Mengenal Ayat Mutasyaabihat dan Muhkamat

PEMAHAMAN tentang ayat-ayat al-Qur’an masih terjadi perbedaan diantara kaum Muslimin. Perbedaan tersebut kemudian ditangkap oleh orang-orang di luar Islam sebagai bukti bahwa al-Qur’an memang banyak pertentangan.

Kemudian mereka menyamakan al-Qur’an dengan kitab-kitab terdahulu yang di dalamnya memang banyak pertentangan.

Sebagai contoh pada Bibel, terjadi pertentangan yang sangat banyak. Misalnya dua ayat tentang siapa yang membujuk Daud agar memusuhi orang Israel. Pada II Samuel 24:1 disebutkan yang membujuk adalah Tuhan sedangkan dalam I Tawarikh 21:1 disebutkan yang membujuk adalah iblis. Matius 11:13-14 menyebutkan bahwa Yohanes Pembabtis adalah Elia tapi dalam Matius 17:11-13 dan Yohanes 1:21 disebutkan bahwa Yohanes Pembabtis bukanlah Elia.

Demikian juga masalah siapa yang membawa salib. Dalam Matius, Markus, dan Lukas disebutkan Simon yang membawa salib. Tapi di dalam Yohanes, disebutkan Yesus yang membawa salibnya.

Selain contoh di atas masih banyak pertentangan antar ayat lainnya dalam Bible. Bahkan ada ayat yang bertentangan dengan beberapa halaman sebelumnya.

 

Tentu hal tersebut tidak akan terjadi dalam al-Qur’an sebagai kitab yang terpelihara.  Karena Allah  menegaskan dalam firman-Nya:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (al-Nisa’[4]: 82).

Ayat di atas menegaskan bahwa tidak mungkin terjadi pertentangan antara ayat yang satu dengan lainnya dalam al-Qur’an. Allah telah berjanji memelihara kitabnya (Al-Hijr[15]: 9), termasuk didalamnya menjaga dari berbagai pertentangan.

Harus Paham Makna Ayat

Namun tidak dipungkiri, ada beberapa ayat yang zhahirnya terkesan bertentangan, namun sesungguhnya maknanya tidak. Artinya, untuk memahami ayat-ayat yang zhahirnya terkesan bertentangan, harus dikembalikan pada masing-masing makna sesuai kondisi atau keadaannya.

Contoh dalam Qur’an dinyatakan  tidak ada paksaan untuk masuk Islam (al-Baqarah [2]:256). Tapi di ayat lain diperintahkan untuk memaksa orang-orang masuk Islam bila perlu dengan kekerasan /memeranginya (at-Taubah [9]:5, dan at-Taubah [9]:29).

Untuk memahami masalah tersebut harus mengetahui asbabul nuzul ayat masing-masing. Surat at-Taubah  ayat 5, turun ketika sebelumnya telah ada perjanjian antara orang-orang muslim dan orang-musyrikin di dekat Masjidil Haram. Namun Allah beserta Rasul-Nya telah menyatakan memutuskan hubungan itu. Hal ini dikarenakan kaum musyrikin tidak bisa menepati janjinya. (Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur‘anil ‘Azhim)

 

Jadi umat muslim diperintahkan untuk memerangi dan membunuh kaum musyrikin karena mereka inkar janji.  Perintah memerangi bukan untuk memaksa kaum musyrikin memeluk agama Islam.

Disebutkan dalam beberapa ayat bahwa tidak ada hubungan nasab antara manusia pada hari kiamat, sementara di ayat yang lain disebutkan ada hubungan nasab. Hubungan nasab yang diakui ada yaitu hubungan nasab yang terjalin sejak hidup di dunia. Seperti dalam firman Allah Azza wa Jalla: “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya [Abasa [80]:34-35]

Sedangkan yang dinafikan yaitu manfaat dari hubungan nasab itu. Karena banyak orang kafir menyangka bahwa hubungan nasab mereka bisa mendatangkan manfaat bagi mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman: “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. [asy-Syu’arâ`[26]:88-89]

Semisal dengan ini, disebutkan bahwa ada juga nasab yang bermanfaat di hari kiamat, yaitu bahwa anak-anak kaum Mukminin akan diangkat dan disamakan derajatnya dengan orang tua mereka, meskipun si anak belum mencapai derajat orang tua. Allah Azza wa Jalla mengumpulkan bagi penduduk surga, orang-orang yang baik dari keluarganya seperti orang tua, pasangan dan anak-anak mereka. Hal ini terjadi karena mereka semua beriman dan memiliki watak dasar yang baik. (Syaikh Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa`di, Al-Qawâidul Hisân, 41).

Muhkamat dan Mutasyabihat

Selain dibawa kepada pemahaman makna, yang perlu diketahui yaitu dalam al-Qur’an ada ayat yang sifatnya muhkamat, yaitu pasti dan mutasyabihat, yang samar-samar. Di antara ayat-ayat mutasyabihat diantaranya berkaitan dengan sifat-sifat Allah. Apabila ayat-ayat tersebut diartikan secara literal, akan menimbulkan pengertian bahwa Allah memiliki sifat kekurangan dan menyerupai makhluk-Nya.

Contoh ayat mutasyabihat seperti ayat, “Tuhan yang Maha Pemurah, ber-istiwa’ di atas ‘Arsy”. (Thaha[20]: 5). Dalam ayat lain Allah berfirman,” Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (al-Baqarah[2]: 115).

 

Demikian pula dengan ayat, Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menuju kepada Tuhanku, dan dia akan memberi petunjuk kepadaku”. (al-Shaffat [37]: 99). Nabi Ibrahim dalam ayat tersebut mengatakan akan pergi ke Palestina.

Dari ketiga ayat di atas terkesan keberadaan Allah ada di tiga tempat. Ayat pertama menyimpulkan, Allah ada di Arsy. Ayat kedua Allah ada di berbagai arah di muka bumi. Dan ayat terakhir menyimpulkan Allah ada di Palestina.

Ayat-ayat tersebut menurut para ulama bersifat mutasyabihat sehingga maknanya tidak boleh diartikan secara literal. Sebab jika diartikan secara literal akan menimbulkan pengertian yang paradoks. Padahal terjadinya pertentangan dalam al-Qur’an itu tidak mungkin. Karenanya, harus meninggalkan maksud literal ayat-ayat mutasyabihat tersebut, dan mengembalikan pemahamannya kepada ayat yang muhkamat. Dalam hal ini ayat yang muhkamat yaitu firman Allah yang artinya:”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.” (al-Syura[42]: 11).

Berangkat dari ayat yang muhkamat ini, maka akan dapat disimpulkan bahwa Allah itu ada tanpa tempat dan tanpa arah, karena tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya.

Kesimpulan

Apabila ditemukan nash-nash yang terkesan bertentangan, tidak boleh menyalahkan nash. Salahkan diri sendiri akibat kurangnya ilmu dan pemahaman, atau dangkalnya penelitian dan pembahasan. Kita harus ber-husnudhdhan (berbaik sangka) pada nash, dan ber-su’udhdhan(berburuk sangka) pada diri sendiri.

Dalam salah satu cabang ilmu Al-Qur’an diketemukan cabang pembahasan tentang hal itu, yaitu dalam pembahasan Ta’arudl Al-Qur’an.  Para ulama ketika membahas ilmu tersebut dibingkai semangat untuk menggabungkan makna ayat sehingga bisa dipahami tanpa mempertentangkan antara satu dengan yang lainnya.

Hanya orang-orang yang tidak paham atau mengikuti hawa nafsunya yang menggunakan metode mempertentangkan antara satu nash dengan nash lainnya.

Oleh karena itu, menjadi kewajiban kita untuk membawa nash yang mutasyaabih (samar) kepada nash yang muhkam (jelas).*

 

Oleh:  Bahrul Ulum, Peneliti Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (InPas) dan Sekretaris MIUMI Jawa Timur

HIDAYATULLAH

Teladan Empat Madzhab dalam Toleransi

ULAMA empat madzhab adalah para figur yang mengedepankan kesatuan pendapat, dan tidak egois dengan pendapatnya. Meski memiliki pandapat sendiri dalam madzhab, namun masing-masing madzhab selalu melihat pendapat madzhab lain, dan melakukan upaya untuk  meminimalisir perbedaan, yang biasa disebut muru`atul khilaf, dimana masing-masing madzhab bersepakat bahwa keluar dari ranah khilaf merupakan perkara yang mustahab.

Demikian, beberapa contoh, upaya masing-masing madzhab untuk meminimalisir perbedaan dengan madzhab lain di beberapa masalah.

Madzhab Hanafi

Membaca surat Al Fatihah dalam madzhab Hanafi bukanlah bagian dari rukun yang harus dikerjakan, namun ulama madzhab Hanafi memotivasi agar pengikutnya membaca surat Al Fatihah saat shalat jenazah. Tertulis dalam kitab fiqih Al Hanafi ,Maraqi Al Falah,”….dan boleh membaca Al Fatihah dengan tujuan memberikan pujian, demikian hal ini telah dinashkan bagi madzhab kita, dan di Al Bukhari dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwa ia menshalatkan janazah lalu membaca Al Fatihah dan berkata,’Agar mereka mengetahui bahwa hal itu sunnah.’ Dan hadits itu dishahihkan oleh At Tirmidzi. Dan para imam kita berkata bahwa memperhatikan perkara khilaf mustahab, sedangkan hal itu (membaca Al Fatihah) fardhu menurut Asy Syafi’I Rahimahullah Ta’ala, maka tidak mengapa membacanya dengan tujuan membaca Al Qur`an untuk keluar dari khilaf.” (Maraqi Al Falah, hal. 227)

Dalam madzhab Hanafi tidak diwajibkan wudhu bagi siapa yang mengusung jenazah. Namun Imam Ahmad berpendapat wajib berwudhu bagi siapa yang telah mengusung jenazah, maka dalam hal ini Ath Thahthawi berkata,”Maka disunnahkan wudhu, untuk keluar dari khilaf, juga untuk mengamalkan hadits.” (Hasyiyah ATh Thahthawi, 1/55)

Madzhab Maliki

Bagi madzhab Maliki, membaca basmalah sebelum Al  Fatihah adalah perkara yang mubah, dan shalatnya sah, sedangkan bagi madzhab Asy Syafi’i, tidak sah shalat jika tidak membacanya, karena itu bagian dari Al Fatihah. An Nafrawi pun berkata,”Yang disepakati lebih baik daripada yang tidak disepakati, telah berkata Imam Al Qarrafi (Maliki), dan Ibnu Rusyd (Maliki) dan Al Ghazali bahwa bagian dari kehati-hatian keluar dari khilaf dengan membaca basmalah dalam shalat.” (Al Fawaqih Ad Dawani, hal. 409)

Madzhab Syafi’i

Dalam madzhab  Syafi’i tidak diperlukan niat bagi siapa yang memandikan jenazah. Namun, mustahab untuk meniatkannya, dalam rangka keluar dari khilaf, dikarenakan Imam Malik mewajibkan niat bagi yang memandikan jenazah. (lihat, Tuhfah Al Habib, 2/516)

Meski dalam madzhab Asy Syafi’i dinyatakan sah shalat sendiri di belakang shaf, namun disunnahkan menarik seseorang dari shaf depan untuk shalat bersamanya di belakang. Hal itu dikarenakan Imam Ahmad menilai bahwa shalat sendirian di belakang shaf tidak sah. (Hasyiyah Al Bujairimi, 1/322)

Dalam madzhab Asy Syafi’i i’tikaf sah dilakukan di masjid meski bukan masjid jami’, namun Imam Asy Syriazi berkata,”Dan lebih utama beri’tikaf di masjid jami’, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah beri’tikaf kecuali di masjid jami’, juga karena di masjid jami’ lebih banyak jama’ah shalatnya, juga dalam rangka keluar dari khilaf, dimana Az Zuhri menyatakan tidak boleh i’tikaf kecuali di masjid jami’.” (Al Majmu’, 6/504)

Meskipun dalam madzab Asy Syafi’i sah melakukan i’tikaf kurang dari satu hari, namun Imam Asy Syafi’i berkata,”Lebih utama, ia tidak kurang dari satu hari, karena tidak pernah dinukil dari Rasulullah Shallallahu Alihi Wasallam dan para sahabatnya bahwasannya mereka beri’tikaf kurang dari satu hari dan dalam rangka keluar dari khilaf Abu Hanifah dan lainnya yang mensyarakan i’tikaf satu hari atau lebih.” (Al Majmu’, 6/513)

Madzhab Hanbali

Takbir dalam shalat jenazah diriwayatkan dari Imam Ahmad beberapa riwayat, yang menunjukkan jumlah takbir lebih dari empat takbir, namun Ibnu Qudamah mengatakan,”Lebih utama tidak lebih dari empat, karena hal itu keluar dari khilaf, dan mayoritas ahlul ilmi berpendapat bahwa takbir empat kali.” Diantara ulama yang berpendapat takbir empat kali adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Asy Syafi’i (Asy Syarh Al Kabir, 2/352).

Apa yang disebutkan hanya merupakan beberapa contoh dari upaya keluar dari khilaf, dan masih ada ratusan masalah lainnya, yang tertulis dalam kitab-kitab fiqih empat madzhab. Tentu hal ini menjadi bukti bahwa madzhab empat, meski berbeda pendapat namun tetap toleransi terhadap madzhab lain. Jika demikian, klaim bahwa adanya madzhab merupakan sumber perpecahan juga tidak benar. Wallahu Ta’ala A’la wa A’lam.

 

HIDAYATULLAH

Fakta Unik Mengenai Adzan

Setiap hari suara adzan selalu berkumandang, terlebih bagi negara yang mayoritas umatnya beragama islam. Apabila telah dikumandangkan, wajib hukumnya umat muslim di dunia untuk melaksanakan sholat. Dibalik merdunya suara Adzan yang berkumandang, ada keistimewaan tersendiri dari adzan, sehingga bagi muadzin (orang yang menyerukan azan) sekalipun, Allah telah menjanjikan pahala kepadanya. Di balik keistimewaannya, adzan juga menyimpan fakta unik.

1. Kalimat penyeru yang mengandung kekuatan dahsyat
Begitu adzan berkumandang, kaum muslim yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah akan segera bergegas ke masjid menunaikan salat. Tanpa sadar syaraf akan memerintahkan tubuh untuk segera menunaikan salat.
Simpul-simpul kesadaran psiko-religius dalam otak umat muslim mendadak bergetar hebat, terhubung secara simultan, dan dengan totalitas kesadaran seorang hamba (abdi). Seakan suara khas adzan telah tertanam dalam alam bawah sadar setiap muslim. Sehingga ketika mendengarnya, indra-indra tubuh mereka lalu bergerak untuk salat. Suara adzan seakan telah menyentuh fitrahnya untuk beribadah.

2. Banyak non-muslim yang menjemput hidayah setelah mendengar adzan
Banyak kisah perjalanan hidup kaum mualaf hingga akhirnya menemukan hidayah yang seringkali menyentuh nurani. Berbagai sebab mereka akhirnya masuk Islam. Salah satu sebab yang sering terjadi adalah suara adzan yang didengar mereka, telah menggetarkan hari dan kesadaran terdalam untuk mengucap syahadat. Seakan fitrah Islam dalam diri mereka terbangkitkan melalui alunan adzan itu.

Kementerian Urusan Agama Turki pernah melansir sedikitnya 634 orang telah masuk Islam selama tahun 2011, termasuk 467 wanita, yang berusia rata-rata 30 sampai 35 tahun, dan berasal dari kebangsaan yang berbeda mulai dari Jerman, Maldiva, Belanda, Perancis, Cina, Brasil, AS, Rumania dan Estonia. Mereka adalah turis-turis yang tengah melancong ke Turki.
Di kota Kayseri Turki sendiri, sedikitnya 14 orang telah masuk islam selama empat tahun terakhir, termasuk 10 wanita. Grand Mufti kota Kayseri, Syaikh Ali Marasyalijil menyebutkan umumnya mereka masuk Islam setelah tersentuh mendengar alunan adzan.

Rapper papan atas Amerika Serikat, Chauncey L Hawkins yang populer disapa Loon bahkan mengakui masuk Islam setelah mendengar suara adzan saat dirinya tengah berkunjung ke Abu Dhabi, Dubai.
Masih banyak lagi kisah menyentuh mualaf yang masuk Islam setelah mendengar alunan kumandang adzan.

3. Perintah adzan datang melalui mimpi
Pada awalnya Rasulullah SAW tidak tahu dengan cara yang digunakan untuk mengingatkan umat muslim bila waktu salat tiba. Ada sahabat yang menyampaikan usul untuk mengibarkan bendera, menyalakan api di atas bukit, meniup terompet, dan membunyikan lonceng. Semua saran itu dianggap kurang cocok.

Hingga datanglah sahabat, Abdullah bin Zaid yang bercerita jika dia mimpi bertemu dengan seseorang yang memberitahunya untuk mengumandangkan adzan dengan menyerukan lafaz-lafaz adzan seperti saat ini. Lalu dikabarkanlah perihal mimpi ini kepada Rasulullah. Umar bin Khathab mendengar hal itu dan ternyata dia juga mengalami mimpi yang sama. ”Demi Tuhan yang mengutusmu dengan Hak, ya Rasulullah, aku benar-benar melihat seperti yang ia lihat (di dalam mimpi)”. Lalu Rasulullah bersabda: ”Segala puji bagimu.”
Rasulullah menyetujui untuk menggunakan lafaz-lafaz adzan itu sebagai tanda waktu salat tiba.

4. Dikumandangkan saat peristiwa-peristiwa bersejarah
Selain digunakan untuk menandakan waktu salat tiba, adzan juga dikumandangkan pada momen-memen penting dan bersejarah. Misalnya ketika seorang bayi lahir. Selain itu, saat peristiwa penting dalam Islam terjadi, adzan juga berkumandang. Ketika pasukan Rasulullah berhasil menguasai Makkah dan berhala-berhala di sekitar ka’bah dihancurkan, Bilal bin Rabbah mengumandangkan adzan dari atas Ka’bah.

Peristiwa lain, ketika Konstantinopel jatuh ke tangan pasukan Ottoman yang mengakhiri Kekaisaran Romawi Timur, beberapa perajurit Ottoman masuk ke dalam lalu mengumandangkan adzan sebagai tanda kemenangan mereka.

5. Miliaran kali dikumandangkan sejak 14 abad lalu
Adzan dikumandangkan 5 kali sehari. Semenjak adzan pertama kali dikumandangkan 14 abad lalu hingga saat ini, tak dapat dihitung berapa juta kali adzan telah berkumandang.

Anggaplah setahun 356 hari. Jika 14 abad adalah 1400 tahun, maka 1400 tahun x 356 hari = 511000 hari. Dalam satu hari, adzan 5x dikumandangkan. Sehingga sedikitnya adzan telah dikumandangkan 2.555.000 kali. Jika dalam satu hari ada 1 juta muslim di dunia yang mengumandangkan adzan, jadi adzan telah dikumandangkan sebanyak 2.555.000.000.000 kali. Subhanallah!

6. Tak henti dikumandangkan hingga kiamat
Bumi berbentuk bulat. Ini menyebabkan terjadi perbedaan waktu solat pada setiap daerah. Ketika adzan telah selesai berkumandang di satu daerah, maka selanjutnya adzan berkumandang di daerah lain.
Satu jam setelah adzan selesai di Sulawesi, maka adzan segera bergema di Jakarta, disusul pula Sumatera. Dan adzan belum berakhir di Indonesia, maka ia sudah dimulai di Malaysia. Burma adalah di baris berikutnya, dan dalam waktu beberapa jam dari Jakarta, maka adzan mencapai Dacca, ibukota Bangladesh. Dan begitu adzan berakhir di Bangladesh, maka ia ia telah dikumandangkan di barat India, dari Kalkuta ke Srinagar. Kemudian terus menuju Bombay dan seluruh kawasan India.

Srinagar dan Sialkot (sebuah kota di Pakistan utara) memiliki waktu adzan yang sama. Perbedaan waktu antara Sialkot, Kota, Karachi dan Gowadar (kota di Baluchistan, sebuah provinsi di Pakistan) adalah empat puluh menit, dan dalam waktu ini, adzan Fajar telah terdengar di Pakistan. Sebelum berakhir di sana, ia telah dimulai di Afghanistan dan Muscat. Perbedaan waktu antara Muscat dan Baghdad adalah satu jam. Adzan kembali terdengar selama satu jam di wilayah Hijaz al-Muqaddas (Makkah dan Madinah), Yaman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak.

Perbedaan waktu antara Bagdad dan Iskandariyah di Mesir adalah satu jam. Adzan terus bergema di Siria, Mesir, Somalia dan Sudan selama jam tersebut. Iskandariyah dan Istanbul terletak di bujur geografis yang sama. Perbedaan waktu antara timur dan barat Turki adalah satu setengah jam, dan pada saat ini seruan shalat dikumandangkan.

Iskandariyah dan Tripoli (ibukota Libya) terletak di lokasi waktu yang sama. Proses panggilan adzan sehingga terus berlangsung melalui seluruh kawasan Afrika. Oleh karena itu, kumandang keesaan Allah dan kenabian Muhammad saw yang dimulai dari bagian timur pulau Indonesia itu tiba di pantai timur Samudera Atlantik setelah sembilan setengah jam.

Sebelum adzan mencapai pantai Atlantik, kumandang adzan Zhuhur telah dimulai di kawasan timur Indonesia, dan sebelum mencapai Dacca, adzan Ashar telah dimulai. Dan begitu adzan mencapai Jakarta setelah kira-kira satu setengah jam kemudian, maka waktu Maghrib menyusul.

Begitu seterusnya adzan terus berkumandang di bumi dan tidak pernah berhenti hingga kiamat terjadi. Subahanallah.

 

Sumber: Fakta Unik Mengenai Adzan/ ERAMUSLM

Masihkah Kita Khawatir dengan Rezeki?

INGATLAH, rezeki selain sudah diatur, juga sudah dibagi dengan adil.

Allah Taala berfirman,

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.” (Tafsir Al Quran Al Azhim, 6: 553)

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah. [Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK

Satu-Satunya Surat Alquran Tak Diawali Basmalah

SURAT At-Taubah merupakan satu-satunya surat yang tidak diawali dengan bacaan basmalah, sementara surat Alquran lainnya memakai bacaan basmalah. Seorang muslim ketika mengawali bacaannya dengan bismillahirrahmaanirrahiim, dari membaca huruf ‘ba’, akan merasakan adanya garis pemisah di antara kondisi sebelumnya dengan kondisi baru. Ia merasa berada di alam yang baru untuk meninggalkan dunia. Dengan hatinya ia menghadap untuk mendengarkan firman tuhannya serta hidup beserta namanya yang mulia (Ar- Rahman dan Ar-Rahim)

Adapun sebab tidak disebutkannya kalimat basmalah diawal surat At-Taubah, berdasarkan pendapat mayoritas Ulama, adalah karena surat ini berbicara tentang orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Mereka diharamkan dari kalimat basmalah dan makna kasih sayang yang terdapat didalamnya.

Pada ayat pertama Allah Ta’ala berfirman, “(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya (yang ditujukan) kepada orang-orang musyrik.” (QS At-Taubah: 1)

Surat At-Taubah juga memiliki nama-nama yang lain, yaitu Al-Fadhihah (yang menelanjangi kejelekan) karena isinya menjelekkan sikap orang-orang munafik. Di dalamnya terdapat 55 sifat orang munafik yang pernah mereka tunjukkan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dinamakan dengan surat Al-Kasyafah (Penyingkap) karena ia menyingkap aib orang-orang kafir dan orang-orang yang enggan memberikan pembelaan terhadap islam. Dinamakan dengan As-Saif (Pedang) karena mayoritas ayat-ayatnya berisi panggilan berjihad, anjuran untuk pergi berperang dan peringatan keras bagi orang yang tidak ikut atau enggan (berpaling) dari peperangan. Dengan demikian, ia merupakan surat yang sangat keras. [pusatalquran]

 

INILAH MOZAIK

Contoh Doa Nabi Ibrahim, Sang Panglima Tauhid

MEMOHON perlindungan kepada Allah dari kekufuran dan kemunafikan merupakan bukti adanya perasaan takut terhadap penyebab hilangnya iman. Yang ini merupakan bukti bahwa dia sangat perhatian terhadap imannya. Allah mencontohkan salah satu doa Nabi Ibrahim sang panglima Tauhid , “Jauhkanlah diriku dan anak keturunanku dari menyembah berhala.” (QS. Ibrahim: 35)

Ada seorang ulama bernama Ibrahim at-Taimi, ketika membaca ayat ini beliau berkomentar, “Siapa yang merasa aman dari bala setelah Ibrahim?” (HR. Ibnu Khuzaimah)

Maksud beliau, Ibrahim sangat menghargai imannya dan beliau sangat ketakutan dengan sebab kekufuran, hingga memohon perlindungan kepada Allah dari kesyirikan. Siapakah kita dibandingkan beliau? Padahal kita tidak pernah memohon perlindungan seperti yang diucapkan Ibrahim. Ada beberapa doa yang diajarkan dalam alquran dan sunah, yang isinya permohonan perlindungan dari kekafiran dan kemunafikan,

Pertama, Doa Nabi Ibrahim alaihis shalatu was sallam, “Jauhkanlah diriku dan anak keturunanku dari mennyembah berhala. Ya Allah, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak orang.” (QS. Ibrahim: 35 36). Kedua, memohon hidayah dan taufiq. Hakekat memohon hidayah, berarti memohon untuk diberikan jalan istiqamah di atas kebenaran dan dilindungi dari setiap kekufuran dan kemunafikan. Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa membaca doa, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu hidayah, ketaqwaan, terjaga kehormatan, dan kekayaan” (HR. Ahmad 3950 & Muslim 7079).

Ketiga, doa dari kekufuran dan kemunafikan. “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekufuran, kefasikan, kedurhakaan, kemunafikan, sumah, dan riya.” Doa ini diriwayatkan oleh al-Hakim (1944) dan dishahihkan al-Albani.

Keempat, perlindungan dari syirik, yang disadari maupun yang tidak disadari. “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku menyekutukan-Mu sementara aku menyadarinya, dan aku memohon ampun kepada-Mu untuk yang tidak aku sadari.” Doa ini dibaca Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika menyebutkan tentang bahaya syirik, “Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh syirik itu lebih samar dibandingkan jejak kaki semut. Maukah kutunjukkan kepada kalian satu doa, jika kalian mengucapkannya, maka syirik akan menjauhimu yang seidkit maupun yang banyak. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan doa di atas.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 716 dan dishahihkan al-Albani).

Kelima, doa sahabat Abu Bakrah radhiyallahu anhu, Beliau rajin membaca doa berikut, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur laa ilaaha illaa anta” Sahabat Abu Bakrah membaca ini diulang 3 kali setiap pagi dan sore. Ketika beliau ditanya alasannya, beliau mengatakan, “Aku mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdoa dengan doa ini, dan aku ingin meniru sunah beliau.” (HR. Abu Daud 5092, Nasai 5482 dan dihasankan al-Albani).

Semoga doa-doa di atas bisa kita rutinkan. Dan yang tidak kalah penting adalah selalu menghadirkan perasaan butuh terhadap hidayah dan bimbingan Allah karena Allah melihat hati kita, jangan sampai muncul perasaan, saya tidak butuh hidayah karena tidak mungkin tersesat, perasaan semacam ini berbahaya, karena dia merasa sombong dengan kondisinya. Semoga Allah melindungi kita dari suasana semacam ini.

Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

INILAH MOZAIK

Berkah Jabatan

Penggunaan jabatan di jalan yang benar memberikan berkah, tapi juga sebaliknya. Dari Ibn Umar RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Ketahuilah, setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang yang dipimpinnya.”

Seorang laki-laki pemimpin keluarga akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang wanita pemimpin di rumah suami dan anaknya akan dimintai pertanggungjawaban tentang mereka. Dan seorang hamba juga pemimpin atas harta tuannya, dia akan dimintai pertanggungjawaban.

“Ketahuilah masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban” (HR Imam Muslim). Selain itu, dari Ma’qil bin Yasar berkata, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang yang diberi amanat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, lalu mati ketika sedang menipu rakyatnya, maka Allah mengharamkan surga baginya” (HR Imam Muslim).

Hadis di atas memberikan pelajaran berguna bagi kita. Pertama, menjadi pemimpin itu untuk menabung pahala. Setiap kebijakan pemimpin kemudian disenangi oleh rakyat dan menyelesaikan masalah rakyat, maka termasuk kesuksesan bagi pemimpin.

Sebaliknya juga demikian, pemimpin yang membuat rakyat miskin, petani menderita, terzalimi, dan kebijakan tidak tepat masalah dan sasaran, maka bukti pemimpin tidak sukses. Padahal, banyak rakyat yang menderita atas kebijakannya. Maka, setiap yang terzalimi tadi benci kepada pemimpinnya.

Berdampak terhadap pemimpin sebab pemimpin itu tidak disukai karena memutuskan dengan kebijakan salah. Kedua, minim konflik. Ciri pemimpin yang baik, yaitu kebijakannya tidak menimbulkan konflik sosial, ekonomi, dan bencana lingkungan hidup. Rakyat melakukan demonstrasi, rakyat protes, dan mengecam kebijakan termasuk pemimpin tidak sukses.

Ketiga, sedikit korupsi. Perilaku korupsi merajalela di mana-mana mulai dari level paling terendah, yaitu desa dan negara. Tertangkapnya pemimpin bukti bahwa pemimpin telah merampas hak-hak rakyat. Hak rakyat, tetapi diambil oleh pemimpin untuk keperluan dirinya dan keluarganya.

Keempat, pujian. Rakyat kalau sudah sejahtera dan nyaman dengan pemimpin maka mereka akan memuji pemimpin. Kelima, tidak perlu menawarkan diri. Pemimpin yang disukai rakyat, yaitu pemimpin yang langsung dipilih rakyat. Rakyat merasakan dampak kebaikan dari kepemimpinnya sehingga tidak ingin pemimpin itu digantikan dengan pemimpin lainnya.

Kelima, penuh berkah. Keberkahan ditandai dengan minim bencana alam, rezeki tidak sulit, dan minim konflik. Bencana alam terjadi karena banyak doa orang yang terzalimi. Dampaknya kepada semua.

Sejatinya rakyat dan pemimpin bekerja sama untuk menegakkan nilai agama dan kebijakan dengan baik. Akhirnya terbentuk bangsa yang kuat, tangguh, berkembangnya inovasi dan teknologi, terhapusnya kemiskinan, dan hilangnya bencana.

Terakhir, menepati janji. Janji kalau tidak ditepati maka sudah menipu rakyat. Menipu itu bagian dari keburukan dalam kehidupan. Termasuk penghambat surga bagi yang sering menipu. Bahkan, tercatat menjadi penipu. Untuk itu, pilihlah pemimpin yang mementingkan kepentingan Allah, adil, dan bebas dari golongan, amanah dan cerdas serta berilmu pengetahuan tinggi.

 

REPUBLIKA

Keutamaan Membaca Al-Quran

ﻋَﻦ ﻋُﻘﺒﺔً ﺑﻦِ ﻋَﺎﻣِﺮٍ ﺭَﺿﻲِ ﺍﻟﻠٌﻪٌ ﻋَﻨﻪٌ ﻗَﺎﻝَ ﺧَﺮَﺝَ ﻋَﻠَﻴﻨًﺎ ﺭَﺳُﻮﻝٌ ﺍﻟﻠٌﻪ ﺻَﻠْﻲ ﺍﻟﻠٌﻪ ﻋَﻠَﻴﻪِ ﻭَﺳَﻠٌﻢَ ﻭَﻧﺨَﻦُ ﻓﻲِ ﺍﻟﺼﻔٌﺔِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍَﻳٌﻜُﻢ ﻳُﺤﺐٌ ﺍَﻥ ﻳَﻐﺪُ ﻭَ ﻛُﻞٌ ﻳَﻮﻡٍ ﺍِﻟﻲ ﺑُﻄﺤَﺎﻥَ ﺍَﻭﺍَﻟﻰ ﺍﻟَﻌﻘَﻴﻖَ ﻓَﻴَﺎٌﺗﻲِ ﺑِﻨَﺎﻗَﺘَﻴﻦِ ﻛَﻮﻣَﺎﻭَﻳﻦِ nﻓِﻲ ﻏَﻴِﺮ ﺍِﺛﻢٍ ﻭَﻵ ﻗَﻈﻴﻌَﺔِ ﺭَﺣَﻢٍ ﻓَﻘُﻠﻨَﺎ ﻳَﺎﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠٌﻪِ ﻛُﻠٌﻨَﺎ ﻧُﺤِﺐٌ ﺫَﺍﻟِﻚَ ﻗَﺎﻝَ ﺍَﻓَﻶ ﻳَﻐﺪُﻭ ﺍَﺣَﺪُﻛُﻢَ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟﻤﺴَﺠِﺪِ ﻓَﻴَﺘَﻌَﻠَﻢَ ﺍَﻭﻓَﻴَﻘَﺮٌﺍَ ﺍﻳَﺘَﻴﻦِ ﻣِﻦ ﻛِﺘَﺎﺏِ ﺍﻟﻠٌﻪ ﺧَﻴﺮٌﻟَﻪ ﻣِﻦ ﻧَﺎﻗَﺘَﻴﻦِ ﻭَﺛَﻶﺙُ ﺧَﻴﺮُﻟَﻪ ﻣِﻦ ﺛَﻶﺙٍ ﻭَﺍَﺭﺑَﻊُ ﺧَﻴﺮُﻟَﻪ ﻣﻦ ﺍﺭﺑﻊ ﻭﻣﻦ ﺍﻋﺪﺍﺩﻫﻦ ﻣﻦ ﺍﻷﺑﻞ . ‏( ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻭﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﻭﺩ ).

Dari Uqbah bin Amir r.a., ia menceritakan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam datang menemui kami di Shuffah, lalu beliau bertanya, ‘Siapakah di antara kalian yang suka pergi setiap hari ke pasar Buth-han atau Aqiq lalu ia pulang dengan membawa dua ekor unta betina dari jenis yang terbaik tanpa melakukan satu dosa atau memutuskan tali silaturahmi?’ Kami menjawab, Ya Rasulullah, kami semua menyukai hal itu.’ Rasululullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, ‘Mengapa salah seorang dari kalian tidak ke masjid lalu mempelajari atau membaca dua buah ayat al Qur’an (padahal yang demikian itu) lebih baik baginya dari pada dua ekor unta betina, tiga ayat lebih baik dari tiga ekor unta betina, dan begitu pula membaca empat ayat lebih baik baginya daripada empat ekor unta betina, dan seterusnya sejumlah ayat yang dibaca mendapat sejumlah yang sama dari unta-unta.” [Hadits Riwayat Muslim dan Abu Dawud]

 

HIDAYATULLAH

“Keren, TNI AL Mengaji di KRL”

PRAJURIT berseragam loreng membawa senjata sudah biasa terlihat. Tapi kalau prajurit membawa dan membaca al-Qur’an di tempat umum, rasa-rasanya ini pemandangan jarang ditemukan.

Seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) berseragam loreng hijau kedapatan tengah asyik membaca Kitab Suci al-Qur’an di atas kereta rangkaian listrik (KRL).

Siang itu, awak hidayatullah.com yang tanpa sengaja satu gerbong dengannya, menyaksikan pemandangan tersebut dalam perjalanan KRL dari arah Jakarta Pusat menuju Bogor, Jawa Barat, Kamis siang, 20 April 2017.

Suasana gerbong pun terasa menjadi istimewa dengan keberadaan sang prajurit Muslim tersebut. Ia tampak khusyuk mengaji, sembari duduk di gerbong yang cukup lengang itu.

Sementara, pantauan hidayatullah.com, para penumpang lain rata-rata tampak asyik bermain gawai masing-masing. Ada pula yang membaca surat kabar.

Saat KRL berhenti di stasiun Pasar Minggu, dua orang penumpang wanita berjilbab yang masuk gerbong tampak langsung tersita perhatiannya dengan sang prajurit.

Seorang darinya melirik anggota Korps Marinir TNI Angkatan Laut itu, lalu berbisik-bisik kepada kawannya. Tak terdengar apa yang dibicarakan, mungkin dia bilang “keren banget tuh tentara”. Sang prajurit tetap khusyuk dengan bacaannya.

Begitu KRL melintasi kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, prajurit yang mengaji dengan suara tak terdengar itu mulai mengakhiri bacaannya. Ia memasukkan mushaf merah muda berukuran seperti laptop 15 inci, cukup besar, itu ke dalam tas ranselnya. Lalu beristirahat.

Sersan Kepala (Serka) Suharyanto, demikian nama pria berusia 34-an tahun ini, mengaku sudah cukup lama punya kebiasaan membaca al-Qur’an di sela-sela tugas dan kesehariannya.

Termasuk, kata dia, rutin mengaji dalam setiap perjalanan di KRL pergi maupun pulang dari Mako Pasmar-2, Jl Kwini II, Jakarta Pusat, tempatnya berdinas.

Rupanya, kebiasaan terpuji itu bagi Serka Suharyanto merupakan persiapan menyambut masa depannya di akhirat kelak.

“Bekal akhirat itu salah satunya adalah membaca al-Qur’an,” ujarnya saat ditemui hidayatullah.com setibanya di Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Wah, prajurit keren begini patut diacungi jempol dan diteladani….!*

 

 

Foto: Serka Suharyanto, anggota TNI AL Korps Marinir sedang asyik membaca al-Qur’an di KRL rute Jakarta – Bogor, Kamis (20/04/2017).

HIDAYATULLAH