Meluruskan Sunah Rasul Malam Jumat

Beberapa tahun belakangan setiap hari Kamis tiba sebagian masyarakat bercanda satu sama lain dengan ucapan, “Sudah hari Kamis lagi, sunah rasul,” “Jangan ganggu, malam ini sunah rasul,” “Malam Jumatan, sunah rasul,” atau sedikit rasial “Ayo membunuh Yahudi,” dan banyak istilah lain dengan makna serupa.

Semua istilah itu kerap diartikan sebagai aktivitas hubungan suami-istri. Canda atau guyon semacam ini menjadi sangat lazim didengar seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang mempercepat peredaran pesan.

Canda atau guyon sebenarnya tidak masalah dalam agama. Hanya saja kalau mau tahu kedudukan hukum agama sebenarnya, kita perlu mendapat penjelasan ahli hukum Islam terkait hubungan sunah rasul, malam Jumat, dan hubungan intim suami-istri.

وليس في السنة استحباب الجماع في ليال معينة كالاثنين أو الجمعة، ومن العلماء من استحب الجماع يوم الجمعة.

Artinya, “Di dalam sunah tidak ada anjuran berhubungan seksual suami-istri di malam-malam tertentu, antara lain malam Senin atau malam Jumat. Tetapi ada segelintir ulama menyatakan anjuran hubungan seksual di malam Jumat,” (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, cetakan kedua, 1985 M/1305, Beirut, Darul Fikr, juz 3 halaman 556).

Keterangan Syekh Wahbah Az-Zuhayli ini dengan terang menyebutkan bahwa sunah Rasulullah tidak menganjurkan hubungan suami-istri secara khusus di malam Jumat. Kalau pun ada anjuran, itu datang dari segelintir ulama. Meski demikian, Syekh Wahbah sendiri tidak menyangkal bahwa hubungan intim suami-istri mengandung pahala. Hanya saja tidak ada kesunahan melakukannya secara prioritas di malam Jumat. Artinya, hubungan intim itu boleh dilakukan di hari apa saja tanpa mengistimewakan hari atau waktu-waktu tertentu.

Penjelasan kedudukan hukum ini menjadi penting agar tidak ada reduksi pada sunah rasul yang begitu luas itu. Karena banyak anjuran lain yang baiknya dikerjakan di malam Jumat seperti memperbanyak shalawat nabi, membaca surat Yasin, Al-Jumuah, Al-Kahfi, Al-Waqiah, istighfar, dan mendoakan orang-orang beriman yang telah wafat. Sementara guyonan dengan istilah semacam ini tidak masalah. Kalaupun sekadar guyon, baiknya istilah-istilah ini cukup terbatas di kalangan orang dewasa saja.

Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)

 

NU ONLINE

Tata Cara Shalat Idul Adha

Syarat dan rukun shalat Idul Adha (termasuk pula Idul Fitri) mirip dengan shalat lain, demikian pula dengan hal-hal yang membatalkan dan pekerjaan-pekerjaan atau ucapan-ucapan yang disunnahkan. Hukum shalat id sunnah muakkadah alias sangat dianjurkan, meskipun bukan wajib. Bagi laki-laki maupun perempuan.

Namun demikian, tak seperti shalat lima waktu, ada beberapa perbedaan teknis dalam shalat id. Shalat id tak didahului dengan adzan maupun iqamah. Niat dan anjuran takbir juga berbeda. Waktunya setelah matahari terbit hingga masuk waktu dhuhur. Untuk shalat idul adha, dianjurkan mengawalkan waktu demi memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat yang hendak berkurban selepas rangkaian shalat id.

Shalat id dilaksanakan dua rakaat secara berjamaah dan terdapat khutbah setelahnya. Namun, bila terlambat datang atau mengalami halangan lain, boleh dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) di rumah ketimbang tidak sama sekali.

Berikut tata cara shalat id secara tertib sebagai mana disarikan dari kitab Fashalatan karya Syekh KHR Asnawi, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama asal Kudus.

Pertama, shalat id didahului niat yang jika dilafalkan akan berbunyi “ushallî rak‘ataini sunnata li ‘îdil adlhâ” kalau dilaksanakan sendirian. Ditambah “imâman” kalau menjadi imam, dan “makmûman” kalau menjadi makmum.

أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ سُنَّةَ لعِيْدِ اْلأَضْحَى (مَأْمُوْمًا\إِمَامًا) لِلّهِ تَعَــــــــالَى

Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”

Kedua, takbiratul ihram sebagaimana shalat biasa. Setelah membaca doa iftitah, takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama. Di antara takbir-takbir itu dianjurkan membaca:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”

Atau boleh juga membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”

Ketiga, membaca Surat al-Fatihah. Setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca Surat al-Ghâsyiyah. Berlanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.

Keempat, dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan “allâhu akbar” seperti sebelumnya. Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua. Berlanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.

Kelima, setelah salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah idul adha terlebih dahulu hingga rampung. Kecuali bila shalat id ditunaikan tidak secara berjamaah.

Pada momen idul adha, umat Islam dianjurkan memperbanyak takbir. Takbiran dilaksanakan sejak bakda shubuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga selesainya hari tasyriq, yakni 11, 12, 13 Dzulhijjah. Takbiran hari raya Idul Adha dilakukan tiap selesai shalat fadlu. (Mahbib)

 

NU ONLINE

Info Haji 2017: Cuaca Sangat Panas, Ini Tip Menjaga Kesehatan Selama Ibadah Haji

Tahun ini tercatat sekitar 2,1 juta orang dari seluruh dunia yang menunaikan ibadah haji di tanah suci, Mekkah. Menjaga kesehatan agar tubuh tetap fit saat menjalankan serangkaian ibadah haji sangat penting bagi para jamaah, karena suhu udara di Mekkah cukup panas, yakni mencapai 48-50 derajat celcius.

Lalu, bagaimana caranya memjaga kesehatan saat menjalankan ibadah haji? Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Pondok Indah, Franciscus Ari, mengatakan menjaga agar tubuh tetap sehat selama menjalankan ibafah haji yakni dimulai dari persiapan sebelum berangkat dan saat di tanah suci.

Persiapan sebelum berangkat untuk menjaga kesehatan, yang pertama, menjaga kesehatan dengan makan makanan bergizi dan berolahraga teratur. “Kedua, jangan lupa untuk vaksinasi seperti meningitis dan influenza, dan pada kasus tertentu bila perlu vaksin pneumonia,” kata Franciscus kepada Tempo, Selasa, 22 Agustus 2017.

Ketiga, bila memiliki penyakit kronik seperti Diabetes, Hipertensi, Asma, Penyakit Jantung, Penyakit Ginjal, dan lainnya, harus berkonsultasi dulu dengan dokter. “Juga mempersiapkan obat-obatan yang diperlukan,” ujarnya.

Adapun, tip menjaga kesehatan saat di tanah suci, pertama, banyak minum air putih untuk menghindari dehidrasi. “Kedua makan teratur serta mengkonsumsi makanan yang bersih,” ujar Franciscus.

Ketiga, menjaga kebersihan diri. “Salah satunya dengan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan,” kata dia. Keempat, memanfaatkan waktu-waktu istirahat sebaik mungkin. “Jangan terlalu banyak jalan-jalan atau belanja, karena intinya adalah ibadah hajinya”.

Kelima, bila memiliki penyakit tertentu atau mengkonsumsi obat-obatan rutin, laporkan kepada tim dokter pendamping jamaah haji. “Jangan lupa mengkonsumsi obat-obatan rutin secara teratur sesuai dosis yang dianjurkan dokter,” ujarnya. Kelima, bila mengalami keluhan kesehatan apapun sebaiknya segera menghubungi tim kesehatan jamaah haji.

Dokter Spesialis Ortopedi Rumah Sakit Pondok Indah, Iman Widya Aninata, juga memberikan tip menjaga kesehatan kaki selama menunaikan ibadah haji yakni minum air yang banyak dan jika habis banyak jalan kaki sebaiknya kompres kaki dengan es. “Atau saat tidur bisa juga kaki diangkat atau diganjal bantal,” kata Iman.

 

AFRILIA SURYANIS/TEMPO

Beberapa Amalan Sunah Saat Hari Raya Idul Adha

UMAT Islam besok merayakan Idul Adha. Tetapi banyak di antara umat Nabi Muhammad SAW yang belum mengamalkan sunah-sunah saat Idul Adha tiba.

Salah satu yang perlu dipersiapkan dalam rangka pelaksanaan salat Idul Adha adalah sunah-sunah yang biasa dilakukan Rasulullah SAW.

Berikut adalah sunah-sunah yang dianjurkan saat menjelang Idul Adha. Antara lain;

1. Puasa tanggal 8 dan 9 dzul hijjah atau yang sering sebut hari tarwiyah dan arafah

2. Melafalkan takbir, tahlil dan tahmid:

Allahu Akbar 3x La Illaha Ilallahu Allahu akbar, Allahu Akbar Walillahilham (baik secara pribadi atau berjemaah mulai waktu subuhnya hari arafah sampai akhirnya hari tasyriq).

Bertakbir tidak saja dilakukan oleh para muazin di masjid-masjid, namun disunahkan pula oleh pribadi masing-masing. Mengumandangkan takbir sejak keluar dari rumah menuju tempat salat dan berhenti sampai salat didirikan.

Diceritakan bahwa Ibnu Umar menjalankan salat Id di luar mesjid dan beliau bertakbir sehingga sampai di tempat mendirikan salat dan beliau tetap bertakbir sehingga imam datang. (HR. Daruqutni).

Ibnu Masud mengatakan bahwa Nabi saw mengucapkan:
Allahu Akbar 3x La Illaha Ilallahu Allahu akbar, Allahu Akbar Walillahilham…
Beliau mengucapkan takbir ini di mesjid, di rumah dan di jalan-jalan. (HR. Mushanaf Abi Syaibah)

2. Mandi sebelum salat Idul Adha dan berhias

Mandi dalam fikih berarti membasahi semua tubuh dari ujung rambut hingga kaki, layakya mandi jinabat kemudian memakai wewangian.

Diceritakan dari Ibnu Umar bahwa beliau mandi sebelum pergi menghadiri salat Id (Muwatha Malik).

Dari Ali pernah ditanya perihal mandi, maka dia menjawab,

“Yaitu pada hari Jumat, hari Arafah, hari raya Fitri dan hari raya Idul Adha.” (HR. Baihaqi).

Dianjurkan pula untuk menyempurnakan kebersihan ini dengan merapikan bulu di ketiaknya, memotong kuku dan yang lainnya, sebab dia berfungsi sebagai penyempurna kebersihan dan keindahan.

3. Memakai pakaian yang terbaik

Selanjutnya memakai pakaian yang bagus dan ini sangat dianjurkan mengingat para sahabat melakukannya.

Diceritakan dari Ibnu Umar ra bahwa dia memakai pakaiannya yang paling indah pada dua hari raya (Al-Baihaqi).

Ibnul Qoyyim berkata: “Dan Nabi saw memakai pakaian yang paling indah pada dua hari raya, maka beliau memiliki pakaian khusus yang dipakainya pada dua hari raya dan hari Jumat.” (Zadul Maad).

4. Tidak makan sebelum salat Idul Adha

Dianjurkan makan setelah salat Idul Adha dengan dasar sabda Nabi Saw,

“Bahwa Nabi Saw tidak berangkat salat di hari raya Idul Fitri kecuali makan dahulu, dan beliau tidak makan pada hari hari raya Idul Adha melainkan setelah selesai salat Id.” (HR. Tirmizi, Ibn Majah dan Ahmad)

5. Berbeda jalan pergi pulang

Disunahkan pergi dan pulang dengan menggunakan jalan berbeda.
Dari Jabir ra berkata:

“Bahwa Rasulullah Saw pada hari Id (pergi dan pulang) pada jalan yang berbeda.” (HR. Bukhari)

Lakukan perbuatan ini semampunya meskipun hanya berbeda jalan kiri kanan agar mendapat pahala sunah.

6. Salat dua rakaat ketika sampai di rumah

Dari Abi Said Al-Khudri ra berkata:
“Bahwa Nabi Saw tidak mendirikan salat apapun sebelum Id dan apabila telah kembali ke rumah maka beliau saw mendirikan salat dua rakaat.” (HR. Ibnu Majah).

Salat di rumah ini dimungkinkan salat duha sedangkan makna hadis di atas bahwa Nabi tidak salat sebelum Id, karena salat Id ketika itu diselenggarakan di lapangan sehingga tidak ada salat tahiyatul masjid. Sedangkan jika diadakan di masjid, maka disunahkan salat tahiyatul masjid.

7. Hadir salat Id Adha

Tuntunan salat Id ini sangat dianjurkan bagi pria dan wanita, bahkan sebagian ulama mengatakan wajib dengan dalil Hadis Ummu Athiyah bahwa,

“Nabi saw memerintahkan para wanita yang masih gadis untuk mengerjakannya, begitu juga para wanita yang baru baligh dan mereka yang sedang haid, namun beliau memerintahkan agar wanita yang haid menjauhi tempat pelaksanaan salat dan mereka menyaksikan kebaikan dan berdoa bersama bagi kaum muslimin.” (HR. Bukhari)

8. Menyembelih hewan kurban dst.

Demikian sebagian amalan sunah saat Idul Adha.

 

 

INILAH MOZAIK

Info Haji 2017: Dua Juta Jamaah Haji Mulai Wukuf di Arafah meski Panas Menyengat

Sekitar dua jamaah hari ini, 9 Dzulhijjah atau 31 Agustus 2017 mulai memadati Padang Arafah untuk menjalankan puncak ibadah haji, yakni ibadah wukuf di Arafah. Demikian keterangan pers yang didapat Tempo.co dari Kementerian Agama, 31 Agustus 2017. Meski dalam kondisi yang panasnya mencapai suhu 50 derajat, jamaah haji tetap bersemangat

Ibadah wukuf di Arafah adalah berdiam diri di Padang Arafah dari selepas shalat Dzuhur hingga waktu Magrib. Di sana jamaah dari seluruh penjuru dunia akan berdiam di tenda-tenda darurat untuk memperbanyak dzikir dan doa. Tidak ada ibadah khusus atau ritual khusus.

Inilah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Para jamaah hanya mengenakan pakaian ihram (bagi laki-laki hanya dua lembar kain tanpa jahitan). Tujuannya mengingatkan manusia kelak mereka akan dikumpulkan di Padang Mahsyar seperti halnya wukuf di Arafah ini.

Beberapa ulama Indonesia seperti pengasuh pesantren Daarul Qur’an Yusuf Mansur menggelar khutbah Arafah sehabis Dzuhur. Hal serupa juga dilakukan oleh KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym. Dia akan mengadakan khutbah Arafah yang disiarkan live di akun Facebook Daarut Tauhid.

Ada banyak pendapat tentang berapa lama waktu wukuf Arafah. Pakar ilmu Alquran, Prof Quraish Shihab dalam bukunya Haji dan Umrah mengatakan, wukuf adalah keberadaan di Arafah. Waktunya mulai matahari tergelincir atau waktu Zhuhur, sampai terbenam.

Namun, ada beberapa pendapat lainnya. Imam Hambali berpendapat waktunya mulai dari terbit fajar atau subuh pada 9 Dzulhijah. Sedangkan Imam Syafi’i berpendapat, wukuf dinilai sah apabila jamaah haji sudah mencapai Arafah, walau pun hanya sesaat.

Wukuf di Arafah merupakan salah satu rukun haji. Bila ini tak dikerjakan maka haji seseorang tidak sah. Bagi jamaah haji Indonesia, meski kewajiban berada di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, faktanya para jamaah sudah berada di sana sejak 8 Dzulhijjah karena ramainya antrian keluar masuk rombongan bus.

AL ARABIYA | BS/TEMPO

 

Wahai Para Orang Tua, Lindungilah Anak-Anakmu

Salah satu tugas orang tua adalah melindungi anak-anaknya dari semua yang membahayakannya, baik dalam masalah duniawi maupun urusan agama.

Wahai para orang tua, lindungilah anak-anak Anda, jangan tinggalkan ia menjadi mangsa empuk bagi iblis dan teman-temannya dari kalangan jin maupun manusia. Lindungilah anak Anda walaupun dia berbuat zalim sebelum dia dizalimi.

Sebab, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

أُنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا

“Tolonglah saudaramu baik ia orang yang menzalimi maupun dizalimi.” (HR. Al-Bukhari, Ahmad dan At-Tirmidzi).

Di sinilah tampak peran Anda sebagai orag tua dalam melindungi anak-anak disela-sela sikap Anda terhadapnya ketika ia dizalimi oleh seseorang, dia terancam oleh sesuatu yang berbahaya, atau dia mendapatkan suatu masalah yang membuat dia takut.

Perlindungan yang Anda berikan kepada anak-anak ketika ada seseorang yang mengganggunya membuat Anda semakin cinta kepada mereka.

Adakah di dunia ini musuh yang paling besar daripada iblis yang terlaknat? Sungguh, iblis selalu berusaha menyesatkan dan menjauhkan pemuda dari agamanya.

Oleh karena itu, lindungilah akal, hati dan anggota tubuh anak Anda dari semua bahaya. Hendaklah Anda selalu berjaga-jaga untuk melindungi anak Anda siang dan malam kemudian ajarkanlah kepadanya cara melindungi diri dari bahaya sehingga dia dapat menjadi kuat dan mampu menjaga dirinya ketika Anda tidak ada.

Demikian pula, lindungilah anak Anda ketika dia dizalimi oleh seseorang atau diambil haknya. Berdirilah Anda bersamanya untuk mengambil hak yang dirampas darinya.

Setelah itu, ajarkan kepadanya bagaimana cara mengembalikan hak yang telah dirampas dengan alasan dan dalil yang jelas serta pembicaraan yang baik.

Di samping itu, jika tidak mampu maka hendaklah Anda berlindung kepada orang yang bertanggung jawab dalam hal hukum. Sebelum ini dan itu, ajarkanlah anak Anak untuk berlindung kepada Tuhannya manusia, yaitu Allah Ta’ala.

Ini harus kita pahami bahwa melindungi dia adalah tidak membuatnya merasa terganggu karena keberadaan Anda atau istri anda.

Hiburlah anak Anda ketika ibunya marah dan berbuat salah kepadanya atau jika dia salah dan ibunya terlalu keras. Janganlah ditambah keras dan marah tetapi berilah kesempatan baginya dan bagi ibunya.

Jadikanlah sisi yang paling penting dalam kehidupan anak Anda yaitu menolongnya dan melindunginya.

Jika ia sedang melakukan kezaliman maka peganglah tangannya dan tunjukilah ia ke jalan yang baik dengan cara berikut seperti yang disebutkan Dr. Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini dalam Kaifa Takûnâ Abawain Mahbubain:

1. Bertaubat dan beristighfar.

2. Mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya.

3. Meminta maaf.

4. Melakukan shalat berjamaah.

5. Berteman dengan orang-orang shalih.

Semoga bermanfaat bagi semua orang tua. Aamiin.

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Mengenal Joki Hajar Aswad

ISTILAH joki tak cuma di ujian masuk perguruan tinggi negeri saja. Di Masjidil Haram, pengurus dan jamaah haji dan umrah asal Indonesia juga mengenal istilah “Joki Hajar Aswad”.

Hajar Aswad, seperti dilansir lembaga proyek Pengagungan Proyek Suci Haramain 2010, adalah batu dari surga yang dibawa oleh malaikat Jibril. Lokasinya di sudut timur Kakbah, diantara pondasi (zadsarwan) dan dinding kakbah. Tingginya 1,10 m dari lantai thawaf.

Dibungkus lempengan oval perak, Hajaratul Aswad menjadi batas titik dinding multazam dengan pintu emas kakbah.

Multazam dari kata iltizam, yang berarti “pasti”. Diriwayatkan dan diyakini jadi tempat doa para nabi usai mencium 8 kepingan kecil batu putih sorga, yang disatukan dalam batu hitam.

Joki hajar aswad adalah profesi sampingan sejumlah pekerja, tenaga kerja Indonesia. Kebanyakan dari mereka tenaga musiman (temus) di Mekah yang berusia 20 hingga 31 tahun.

Berkonotasi negatif, sebab memperdagangkan ritual haji/umrah yang suci untuk mendapat keuntungan material.

“Salah kalau dianggap mereka mahasiswa Indonesia, mereka temus, kebanyakan dari Sunda, Madura, dan di musim haji banyak dari Makassar,” kata M Sabri, salah seorang mutawwif haji/umrah asal Gowa, Sulsel yang kerap bersentuhan dengan joki ini.

Tugas mereka, gampang-gampang susah. Memastikan, jamaah yang menggunakan jasanya bisa mencium batu hitam di sudut kubus Kabah.

“Sedekahnya tergantung jamaah,” kata Asep, buruh bangunan di Grand Zam-zam, yang mulai habis Maghrib, beralih profesi jadi joki hajar aswad.

Saat menyebut angka 50 real, atau setara Rp 150 ribu, dia tersenyum. “Yang dibawa perempuan usia berapa, berapa orang,” dia tanya balik, saat tribun menanyakan bayaran jasanya.

Tribun bertemu dengan Asep, pria usia 29 tahun ini, tanpa sengaja di selasar jalan akses dari super market Bin Dawood, di Hilton Tower dengan pintu utara Pelataran Masjidil Haram.

Jasa mereka banyak dipakai oleh pengurus haji atau mutawwif. Bayaran rata-rata yang beredar antara 100 Real bahkan ada yang berani bayar 400 hingga 500 real.

Bayaran juga kadang tergantung pondok/hotel tempat menginap. Jika hotel mewah, bayarannya tinggi. Kalau hotel pinggiran bisa 75 hingga 100 SR per orang.

Mereka kebanyakan meladeni perempuan. Usia jamaah juga menentukan tarif. Kian berumur seorang klien jamaahnya, bayarannya bisa dua kali lipat.

“Umurnya berapa Pak,” kata Asep saat tawar menawar dengan Tribun.
Asep, seperti joki-joki lain, memiliki potongan tubuh seragam. Tingginya sekitar 165 cm dengan berat taksiran 55 hingga 60 kg.

“Kalau badan besar, susah tembus, kecil gampang nyelinap di antara orang Turki, Yaman, Afrika, Pakistan, dan Mesir,” kata Sabri.

Transaksi dilakukan di luar area masjidil haram. Jika sudah ada kesepakatan waktu, harga, dan tempat “kencan” di dekat kakbah, panjar dibayar setengah.
Sisanya, usai jamaah mencium. Jika sudah ada kesepakatan, ada pertukaran nomor telepon genggam.(thamzilthahir)

Kisah Wafatnya Wanita Penyapu Masjid Madinah

DI zaman Rasulullah saw ada seorang wanita berkulit hitam bernama Mahjanah, biasa dipanggil Ummu Mahjan. Ummu Mahjan senantiasa membersihkan Masjid Madinah dan memunguti daun kering.

Suatu malam Ummu Mahjan meninggal dunia. Rasulullah baru mengetahui ihwal apa yang biasa diperbuat oleh Ummu Mahjan sehari sebelum ia meninggal.

“Kenapa kalian tidak memberitahuku?” tanya Nabi kepada para sahabatnya.

Kemudian Nabi bersama para sahabat berdiri di sisi kuburnya dan diikuti oleh masyarakat untuk mensalati dan mendoakan wanita mulia itu. Rasulullah bersabda, “Saya melihat ia di surga sedang sibuk membersihkan masjid dari dedaunan kering.”

Suatu hari tatkala ayahanda Fatimah itu melewati kuburan Ummu Mahjan, beliau bertanya ke para sahabat, “Kuburan siapakah ini?”

“Kuburan Ummu Mahjan,” jawab para sahabat.

“Bukankan dia ini yang senantiasa menyapu masjid?”

“Benar, Ya Rasulullah.”

Kemudian Rasulullah melakukan salat untuknya, dan para sahabat pun mengikuti. “Wanita itu mendapat pahala besar di sisi Allah Swt,” kata Rasul.

 

INILAH MOZAIK

Enam Wasiat Rasulullah kepada Sayyidina Ali

SUATU hari, Rasulullah saw pernah bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi tholib,”Wahai Ali, maukah engkau kuberi 600 ribu dinar, 600 ribu kambing atau 600 ribu kalimat?”

“Aku memilih 600 ribu kalimat wahai Rasulullah..” jawab Sayyidina Ali.Kemudian Rasulullah saw melanjutkan,”Aku akan ringkas 600 ribu kalimat itu dalam 6 kalimat,

  1. Wahai Ali, jika kau melihat manusia sibuk melaksanakan yang sunnah, maka sibukkan dirimu melaksanakan yang wajib (terlebih dahulu).
  2. Jika kau melihat mereka sibuk melaksanakan amalan dunia, maka sibukkan dirimu melakukan amalan akhirat.
  3. Jika kau melihat mereka sibuk mencari aib orang lain, maka sibukkan dirimu mencari aibmu sendiri.
  4. Jika kau melihat mereka sibuk menghias dunia, maka sibukkan dirimu untuk menghias akhirat.
  5. Jika kau melihat mereka sibuk untuk memperbanyak amal, maka sibukkan dirimu untuk melaksanakan inti dari amal-amal tersebut (perhatikan kualitas, bukan kuantitasnya).
  6. Jika kau melihat mereka sibuk bersandar diri kepada makhluk, maka sibukkan dirimu untuk menyandarkan dirimu kepada Al-Kholiq (pencipta).

Sungguh hadiah yang begitu agung yang diberikan Rasulullah kepada Sayyidina Ali bin Abi tholib. Dan, tentunya wasiat ini bukanlah hal yang remeh. Semoga kita bisa mengamalkan 6 wasiat ini, karena dengan wasiatitu kita akan dapat selamat dari dahsyatnya api neraka, Insya Allah.

 

INILAH MOZAIK