Maulid Nabi Momentum Perkuat Persatuan Umat Islam

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonedia (MUI), KH Cholil Nafis menjelaskan Maulid Nabi dalam konteks kenegaraan. Menurut dia, hadirnya Nabi Muhammad SAW ke muka bumi ini telah melahirkan persatuan yang sifatnya pluralis.

“Dalam konteks negara, hadirnya Nabi Muhammad telah mencipatakan persatuan yang sifatnya pluralitas. Walaupun berbeda suku dan agama tetapi dalam bingkai kenegaraan, dalam bingkai kebangsaan,” ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (29/11).
Ia menuturkan, dalam konteks keindonesiaan, umat Islam pun telah mampu meneladani Nabi Muhammad dengan menjaga kebhinnekaan itu dan bersikap toleran pada umat agama lainnya. “Nah konteks Indonesia kita menjalin kebhinnekaan untuk mencapai cita-cita bersama dalam konteks kebangsaan. Maka kita menghormati, kita bertoleransi, kita juga bisa bekerja bersama dalam mengisi kemerdekaan,” ucapnya.
Menurut dia, peringatan Maulid Nabi harus dijadikan momentum umat Islam untuk meneladani Nabi Muhammad, sehingga di era milenial ini tetap bisa menjaga rasa persatuan.
“Inilah momentum keteladanan yang bisa kita implementasikan dan sangat aktual di era sekarang ini untuk membangun persatuan dan kesatuan,” katanya.
Ia mengatakan, momentum Maulid Nabi juga merupakan kabar gembira karena Nabi Muhammad hadir dengan membawa risalah kenabian, sehingga umat Islam dapat meneladaninya. Menurut dia, segala kehidupan manusia yang baik telah dicontohkan oleh Rasulullah.
“Dalam konteks sekarang, Maulid Nabi diartikan untuk begaimana membangun solidaritas, soliditas umat. Kita membangun umat yang bersatu dan menjadi peduli antara satu dengan yang lain,” jelasnya.

Orang Bahagia Dunia Akhirat Menurut Alquran

“YANG namanya kaya (ghina) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia. Namun banyak orang yang menempuh jalan yang salah dan keliru. Sebagian menyangka bahwa kebahagiaan adalah dengan memiliki mobil mewah, Handphone sekelas Blackberry, memiliki rumah real estate, dapat melakukan tur wisata ke luar negeri, dan lain sebagainya. Mereka menyangka bahwa inilah yang dinamakan hidup bahagia. Namun apakah betul seperti itu?

Saudaraku, orang yang beriman dan beramal sholeh, merekalah yang sebenarnya merasakan manisnya kehidupan dan kebahagiaan karena hatinya yang selalu tenang, berbeda dengan orang-orang yang lalai dari Allah yang selalu merasa gelisah. Walaupun mungkin engkau melihat kehidupan mereka begitu sederhana, bahkan sangat kekurangan harta. Namun jika engkau melihat jauh, engkau akan mengetahui bahwa merekalah orang-orang yang paling berbahagia. Perhatikan seksama firman-firman Allah Taala berikut.

Allah Taala berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97). Ini adalah balasan bagi orang mukmin di dunia, yaitu akan mendapatkan kehidupan yang baik.

“Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97). Sedangkan dalam ayat ini adalah balasan di akhirat, yakni alam barzakh. Begitu pula Allah Taala berfirman, “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui.” (QS. An Nahl: 41)

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Huud: 3). Kedua ayat ini menjelaskan balasan di akhirat bagi orang yang beriman dan beramal sholeh.

Begitu pula Allah Taala berfirman, “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)

Inilah empat tempat dalam Al Quran yang menjelaskan balasan bagi orang yang beriman dan beramal sholeh. Ada dua balasan yang mereka peroleh yaitu balasan di dunia dan balasan di akhirat. Itulah dua kebahagiaan yang nantinya mereka peroleh. Ini menunjukkan bahwa mereka lah orang yang akan berbahagia di dunia dan akhirat.

 

INILAH MOZAIK

 

—————————————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

Abu Lahab

Bagi penduduk Makkah jahiliyah, Abu Lahab adalah salah seorang sosok idaman, idola, sekaligus panutan. Ia memiliki segalanya, harta hasil bisnisnya melimpah, dan kedudukannya terhormat. Ia terlahir dari kalangan nasab (leluhur) pilihan. Selain pebisnis ulung, pemimpin idaman, Abu Lahab juga dikenal luwes bergaul.

Ia orang pertama yang menyambut kelahiran seseorang dengan menyembelih unta, ia juga memberi hadiah ibu susuan untuk anak yang baru lahir itu. Anak yang lahir dan diberi hadiah ibu susuan itu tiada lain adalah Muhammad bin Abdullah, keponakannya.

Tragis. Itulah kata yang paling pantas disematkan untuk menggambarkan akhir kehidupan Abu Lahab. Ia mengembuskan napas terakhir di tengah derita nyeri yang menyelimuti setiap inci tubuhnya. Ia meregang nyawa dengan tubuh bau menyengat. Tak seorang pun teman, sahabat, kerabat yang ringan tangan menguburkan jenazahnya. Konon, jenazah Abu Lahab terkubur dalam tumpukan batu yang sengaja dilempar kan dari kejauhan ke arah jenazahnya untuk menghindari baunya itu. Tidak dikubur secara layak, apalagi ada upacara penghormatan terakhir. Harta yang berlimpah, kedudukan terhormat yang melekat pada Abu Lahab tak berarti apa-apa di hadapan Allah. “Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.” (QS al-Lahab [111]: 2). Jika Allah sudah menghendaki, Allah berkuasa untuk mengambil setiap apa yang diberikan-Nya, tidak mungkin ada yang bisa mengelak.

Tidak terkecuali dengan kedudukan, jabatan, dan kehormatan serta kekuasaan yang dimiliki seseorang. Apalagi kalau kedudukan dan kekuasaan itu hanya dipergunakan sebagai panggung dagelan untuk memperkaya diri, menzalimi orang lain, mengempaskan kemakmuran, menyemai penderitaan, berkelit dari sanksi, menyiasati keadilan dengan berbagai sandiwara tidak elok yang justru mengundang kegaduhan, kefrustrasian, bahkan kebencian publik.

Kegaduhan publik mungkin bisa diredam, kebencian orang sangat mungkin juga bisa diatasi, tetapi Allah tak pernah tidur, bahkan mengantuk sekalipun (QS 2: 255). Allah yang memberi dan melapangkan seseorang untuk mendapatkan kekuasaan. Namun, harus diingat, Allah berkuasa pula mencabut kekuasaan yang sedang melekat pada seseorang.

Menurut para mufasir, ketika seseorang sedang memiliki kekuasaan, kecenderungannya memang susah untuk menyerahkannya kepada orang lain. Kalaupun diserahkan, pasti kepada keluarga, kroni atau koleganya. Oleh karena itu, fenomena yang sering terjadi, kekuasaan itu kebanyakan memang harus dicabut secara paksa, dimakzulkan.

Ironisnya, sekalipun sudah berada di ujung tanduk, si pembangkang tak jera menggelar drama untuk menumpulkan penegakan hukum, melumpuhkan taring sang pengadil yang justru semakin membuka borok, menambah derita, nestapa, bahkan kehinaan sang pemegang kekuasaan.

Apa yang menimpa Abu Lahab, menimpa pula kepada Fir’aun, Namrudz, Qarun, dan sederet nama lainnya. Mereka diberi kekuasaan oleh Allah dan oleh Allah pula kekuasaan itu dicabut secara paksa kemudian dihinakan secara tiba-tiba. Bahkan, kehinaan mereka berlaku sepanjang masa, beratus-ratus kali lipat dari masa kekuasaan dan kejayaannya.

Pantas Allah mengajarkan doa yang sangat indah kepada Rasulullah terkait dengan kekuasaan ini: “… Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran [3]: 26).

Dicabutnya kekuasaan dan gemerlap hidup Abu Lahab, kemudian ditenggelamkan secara tiba-tiba dengan paksa dalam kehinaan yang tak berujung, tentu bukan tanpa alasan. Gara-garanya hanya satu, yakni sesaat setelah keponakannya (Muhammad bin Abdullah) itu mengikrarkan diri sebagai Rasul, rasa sayang yang dipupuknya bertahun-tahun itu berubah menjadi kebencian. Abu Lahab juga menolak karasulannya.

Permusuhannya ditularkan kepada seluruh keluarga dan kaumnya. Seluruh aktivitas Rasulullah yang menyangkut risalah dan kenabiannya selalu dihalangi-halangi, diteror, diboikot, dan digagalkan. Bisa dipahami kalau Allah marah kepada Abu Lahab karena telah mengusik utusan-Nya yang sedang bertugas menyampaikan risalah.

Abu Lahab memang sudah tiada, tetapi orang-orang seperti Abu Lahab berpotensi besar untuk lahir dan berketurunan sampai akhir zaman. Jadi, siapa yang hendak menjadi Abu Lahab esok lusa dengan segala kehinaannya, silakan bermain api dengan Allah.

 

Oleh: Didik Dahlan Lukman

REPUBLIKA

Satu Juta Orang Indonesia Melakukan Umrah Musim Ini

Sekitar satu juta orang Indonesia diperkirakan akan melakukan ziarah kecil ke Makkah selama musim Umrah saat ini. Pernyataan ini dihimpun  melalui  sumber diplomat dan industri perjalanan di Indonesia.

Sindi Putri, pegawai penanganan tanah Global Linsan Mandiri Services di Bandara Jakarta, mengatakan kepada Saudi Gazette bahwa perusahaannya melayani 30.000 peziarah Umrah sejauh musim umrah tahun ini.

Putri mengatakan mereka membantu peziarah menyelesaikan proses imigrasi. Dia mengatakan bahwa perusahaannya bekerja sama dengan berbagai agen perjalanan untuk memastikan ziarah agar bisa berjalan denan mulus.

Menurut Konsulat Jendral RI di Jeddah, jumlah peziarah umrah tahun ini diperkirakan bisa menembus 1 juta oran.
Pejabat di konsulat mengatakan agen perjalanan memberi tahu para peziarah tentang ritual dan tindakan dan larangan di Arab Saudi sebelum keberangkatan mereka.

Salamet Subendi termasuk di antara sekelompok peziarah Umrah. Pria berusia 50 tahun asal Jawa Barat itu melakukan umrah untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

Dia mengatakan bahwa telah mendaftar untuk perjalanan sembilan hari di bulan Maret, namun mendapat kesempatan pada bulan November. Biaya rata-rata untuk perjalanan Umrah adalah SR8.300, kata Subendi, seraya menambahkan bahwa dia puas dengan layanan sejauh ini.

Pihak kementerian agama telah menetapkan biaya minimum SR6.300 untuk perjalanan Umrah. Penatapan harga ini  untuk memerangi pasar gelap yang sebenarnya hanya untuk mengumpulkan uang dengan menawarkan tawaran harga yang sangat rendah.

Pemilik PT Bina Insani Madinah yang melaani peziarah haji dan umrah di Sumatra, Harie Madhona,  mengatakan bahwa kelompoknya telah menjalankan perjalanan Umrah selama empat tahun. Ia memulai perusahaan berdasarkan pengalamannya sendiri saat melakukan haji dan umroh.

Madhona menganggap ibadah haji dan umrah di Sumatera membutuhkan peningkatan pelayanan. Ia memutuskan untuk mengumpulkan informasi dari orang Indonesia yang ia temui di Arab Saudi.

Perusahaannya sekarang bekerja sama dengan berbagai perusahaan dan instansi pemerintah untuk mengatur perjalanan umrah. Dia mengatur hingga enam perjalanan masing-masing memiliki 45 orang setiap tahunnya.

Ketika ditanya tentang tindakan yang mereka harapkan dari pemerintah Saudi untuk meredakan perjalanan Umrah, Madhona berkata, “Kami memerlukan kebijakan visa yang jelas dan adil. Kebijakan visa sering berubah tiba-tiba tanpa memberi tahu kami. ”

Dia juga meminta pemerintah Saudi untuk mempertimbangkan kembali biaya yang dikenakan pada orang-orang yang melakukan perjalanan ziarah ziarah lebih dari satu kali.

Pa Kumar, mantan pejabat pemerintah yang berdomisili di Jawa Tengah, merupakan pemilik lain dari kelompok tur Umrah Indonesia. Tahun ini Kumar akan datang bersama tujuh anggota keluarganya untuk melakukan umrah. Mereka menemani sekelompok 70 peziarah.

Pa Kumar mengatakan bahwa dia telah mengunjungi Arab Saudi 27 kali. Namun,  untuk memulai operasi Umrah baru dilakukannya dalam  lima tahun. Menurutnya,  dia mengirimkan jamaah umrah dengan harga yang dimulai dari SR 6,900 per peziarah.

Lima perusahaan penerbangan, termasuk maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia, selama ini telah mengangkut jamaah haji dari Arab Saudi ke Arab Saudi.

General manager Garuda Indonesia di Arab Saudi, Muhammad Luthfi mengatakan bahwa maskapainya mengoperasikan 33 penerbangan mingguan ke Jeddah dari sembilan destinasi berbeda di Indonesia. Dia mengatakan mengoperasikan delapan penerbangan seminggu ke Madinah, satu dari Surabaya dan sisanya dari Jakarta.

Sebagian besar lalu lintas udara antara Arab Saudi dan Indonesia adalah para peziarah umrah. Luthfi mengatakan bahwa mereka ingin mendorong orang Saudi untuk menggunakan maskapai ini, yang menawarkan harga yang kompetitif ke berbagai tujuan.

Luthfi mengatakan bahwa maskapai tersebut menyajikan makanan halal di dalam pesawat terbang dan awak kabin mengenakan seragam dengan sentuhan Timur Tengah. “Untuk kawasan Timur Tengah, kami hanya beroperasi di Jeddah dan Madinah,” katanya.

Ditanya tentang komposisi awak kabin pesawat yang mengangkut jamaah umrah, Lutfi berkata, “Kami hanya menggunakan awak kabin Indonesia karena kami memiliki sumber daya manusia yang cukup dan kami juga ingin menekankan keramahan Indonesia.”Garuda sekarang memiliki total 7.000 karyawan, kata Luthfi.

 

IHRAM

 

 

—————————————————————
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
—————————————————————

Antara Sedekah dan Pergi Haji

Seorang tabiin, Abdullah bin Mubarak, sedang tertidur di Masjid al-Haram saat menunaikan haji. Dalam tidurnya, ia bermimpi mendengar dua orang malaikat yang sedang bercakap-cakap.

“Berapa banyak umat Islam yang berhaji di tahun ini?” tanya sang malaikat kepada malaikat yang satunya. “Enam ratus ribu orang, tapi tidak ada satu pun yang diterima. Hanya ada satu orang tukang sepatu bernama Muwaffaq dari Damsyik yang tak bisa berangkat haji, tapi malah diterima. Karena sang tukang sepatu tersebut, semua yang haji pada tahun ini bisa diterima,” ujar sang malaikat satunya.

Abdullah pun terbangun dari tidurnya. Ia tak percaya dengan apa yang didengar dalam mimpinya tersebut. Penasaran dengan mimpinya, Abdullah mendatangi Damsyik dan menemukan rumah tukang sepatu bernama Muwaffaq. Ia pun yakin mimpinya tadi bukan sembarang mimpi, melainkan sebuah petunjuk dari Allah SWT.

Ibnu Mubarak berhasil menemui Muwaffaq. Ia pun masuk ke rumahnya dan dimulailah pembicaraan untuk mencari jawaban atas rasa penasarannya. Mengapa seseorang yang tidak berangkat haji, namun dihitung amal ibadahnya telah naik haji?  “Kebaikan apa yang telah Kau lakukan hingga kau bisa tercatat telah berhaji, padahal kau tidak pergi?” tanya dia.

Tukang sepatu pun menjawab. Ia bercerita sebenarnya sudah berniat untuk pergi berhaji karena mendapatkan rezeki sebesar 300 dirham, setelah menambal sepatu seseorang. Dengan sejumlah uang tersebut, Muwaffaq berniat untuk pergi haji. Dengan uang yang didapatnya tersebut, ia merasa mampu berangkat ke Tanah Suci. Dia pun meminta persetujuan istrinya yang sedang hamil.

Sebelum suaminya pergi, istri Muwaffaq mencium bau masakan dari rumah sebelah. Karena sedang hamil, dia pun meminta suaminya menanyakan masakan itu kepada tetangganya.  Muwaffaq pergi ke rumah tetangganya, dengan maksud meminta sedikit makanan itu.

Saat meminta masakan itu, Muwaffaq ternyata tak diberikan masakan itu sedikit pun. Meski Muwaffaq sudah berdalih bahwa istrinya sedang hamil. Dengan lembut, tetangganya kemudian beralasan. “Aku sebenarnya tak mau membuka rahasiaku ini, sebenarnya rumah ini dihuni olehku dan anak-anak yatim yang telah tiga hari tak makan, karena memang kami tak punya apa pun untuk dimakan,” ujar dia.

“Kemudian, aku keluar rumah untuk mencari apa pun yang bisa kami makan, hingga tiba-tiba saat berada di jalanan, aku menemukan bangkai kuda. Bangkai itulah yang aku potong kemudian aku bawa pulang dan kumasak hingga aromanya sampai tercium oleh istrimu,” ujar tetangganya.

Sang tetangga menambahkan, ”Maafkan aku, bagi kami masakan bangkai kuda ini halal karena memang tidak ada pilihan lain, tapi bagimu masakan ini haram untuk kau makan,” katanya menjelaskan. Muwaffaq lantas membatalkan niatnya untuk pergi haji. Dia pun mengalihkan dana 300 dirham tersebut untuk membantu tetangganya agar dapat makan dengan layak.

 

IHRAM

31 Pertanyaan Allah SWT di dalam Surat Ar-Rahman

Ada yang istimewa dari Surat ar-Rahman, yaitu adanya pengulang-ulangan ayat yang berbunyi:

فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Kalimat itu diulang sebanyak 31 kali dalam surah ar-Rahman.

Arti dari ayat ini adalah: “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? ” Ungkapan ini ditujukan kepada bangsa jin dan manusia.

Apa gerangan hebatnya kalimat itu hingga Allah perlu mengulanginya sampai 31 kali? Setelah Allah menguraikan beberapa nikmat yang dianugerahkan pada kita, Allah selalu bertanya: “Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yg kamu dustakan?”

Mari perhatikan bahwa Allah menggunakan kata “DUSTA”, bukan kata “INGKAR”. Hal ini menunjukkan bahwa nikmat yg Dia berikan kpd manusia itu tidak bisa diingkari keberadaannya.Dusta berarti menyembunyikan kebenaran, dusta sangat dekat dengan kesombongan yang acap tolak kebenaran dan menyepelekan hal lain kecuali dirinya.

Contoh sederhananya, kerapkah kala kita mendapat uang banyak, kita lalu pongah dan merasa bahwa itu akibat kerja keras kita?

Pula saat angkat toga raih gelar sarjana, munculkah ujub hati berbisik tokoh ini karena otak kita yg cerdas? Saat giat semangat dalam sehat bugar jauh dari sakit, jumawa rasa ini telah sukses olah raga, karena diet yang dijaga, atau merasa akan selalu perkasa?

Segala nikmat yang dianugrahkanNya kita klaim murni usaha kita? Tanpa sadar kita lupakan peranan Allah, kita sepelekan kehadiranNya di semua keberhasilan, lalu kita dustakan seakan nikmat itu semuanya datang tanpa izin Allah?

Maka nikmat Tuhan yg mana lagi yg kita dustakan? Janganlah alpa bahwa kenikmatan yang mengalir sejak lahir, ada Dia yg selalu hadir.

Harta, pasangan hidup, anak/cucu, kebun subur, perniagaan makmur, bahkan seteguk hirupan nafas pun ada peran RahmanNya. Ingatlah pula, semua nikmat itu akan ditanya di hari kiamat kelak. “Sungguh kamu pasti akan ditanya pada hari itu akan nikmat yg kamu peroleh saat ini” (At Takatsur: 8)

bacalah ayat dalam Surat Fushshilat [41]: 50, yang artinya: “Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: “Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang”

Kita adalah mahluk pelupa, dan Allah mengingatkan kita berulang-ulang …maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Sudah siapkah kita menjawab dan mempertanggungjawabkannya ? “Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya” (An-Nahl: 18)

Tak patutkah kita bersyukur kepada-Nya? Ucapkan Alhamdulillah, stop mengeluh & jalani hidup berma’rifat ibadah ikhlas sebagai bagian dari rasa syukur kita.

“La in syakartum laa adziidanakum wa la’in kafartum inna azabi lasyadid”

Sungguh jika (kamu) bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU) maka sesungguhnya azab-KU akan sangat pedih”. (QS. Ibrahim ayat 7).

Alasan Mengapa Baca Alkafirun Sebelum Tidur

Tidur merupakan salah satu kenikmatan yang diberikan Allah SWT.kepada umat manusia. Sebelum tidur, ada beberapa adab yang harus diperhatikan oleh kaum muslim. Satu diantaranya membaca surat Alkafirun.

Mengapa harus membaca surat Alkafirun? Apa faedah di dalamnya?

Surat Al-Kafirun merupakan nama yang paling masyhur bagi surat ini, meskipun dalam kesempatan yang lain surat ini juga disebut dengan surat Al-Ikhlash, sama seperti nama surat Qulhu, mengingat tema sentral ayat ini sama dengan apa yang terkandung dalam surat “Qulhu”, dimana keduanya berbicara tentang akidah muslim.

Wajar apabila Rasulullah SAW. pernah memberikan pesan supaya surat ini dibaca oleh seorang muslim sebelum dia berbaring ditempat tidurnya, sebagai cara melepaskan diri dari segala dosa orang-orang yang menyekutukan Allah.

Lalu lepas dari apalagi? Lepas dari syirik-syirik kecil. Sebab perilaku ini juga menjadi kebiasaan Rasulullah SAW, demikian penjelasan At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir.

إذا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ: ” قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ” حَتَّى تَمُرَّ بِآخِرِهَا، فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنَ الشَّرَكِ
Jika kalian pergi ke tempat tidur maka bacalah: Qulya Ayyuhal Kafirun, hingga akhirnya, karena (bacaan surat itu) pelepas diri dari kesyirikan”

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ قَرَأَ: ” قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ” حَتَّى يَخْتِمَهَا
Bahwa Rasulullah SAW ketika hendak tidur beliau membaca: Qul ya Ayyuhal Kafirun, hingga mengkhotamkannya”

Ar-Razi dalam kitab Mafatih Al-Ghaibnya menambahkan bahwa surat ini juga dikenal dengan nama Al-Muqasqisyah (penyembuh), sebab kandungannya surat ini diharapkan bisa menyembuhkan dan menghilangkan penyakit nifaq dan kemusyrikan.

“Sampai kapan pun” (bentuknya mudhori’, present, continuous, future). Entah sekarang, nanti atau di masa yang akan datang umatku hidup. Laa a’ budhu maa ta’budhun. Tidak akan pernah aku sembah apa yang kalian sembah. Menariknya kalimatnya menggunakan bentuk tunggal, kata ganti (saya). Jadi prinsip dalam akidah itu bukan hanya komunal tapi juga personal. Setiap dari kita harus memiliki prinsip dalam beragama.

Wa laa antum ‘abiduunama a’bud. Dan kalian tidak perlu menyembah yang saya sembah.

Ya, kandungan Alkafirun tidak hanya mengandung tentang kokohnya akidah tapi juga toleransi. Kita membacanya sebelum tidur agar terhindar dari syirik-syirik, juga melapangkan hati bahwa Islam agama paling toleran.

Wallahua’lam.

 

BersamaDakwah

Awas! Ini Ciri-Ciri Ajaran/Aliran Sesat (bag 2)

ADA beberapa ciri aliran sesat yang telah disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia yang kami jabarkan dengan contoh dan sedikit penjelasan di bawah ini.

Keenam, mengingkari kedudukan hadits nabi sebagai sumber ajaran Islam. Kasus percontohannya juga seperti Ahmad Hariadi mantan mubaligh Ahmadiyah dan yang merubah waktu ibadah haji dan pakaian ihram. Murid Ir. Arief Mulyadi Tatang Nana dengan paham quraninya yang menganggap tidak ada zakat fitrah dan mal/harta.

Ketujuh, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul. Kasus percontohan Abah Maisah Kurung Faridlal Athras Al-Kindy yang menyebutkan bahwa isteri Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam sebanyak 41 orang.

Kedelapan, mengingkari Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai nabi dan rasul terakhir. Kasus percontohan seperti Ahmadiyah yang menganggap ada lagi nabi setelah nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yaitu Mirza Ghulam Ahmad namun tidak boleh ada lagi nabi sesudah Mirza Ghulam Ahmad. Lalu pengajian faham qurani Tatang Nana yang menganggap bahwa pada setiap perkumpulan ada nabi dan rasulnya. Padahal dalam Al-Quran sudah dijelaskan, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)

Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Akan ada pada umatku tiga puluh orang pendusta yang kesemuanya mengaku sebagai Nabi, padahal aku adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi lagi sesudahku.” (HR. Tirmidzi, no. 2219 dan Ahmad, 5: 278. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Kesembilan, mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat. Kasus percontohan seperti Syiah yang merubah tata cara adzan, iqamah, wudhu, bacaan dan praktik shalat. Kemudian Islam Al-Haq di Garut yang shalat ke seluruh penjuru angin. Lalu Yusman Roy di Malang yang mengajarkan shalat billingual 2 (dua) bahasa. Padahal ajaran Islam sudah sempurna, tak boleh ditambah dan dikurangi. Allah Taala berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3).

Kesepuluh, kriteria aliran sesat yang kesepuluh ialah mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syari. Kasus percontohannya seperti Ahmadiyah yang mengkafirkan yang bukan Ahmadiyah. Lalu Syiah yang mengutuk dan mengkafirkan Aisyah, Abu Bakar, Umar, Utsman dan para shahabat lainnya. Lalu LDII dengan salah satu buktinya pidato ketua umumnya “paradigma baru” sebagai kelanjutan dari LDII, Lemkari, Islam Jamaah, Darul hadits yang menyebutkan di luar jamaah mereka di dalam neraka.

 

INILAH MOZAIK

Awas! Ini Ciri-Ciri Ajaran/Aliran Sesat (bag 1)

ADA beberapa ciri aliran sesat yang telah disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia yang kami jabarkan dengan contoh dan sedikit penjelasan di bawah ini.

Pertama, mengingkari rukun iman dan rukun Islam. Contoh seperti aliran Rafidhah (baca: Syiah) yang merubah rukun Islam ke-6 menjadi imamah dan menambah atau mengubah syahadat, atau kelompok sesat yang menambah syahadat dengan syahadat pribadi.

Kedua, meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syari (Al-Quran dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam). Contoh kasusnya ada kelompok yang meyakini dan meramalkan kiamat akan terjadi pada tahun 2012, padahal kapan terjadinya kiamat adalah rahasia Allah. Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34).

Ketiga, meyakini turunnya wahyu setelah Al-Quran. Contohnya Mirza Ghulam Ahmad pimpinan Ahmadiyah dengan kitab Tadzkirahnya.

Keempat, mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al-Quran. Contohnya Sumanto Al-Qurtubi dengan bukunya yang berjudul lubang hitam agama yang menganggap Al-Quran hasil konspirasi jahat antara Utsman bin Affan radhiyallahu anhu dengan para penulis dan Al-Quran dianggap sebagai barang rongsokan yang sudah usang. Padahal Allah sendiri menyatakan, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9). Kalau Allah yang memelihara, lantas kita mau katakan ada konspirasi di dalamnya? Padahal Allah adalah sebaik-baik penjaga. Kemudian Syiah yang berpendapat Al-Quran di tangan kita telah dipalsukan dan mereka yakini adanya mushaf Fatimah.

Kelima, melakukan penafsiran Al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir. Kasus percontohannya seperti Ahmad Hariadi yang mengaku mantan Ahmadiyah dengan tafsirnya bernama Yassarna Al-Quran. Kemudian ada kelompok Ir. Arief Mulyadi Tatang Nana dalam buku kumpulan pemahaman Al-Quran ayat bil ayat yang menyebutkan kita semua adalah turunan pembunuh (qabil yang membunuh habil). Lalu ada Gafatar pimpinan “Nabi Palsu” Ahmad Mosadeq yang mengartikan zakat dengan “yang menjaga kebersihan mental dan spiritual “.

 

INILAH Mozaik

Bahkan Malaikat pun Memuji Sahabat yang Satu Ini

Ada hal yang menarik ketika perang Uhud terjadi. Dalam peristiwa itu, Jibril memuji keberanian Ali ra. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Seungguhnya Ali adalah bagianku dan aku bagian dari Ali”. Ucapan Beliau itu menunjukkan sempurnanya kesatuan, dan Jibril berkata, “Aku dari kalian berdua.” (Qurratul Uyun).

Dikisahkan dari Buku yang berjudul “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a., bahwa Jibril memuji Ali ra karena selama pertempuran ia begitu melindungi Rasulullah dari serangan orang-orang kafir.

Saat itu kaum Muslimin mengalami kekalahan, adapun penyebab utamanya karena tidak menaati Rasulullah SAW. Ketika itu kaum Muslimin telah dikepung oleh kaum kuffar dari empat penjuru, sehingga banyak kaum Muslimin yang syahid dan sebagian melarikan diri.

Sedangkan, Nabi SAW terkepung oleh musuh-musuh kafir. Lalu mereka mengumumkan bahwa Nabi SAW telah gugur. Berita ini membuat para sahabat merasa panik. Sebagian sahabat ada yang melarikan diri, ada pula yang lari ke sana-kemari dalam keadaan cerai berai.

Ali ra mengatakan, ketika orang-orang kafir mengepung kaum Muslimin, ia tidak melihat Rasulullah SAW. Ia segera mencari Beliau di antara orang-orang yang masih hidup, tetapi tidak menemukannya. Lalu ia mencari di antara mayat para syuhada, namun tak juga menemukan Rasulullah SAW.

“Tidak mungkin Nabi SAW melarikan diri dari pertempuran. Mungkin karena perbuatan kami, Allah marah kepada kami, sehingga Allah mengangkat kekasih-Nya ke langit. Aku tidak dapat mengira-ngira kemungkinan lain tentang Nabi SAW yang lebih baik dari itu,” ujar Ali ra.

Ia segera mencabut pedangnya kemudian terjun ke tengah pertempuran itu. Ia terus bertempur sehingga sebuah jalan terbuka di tengah kepungan itu. Pada saat itulah terlihat olehnya Rasulullah SAW. Ali ra sangat gembira akan hal itu, ia menyakini Allah melindungi kekasih-Nya melalui para malaikat-Nya.

Ia segera menjumpai Rasulullah SAW dan berada di sisinya. Tiba-tiba muncullah pasukan kafir Quraisy untuk menyerang Beliau. Rasulullah SAW berkata, “Hai Ali, tahanlah mereka.” Ali ra langsung menghadapi mereka seorang diri dengan segenap keberaniannya, sehingga sebagian dari mereka melarikan diri, dan sisanya dapat dibunuh olehnya.

Lalu datanglah pasukan kedua untuk menyerang Rasulullah SAW. Beliau memberi isyarat kepada Ali ra untuk melawan mereka. Maka, Ali pun kembali melawan mereka dengan seorang diri. Inilah yang membuat malaikat Jibril memuji akan keberaniannya Ali ra.

 

TEPUBLIKA