukracarya asli. Ketika Sukracarya asli datang, para raksasa terkejut sebab mereka merasa bahwa ada dua Sukracarya. Keadaan fisik keduanya persis sama sehingga sulit dibedakan. Saat para raksasa diminta menentukan siapa Sukracarya yang asli, mereka menunjuk Sukracarya yang palsu, sebab mereka sudah melayani orang tersebut dengan baik selama sepuluh tahun, sebelum kedatangan Sukracarya yang asli. Hal itu membuat Sukracarya yang asli marah. Lalu ia mengutuk para raksasa bahwa kaum mereka akan hancur. Setelah mengucapkan kutukan tersebut, Sukracarya yang palsu kembali ke wujudnya semula, yaitu Wrehaspati. Kemudian Wrehaspati melesat ke angkasa dengan perasaan lega karena kaum raksasa akan hancur akibat kutukan guru mereka sendiri.

Jumat dalam Mitologi Nordik

Dalam Mitologi Nordik, Frigg atau Frigga adalah istri Dewa Odin. Ia bergelar: Ratu para sir, pemimpin para Dewi, Dewi Kasih Sayang, Dewi Kesuburan, Dewi Rumah Tangga, Dewi Perkawinan, dan Dewi Langit.

Dia punya kemampuan meramal namun ia tidak menceritakan apa yang ia ketahui. Anak-anaknya bernama: Balder, Hodhr, dan Wecta. Anak-anak tirinya bernama: Hermodhr, Heimdall, Tyr, Vidar, Vali, Skjoldr. Thor adalah saudaranya sekaligus anak tirinya. Nama Frigg berarti cinta atau yang tersayang (bahasa Proto-Jerman: frijj; atau dalam bahasa Sanskerta: priy; yang tersayang).

Balairung Frigg di sgard bernama Fensalir yang berarti Balairung Rawa. Mungkin tempat berawa-rawa terkesan sakral untuknya namun tidak diketahui batasan yang jelas. Saga, Dewi yang diceritakan minum bersama Odin dengan cangkir emas di balairungnya, Bangku Cekung, mungkin adalah Frigg dengan nama lain. [akarnews]

INILAH MOZAIK

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jumat

Surat Al Kahfi merupakan salah satu surat yang ada di dalam Al Quran. Surat ini ada di dalam juz 15 dan di awal juz 16. Surat Al Kahfi termasuk surat Makiyyah yang diturunkan di Makkah. Dalam surat Al Kahfi, terdapat 110 ayat.

Seorang ulama, Dr. Muhammad Bakar Ismail dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menjelaskan bhawa membaca surat al kahfi merupakan salah satu amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi.

Tapi, tidak hanya baik dibaca pada hari Jumat, surat Al Kahfi juga sangat baik dibaca dan diamalkan pada setiap hari.

Berikut ini, 5 manfaat yang bisa diperoleh dalam membaca surat Al Kahfi

1. Menghindarkan diri dari fitnah dajjal

Kaum muslimin yang membaca surat Al Kahfi di hari Jumat akan terhindar dari fitnah dajjal yang keji. Umat islam yang membaca surat Al-Kahfi pada Hari Jumat akan menghindar dari fitnah dajjal yang keji. Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.” (HR. Abu Bakr bin Mardawaih)

Dalam hadits lain dikataan:

حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ حَدَّثَنَا أَبُو هَاشِمٍ عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ عُبَادٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنْ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ

Telah menceritakan kepada kami [Abu An Nu’man] telah menceritakan kepada kami [Husyaim] telah menceritakan kepada kami [Abu Hasyim] dari [Abu Mijlaz] dari [Qais bin Ubad] dari [Abu Sa’id Al Khudri] ia berkata; Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at maka ia akan diterangi oleh cahaya yang terangnya mencapai jarak antara dirinya dan Baitul ‘Atiq.” (HR Ad Darimi Nomor 3273)

2. Mendapatkan Ridho Allah SWT

Membaca surat Al Kahfi bisa mendapatkan cahaya dan menghilangkan hati yang gundah gulana. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadist bahwa Rasullullah SAW bersabda :

Siapa yang membaca surat Al-Kahfi, maka jadilah baginya cahaya dari kepala hingga kakinya, dan siapa yang membaca keseluruhannya maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi.” (HR Ahmad).

3. Diampuni Dosanya oleh Allah SWT

Sebagai seorang manusia, tentu tak luput dari dosa. Sebab, setan hadiruntuk menggoda manusia untuk berbuat dosa dan khilaf. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang mau bertobat dan salah satunya adalah dengan membaca surat Al Kahfi. Diriwayatkan dalam sebuah hadist bahwa Rasullulah SAW bersabda bahwa

Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua Jum’at.’”.

4. Terhindar dari Gangguan Setan

Mendekatkan diri kepada Allah dan meminta pertolongan dari godaan setan dengan membaca juga mengamalkan surat Al Kahfi. Sebuah hadist yang oleh Ibnu Mardawaih dari Abdullah bin Mughaffal, bahwa sebuah rumah yang selalu dibacakan surat Al-Khafi dan surat Al-Baqarah maka rumah itu tidak akan dimasuki setan sepanjang malam tersebut.

5. Disinari Cahaya Kebaikan

ScarfLover yang membaca surat Al Kahfi di hari Jumat atau setiap harinya bisa mendapatkan pahala dan cahaya kebaikan serta diberkahi saat hari pembalasan. Cahaya tersebut akan diberikan Allah SWT di hari kiamat dan cahaya tersebut akan memancar dari kedua telapak kakinya hingga sampai ke langit.

MADANINEWS.ID

Doa yang Dianjurkan Untuk Dibaca di Pagi Hari Jumat

Hari Jumat merupakan hari istimewa bagi umat Islam. Pada hari Jumat, umat muslim dianjurkan memperbanyak berdoa. Salah satu doa yang dianjurkan untuk dibaca setiap jumat pagi yaitu:

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

Astagfirullahalladzi laa ilaaha illa huwal hayyul qoyyuum wa atuubu ilaihi (3x)

Aku memohon kepada dzat yang tiada tuhan selain Dia, yang Maha Hidup, Maha Kekal dan aku bertaubat kepada-Nya

Doa ini sebagaimana tercantum dalam al-Adzkar an-Nawawiyah dari riwayat Ibnu Sinni. Dari Anas bin Malik Ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa membaca Astagfirullahalladzi laa ilaaha illa huwal hayyul qoyyuum wa atuubu ilaihi sebanyak tiga kali pada Jumat pagi sebelum shalat ghadat (shubuh), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan.

MADANINEWS.ID

8 Cara Sederhana untuk Membahagiakan Sesama Menurut Islam

Islam memberikan sejumlah tuntunan agar orang bahagia.

Menghibur orang yang sedang dilanda kesedihan menjadi keharusan bagi orang yang ada di sekitarnya. Meghibur ternyata bukan  sekadar mengajaknya bicara, tetapi ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghibur hati yang sedih menurut Islam.  

Syekh Muhammad Sholeh al-Munajid dalam buku “Menghibur Hati yang Gundah” menjelaskan sarana apa saja yang bisa menghibur seseorang yang hatinya sedang gundah. Berikut penjelasannya.:  

1. Membantu orang yang ditinggal orang yang disayangi 

Apabila ada seseorang yang sedang bersedih karena ditinggal orang yang disayanginya, alangkah lebih baiknya seorang Muslim mengucapkan belasungkawa. Karena, kalimat yang lembut bagi orang yang tertimpa musibah akan meneguhkan dirinya atas seizin Allah SAW dan menebalkan rasa sabarnya.  

2. Memberi dan menerima maaf 

Belajarlah untuk mudah menerima udzur atas kesalahan orang lain, karena hal tersebut bisa sebagai sarana untuk menghibur hati. Seorang manusia pasti memiliki kesempatan untuk berbuat salah manakala berinteraksi bersama orang lain dan kafarahnya atas perbuatan tersebut ialah meminta maaf dan saling memaafkan.

3. Saling bertukar dan memberi hadiah 

“Dari Anas RA, bahwasannya dia pernah memberi wejangan pada anak-anaknya: ‘Duhai anakku, saling memberilah di antara kalian, sesungguhnya hal tersebut bisa menumbuhkan rasa sayang di antara kalian’.” (HR Muslim)

4. Senyuman

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Senyumanmu kepada saudaramu itu bernilai sedekah”. HR at-Tirmidzi no: 1956. Dinyatakan shahih  al-Albani.  

Maksud hadits ini, bahwa menunjukan wajah yang ceria dihadapan saudaramu apabila bertemu dengannya, itu akan diberi pahala sebagaimana halnya pahala ketika engkau bersedekah. Terlebih, buah lain yang bisa dipetik dari senyuman, yaitu bisa menghibur hati dan menambah rasa cinta kepadanya.

5. Memenuhi kebutuhan orang lain 

Hakim bin Hazam mengatakan: ‘Sekiranya pada pagi hari tidak aku jumpai didepan pintu rumahku orang yang membutuhkan bantuan, melainkan pasti aku mengetahui bahwa itu merupakan musibah yang dengannya aku memohon kepada Allah agar diberi ganjaran atasnya’. (Siyar a’lam an-Nubala 3/51) 

6. Saling berkunjung 

Seperti mengunjungi orang yang sedang sakit, berkunjung antarsaudara satu sama lain atau kepada orang lain akan berdampak luar biasa. Saling mengunjungi dapat menghibur hati yang sedang gundah dan dapat menumbuhkan persaudaran dan kasih sayang.  

7. Memahami orang lain 

Semoga Allah SWT merahmati Syabib bin Syaibah tatkala mengatakan: ‘Janganlah seseorang duduk pada jalan yang bukan jalannya, maka jika engkau ingin bertemu orang jahil dengan ilmu, orang yang main-main dengan fikih, orang pandir dengan penjelasan, maka hal tersebut bisa menganggu teman dudukmu’. (Adab al-Asrah hal: 47) 

8. Merahasiakan kebaikan dan jasanya tatkala menghibur hati yang gundah 

Adalah Qa’qa’a bin Syaur apabila ada seseorang yang mencarinya, beliau duduk menemaninya. Lalu beliau memberi bagian dari hartanya, dan membantu urusannya, serta memberi syafa’at atas keperluannya. Kemudian orang tersebut pamitan sambil mengucapkan banyak terima kasih kepadanya. (Al-Kamil karya al-Mubarad 1/143.).  Dari sekian banyak sarana menghibur hati, manakah yang selama ini telah kita lakukan untuk menghibur seseorang dari kesedihannya?

KHAZANAH REPUBLIKA

Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu (bag. 6) : Berikan Perhatianmu Kepada Ilmu

Baca pembahasan sebelumnya Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu (Bag. 5) : Jalur yang Tepat

Bismillah…

Mengikat Ilmu dengan Tulisan

Para ulama mempermisalkan ilmu ini seperti hewan buruan. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Imam Syafi’i rahimahullah,

الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ

فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ

Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya

Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat

Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang

Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja

Maka ikatlah ilmu dengan tulisan

Ungkapan ini sebenarnya diambil dari sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam yang mulia, saat beliau memerintahkan mengikat ilmu,

قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ

“Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya.”

Dan biasanya yang diikat itu adalah hewan buruan.

Jika ilmu ini ibarat hewan buruan, mungkinkah seorang akan mendapatkannya tanpa memberikan perhatian? Adakan orang lengah bisa menangkap kancil yang begitu gesit dan lincah? Tak ada…! Demikian pula ilmu, kita tak akan mendapatkannya tanpa mencurahkan perhatian kepadanya.

Cara Mencurahkan Perhatian Kepada Ilmu

Diantaranya dijelaskan oleh Sykeh Sholih Al’Ushoimo -hafidzohullah- berikut,

وإنما تنفع رعاية فنون العلم باعتماد أصلين :

أحدهما : تقديم الأهم فالمهم, مما يفتقر إليه المتعلم في القيام بوظائف العبودية

“Perhatian kepada ilmu dapat diupayakan dengan dua hal ini :

Cara Pertama

Mendahulukan belajar ilmu uang terpenting kemudian yang penting. Yaitu ilmu yang diperlukan seorang pelajar dalam menjalankan ibadahnya kepada Allah.”

Mempraktekkan skala prioritas dalam belajar Islam ini penting. Karena Ilmu sangatlah luas. Sementara umur kita sangat singkat. Sudah yang singkat inipun masih dihabiskan untuk ini dan itu, yang tidak semuanya aktivitas ilmu atau ibadah. Maka, sepatutnya seorang yang menempuh jalan belajar (tholabul Ilmi), menimbang ilmu – ilmu yang terpenting dari yang penting, mendahulukan belajar ilmu-ilmu yang pokok daripada yang cabang.

Diantara ciri ilmu yang layak diprioritaskan adalah, ilmu akidah, rukun iman, dan ibadah Ilmi praktis seperti tentang rukun Islam.

Cara Kedua

Kemudian Syekh melanjutkan,

والآخر : أن يكون قصده في أول طلبه تحصيل مختصر في كل فن, حتى إذا استكمل أنواع العلوم النافعة, نظر إلى ما وافق طبعه منها, وآنس من نفسه قدرة عليه, فتبحر فيه, سواء كان فن واحدا أم أكثر

“Target ketika awal belajar adalah, menguasai kitab-kitab ringkas di setiap cabang ilmu agama.

Sampai jika dia telah menyempurnakan target menguasai ilmu-ilmu yang manfaat, dia dalami ilmu yang sesuai dengan tabiatnya, menyenanginya dan kiranya mampu menguasainya. Dia dalami sampau menjadi ahli di ilmu tersebut. Boleh dari cabang ilmu atau lebih.”

Jogja, Hamalatul Quran, 24 Jumadal Awal 1441 H

Penulis: Ustadz Ahmad Anshori, Lc

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/54302-agar-aku-sukses-menuntut-ilmu-bag-6-berikan-perhatianmu-kepada-ilmu.html

Apabila Terlambat datang ke Masjid dan Shalat Jamaah Sudah Selesai

Seorang muslim hendaknya mengetahui Apakah Shalat Jama’ah Wajib di Masjid?

Siapa saja yang masuk masjid dan shalat jamaah sudah selesai (imam sudah mengucapkan salam), maka ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, masih ada jamaah yang bangkit berdiri menyempurnakan shalatnya. Kemungkinan ke dua, tidak ada jamaah yang masih menyempurnakan shalat. 

Jika Masih Ada Jamaah yang Bangkit Berdiri Menyempurnakan Shalatnya

Jika kemungkinan pertama yang terjadi, maka orang yang terlambat tadi (orang pertama) kemudian shalat bersama jamaah lain yang masih menyempurnakan shalatnya tersebut (orang ke dua). Orang pertama memberikan isyarat kepada orang ke dua bahwa dia shalat berjamaah dengannya, sehingga orang ke dua menjadi imam untuk orang pertama. Niat menjadi imam itu tetap sah, meskipun baru diniatkan di tengah-tengah shalat atau tidak diniatkan sejak dari awal takbiratul ihram. 

Dalil dalam masalah ini hadits yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallhu ‘anhuma, ketika beliau bermalam di rumah bibinya, Maimunah radhiyallahu ‘anha. Di tengah malam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun untuk shalat malam. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menyusul dan berdiri di samping kiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menarik Ibnu ‘Abbas agar berdiri di samping kanan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. [1]

Hadits ini adalah isyarat bolehnya niat menjadi imam di tengah-tengah shalat. Hal ini karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, shalat sendirian di awal shalat sebelum Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma datang menyusul.

Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah berkata,

“Di dalam hadits ini terdapat bantahan bagi pendapat yang menyatakan tidak bolehnya seseorang menjadikan orang lain sebagai imam, kecuali orang lain tersebut niat menjadi imam sejak takbiratul ihram. Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berniat menjadi imam bagi Ibnu ‘Abbas. Ibnu ‘Abbas berdiri dan menjadikan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai imamnya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan sunnah ketika menjadi imam, yaitu memindah (makmum) dari sisi kiri ke sisi kanan imam.” (At-Tamhiid, 13: 210)

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah berkata,

“Tidak ada perbedaan antara shalat wajib dan shalat sunnah. Karena pada asalnya, hukum yang berlaku di antara keduanya adalah sama, kecuali jika terdapat dalil yang mengkhususkannya [2]. Dan yang kami ketahui, tidak terdapat dalil yang mengkhususkan masalah ini. Wallahu a’lam.” [3] 

Jika Tidak Ada Jamaah yang Masih Menyempurnakan Shalat

Jika dia tidak mendapat seseorang yang masih shalat, maka dia boleh meminta jamaah yang sudah selesai shalat, untuk shalat (lagi) berjamaah bersamanya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seseorang yang shalat sendirian. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا رَجُلٌ يَتَصَدَّقُ عَلَى هَذَا فَيُصَلِّيَ مَعَهُ

“Tidakkah ada seseorang yang bersedekah untuk orang ini dengan shalat (lagi) bersamanya?” 

Lalu ada seseorang yang berdiri dan shalat jamaah bersamanya. (HR. Abu Dawud no. 574, shahih)

Hadits ini bersifat umum, untuk shalat apa saja. Artinya, meskipun setelah shalat maghrib, shalat subuh, dan shalat ‘ashar, boleh shalat lagi untuk bersedekah kepada saudaranya yang terlambat tersebut. 

Kemungkinan lainnya adalah dia berpindah ke masjid lain yang dimungkinkan masih mendirikan shalat jamaah sehingga bisa mendapatkan shalat jamaah di masjid lain tersebut.  Di Shahih Bukhari, Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan Aswad bin Yazid An-Nakha’i rahimahullah, salah seorang ulama besar tabi’in, jika beliau ketinggalan shalat jamaah di masjid, maka beliau pergi ke masjid lain yang masih belum selesai shalat jamaahnya.  

Imam Al-Bukhari rahimahullah menyebutkan atsar (riwayat) ini di bawah judul bab, “Keutamaan Shalat Jama’ah”. Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menjelaskan bahwa maksud Imam Bukhari adalah bahwa keutamaan shalat berjamaah itu hanya berlaku untuk yang shalat berjamaah di masjid, bukan untuk mereka yang shalat berjamaah di rumah, misalnya. Seandainya keutamaan shalat berjamaah itu bisa didapatkan di rumah, tentu Yazid akan memilih pulang dan shalat bersama keluarganya, dan tidak perlu bersusah payah mencari masjid lain untuk mencari keutamaan shalat jamaah. [3]

Oleh karena itu, hendaknya siapa saja yang tidak mendapatkan shalat jamaah di satu masjid, dia tetap berusaha mencari pahala keutamaan shalat berjamaah, meskipun dengan mendatangi masjid lain yang kemungkinan masih shalat berjamaah. Lebih-lebih jika masjid lain itu dekat dari rumahnya. Di jaman kita ini, sudah banyak masjid dan antar masjid kadang berbeda jarak antara adzan dan iqamahnya. Sehingga masih memungkinkan untuk mendapatkan shalat jamaah di masjid lain. Wallahu Ta’ala a’lam. [4]

[Selesai]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/53153-apabila-terlambat-datang-ke-masjid-dan-shalat-jamaah-sudah-selesai.html

Mendahulukan Kaki Kanan ketika Masuk Masjid

Ketika seseorang memasuki masjid, terdapat adab khusus yang berkaitan dengannya. Yaitu, seseorang mendahulukan kaki kanan. Karena sisi kanan itu didahulukan untuk hal-hal yang mulia, sedangkan sisi kiri untuk hal-hal kebalikannya. Namun, adab ini seringkali dilupakan oleh banyak kaum muslimin ketika mereka memasuki masjid, baik karena tidak tahu atau karena tergesa-gesa masuk masjid. Padahal, terdapat dalil-dalil baik yang bersifat umum maupun dalil yang bersifat khusus dalam masalah ini yang sudah seharusnya mendapatkan perhatian kaum muslimin.

Dalil Khusus

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

مِنَ السُّنَّةِ إِذَا دَخَلْتَ الْمَسْجِدَ أَنْ تَبْدَأَ بِرِجْلِكَ الْيُمْنَى، وَإِذَا خَرَجْتَ أَنْ تَبْدَأَ بِرِجْلِكَ الْيُسْرَى

“Termasuk sunnah ketika masuk masjid adalah mendahulukan kaki kanan. Dan jika keluar dengan mendahulukan kaki kiri.” (HR. Al-Hakim, 1: 218. Beliau berkata, “Shahih sesuai syarat Muslim”, dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)

Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Pendapat yang benar (shahih) bahwa jika ada sahabat mengatakan, “Termasuk sunnah”, maka status hukumnya adalah perkataan Nabi (marfu’).” (Fathul Baari, 1: 523)

Dalil Umum

Al-Bukhari rahimahullah berkata di dalam kitab Shahih-nya,

بَابُ التَّيَمُّنِ فِي دُخُولِ المَسْجِدِ وَغَيْرِهِ  وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ: يَبْدَأُ بِرِجْلِهِ اليُمْنَى فَإِذَا خَرَجَ بَدَأَ بِرِجْلِهِ اليُسْرَى

“Bab mendahulukan kaki kanan ketika masuk masjid dan selainnya. Ibnu ‘Umar biasa (masuk masjid) dengan mendahulukan kaki kanan, dan ketika keluar masjid, mendahulukan kaki kiri.” 

Kemudian beliau (Al-Bukhari) menyebutkan hadits yang diriwayatkan dari ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ التَّيَمُّنَ مَا اسْتَطَاعَ فِي شَأْنِهِ كُلِّهِ، فِي طُهُورِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَتَنَعُّلِهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan yang kanan dalam setiap perbuatannya selama beliau mampu, seperti dalam bersuci, menaiki kendaraan, dan memakai sandal.” (HR. Bukhari no. 426 dan Muslim no. 268)

Al-‘Aini rahimahullah berkata, “Kesesuaian antara judul bab dengan hadits tersebut adalah dari sisi cakupan makna umumnya. Karena cakupan makna umumnya menunjukkan memulai dari sisi kanan ketika memasuki masjid.” (‘Umdatul Qari, 3: 429)

Ibnu ‘Allan rahimahullah berkata, “Kaki kanan dikhususkan untuk masuk masjid, karena kemuliaannya. Sedangkan kaki kiri ketika keluar masjid, karena kejelekannya. Ini termasuk adab yang hendaknya diperhatikan, sebagaimana adab-adab yang lainnya.” (Al-Futuhaat Ar-Rabbaniyyah, 2: 42)

[Selesai]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/54283-mendahulukan-kaki-kanan-ketika-masuk-masjid.html