Doa Membersihkan Seluruh Dosa

Berikut ini adalah doa membersihkan seluruh dosa. Setiap manusia tak pernah luput dengan dosa dan kesalahan. Pasalnya, manusia adalah makhluk pendosa. Akan tetapi kita tak boleh berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah. Pun kita sebagai manusia tidak dibolehkan meremehkan seorang pendosa. Dan menganggap berhak menghina dan menuding si pendosa.

Hal ini sebagaimana tertera dalam kitab al-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal memuat sebuah riwayat tentang nasihat agar tidak meremehkan pendosa. Nasihat dalam riwayat ini bersumber dari Nabi Isa A.S yang berwasiat pada pengikutnya.

 حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أبِي، حَدَّثَنَا هَاشِمٌ، أَخْبَرَنَا صَالِحٌ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيِّ، عَنْ أَبِي الْجَلْدِ أَنَّ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَوْصَى الْحَوَارِيِّينَ: لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَتَقْسُوَ قُلُوبُكُمْ، وَإِنَّ الْقَاسِيَ قَلْبُهُ بَعِيدٌ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى ذُنُوبِ النَّاسِ كَأَنَّكُمْ أَرْبَابٌ وَلَكِنَّكُمُ انْظُرُوا فِي ذُنُوبِكُمْ كَأَنَّكُمْ عَبِيدٌ، وَالنَّاسُ رَجُلَانِ: مُعَافًىوَمُبْتَلًى،فَارْحَمُواأَهْلَالْبَلَاءِفِيبَلِيَّتِهِمْ،وَاحْمَدُوااللَّهَعَلَىالْعَافِيَةِ

Abdullah bercerita, ayahku bercerita, Hasyim bercerita, Shaleh mengabarkan padaku, dari Abu ‘Imran al-Jauniy, dari Abu al-Jald, bahwa sesungguhnya Isa bin Maryam ‘alaihissalam berwasiat kepada hawari-hawarinya (sahabat/murid):

“Janganlah kalian banyak bicara tanpa mengingat Allah ‘Azza wa Jalla, karena hati kalian akan membatu. Sesungguhnya orang yang membatu hatinya jauh dari Allah ‘Azza wa Jalla, tetapi dia tidak mengetahuinya. Janganlah kalian memandang dosa-dosa manusia seakan-akan kalian adalah tuhan. Sebaliknya, kalian harus memandang dosa-dosa kalian seakan-akan kalian adalah budak.

Manusia itu ada dua macam. Pertama adalah orang yang diberi kesehatan. Sedangkan yang kedua adalah orang yang diuji (dengan musibah). Maka, berkasih-sayanglah pada orang-orang yang diuji karena musibah (yang menimpa) mereka, dan pujilah Allah atas (anugerah) sehat (yang diberikan-Nya).”

Doa Membersihkan seluruh Dosa

Di samping itu, seorang pendosa seyoginya bertaubat dan memohon ampunan Allah. Sebab, Rahmat dan Kasih sayang Allah senantiasa terbuka untuk semua makhluknya. Dan lebih luas dari lautan dan alam semesta. Berikut doa membersihkan seluruh dosa

اللَّهمَّ إنِّي ظلَمتُ نَفسي ظلمًا كثيرًا ولا يغفرُ الذُّنوبَ إلَّا أنتَ فاغفِر لي مغفرةً من عندِكَ وارحَمني إنَّكَ أنتَ الغفورُ الرَّحيمُ اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْئَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Allāhumma innī alamtu nafsīẓulman katsīran wa lā yagfiruzūba illa anta pagfir lī maqfiratan min ‘indika war hamnī innaka anta al ghafū ar rahīm.  Allāhumma innī asalukal afwa wal āfiyah fid dīni wad duniyā wal ākhirah. Walhamdulillāhi rabbil ālamīn.

Artinya; Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak berbuat zalim, tidak ada yang bisa mengampuni dosaku ini selain Engkau, ya Allah, berikanlah keampunan dari sisi-Mu ya Rabb, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Ya Allah, sungguh, aku memohon kepada-Mu maaf dan kekuatan pada agama, dunia, dan akhirat. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam,”

Demikian doa membersihkan seluruh dosa. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Shalatlah dan Raih Manfaatnya

Dalam Islam, shalat menempati posisi vital. Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang menjadi pembatas apakah seseorang itu mukmin atau kafir. (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Ma jah). Shalat juga menjadi pe nentu diterima dan tidaknya amalan seseorang. (HR Abu Daud).

Selain itu, shalat dapat memberikan manfaat secara otomatis bagi yang istikamah menjalankannya. Oleh karena itu, jangan pernah meninggalkan atau menunda-nunda shalat. Shalatlah sebelum dishalatkan. Shalatlah, maka kita akan merasakan manfaatnya. Di antaranya adalah, pertama, shalat menjadi pembuka pintu surga. Sungguh beruntung orang yang istikamah menjalankan shalat, berarti ia telah memiliki salah satu dari kunci surga. Rasulullah SAW bersabda, ”Kunci surga adalah shalat, dan kunci shalat adalah wudhu.” (HR Tirmidzi).

Kedua, menjadi penerang hati. Shalat menjadi sarana menajamkan nurani dan menerangi hati melalui lentera kebesaran dan keagungannya. Rasulullah SAW bersabda, ”Dan shalat itu adalah cahaya (penerang) bagi seorang mukmin.” (HR Ibnu Majah).

Ketiga, sebagai sumber ketenangan hidup. Setiap orang pasti mendambakan ketenangan dalam hidupnya. Dan salah satu cara untuk meraih ketenangan itu adalah dengan menja lan kan shalat secara khusyuk. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (QS al- Mukminun [23]: 1-2).

Keempat, sebagai sarana penghapus dosa. Setiap manusia tidak luput dari salah dan dosa. Dengan menjalankan shalat lima waktu secara istikamah maka dosa-dosa pun dihapuskan. Rasulullah SAW bersabda, ”Begitulah seperti halnya shalat lima waktu yang menghapuskan dosa-dosa.” (HR Muslim).

Kelima, sebagai pencegah perbuatan mungkar. Menjalankan shalat dengan benar, sesuai yang dicon toh kan Rasulullah SAW, dapat mencegah berbagai bentuk kemungkaran. Hal itu menunjukkan bahwa Shalat dapat mempercantik perilaku dan memperindah diri de ngan akhlak mulia. Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mung kar.” (QS al- An kabut [29]: 45). Rasulullah SAW bersab da, ”Barangsiapa yang men dirikan shalat tetapi dirinya tidak terhindar dari perbuat an keji dan munkar, hakikatnya ia tidak melaksanakan shalat.” (HR Thabrani).

Bersegaralah memenuhi panggilan shalat tatkala men dengar panggilan tersebut. Jangan pernah me nundanya meskipun da lam ke adaan sibuk. Karena kewajiban shalat tidak akan pernah lepas dari seorang Muslim. Shalat tidak dapat gugur hanya karena sakit maupun bepergian. Di mana pun seorang Muslim berada, ia tetap berkewajiban mendirikan shalat.

Rasulullah SAW bersabda, “Dan bumi ini dijadikan untukku baik dan suci sebagai tempat bersujud. Jika waktu shalat datang pada setiap umatku, hendaknya ia mendirikannya di mana pun ia berada.” (HR Bukhari dan Muslim). Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa isti kamah menjalankan shalat dengan penuh khusyuk. Amin

Oleh: Imam Nur Suharno

IHRAM

Fenomena Zombie Starup Digital Unicorn-Decacorn

Zombie unicorn merujuk pada julukan perusahaan rintisan atau starup yang memiliki valuasi tinggi tetapi goyah karena belum profit dan kehabisan dana atau modal

Oleh: Agus Maksum

BEBERAPA perusahaan starup digital berkategori Unicorn di Silicon Valley, Amerika Serikat disebut sebagai “Zombie Unicorn” yang berakibat PHK karyawan, penurunan kapitalisasi pasar dan harga saham.

Demikian pula di Indonesia starup digital yang tidak asing kita dengar bahkan kebanggaan para penggerak trend disruption seperti GoTo, Shopee Ruangguru, Grabkitchen. LinkAja,JD.ID,Xendit dan puluhan lagi mengalami hal yang sama yakni fenomena “Zombie starup digital Unicorn”.

Istilah “zombie unicorn” sedang tren di dunia starup digital. Di Silicon Valley yang menjadi pusat start up Amerika Serikat (AS) banyak perusahaan teknologi yang sedang mengalami fase ini, menyusul di Indonesia Lantas, apa itu zombie unicorn?

Seperti dilansir NBC News, zombie unicorn merujuk zombie unicorn merujuk .

  Sebenarnya sudah bisa diprediksi sejak awal kondisi yang terjadi seperti saat ini. zombie unicorn merujuk pada julukan perusahaan rintisan atau sturtup yang memiliki valuasi tinggi tetapi goyah karena belum profil dan kehabisan dana alias modal.

Ibaratnya itu hanya tinggal menunggu waktu. Tampaknya sekarang sudah sampai waktunya.

Penjelasannya sederhana saja. Unicorn-decacorn dengan model bisnis membakar uang, pada umumnya tidak bisa menjaga komitmen user.

Ini karena para user didapat dengan cara pragmatis dan dimanja,  bukan dipenuhi kebutuhan pokok dan hariannya. Valuasi model bisnis tersebut ditentukan oleh jumlah user.

Sementara itu jika membakar uangnya telah habis, lazimnya akan muncul aplikasi sejenis yang sedang membakar uang. Itu sebabnya akan berpindahlah para user ke aplikasi sebelah, kecuali dia bisa monopoli dan kartel seperti Google, Microsoft, dan lain-lain dengan seluruh kompetitor dimatikan sampai habis dan tidak bernapas.

Bila ada yang muncul sedikit, maka akan langsung dibeli untuk dimatikan.   Fenomena ini adalah peluang bagi platform digital berbasis komunitas.

Melihat hal itu sebenarnya ini peluang kita untuk bisa membuat aplikasi pengganti sang zombie. Yakni  aplikasi  yang komitmen dan engagement usernya didapat bukan dari membakar uang tapi diperoleh dari membangun  komitmen sosial dalam komunitas.

Komunitas perlu memiliki platform aplikasi digital sendiri. Caranya dengan melakukan gerakan sosial serta kesadaran bersama untuk memanfaatkan dan mengkonsolidasi ekonomi komunitas  yang seharusnya memang bisa diberdayakan.

Di dalam komunitas biasanya ada leader. Lalu kita dorong leader tersebut agar bisa menggerakkan anggotanya untuk menjadi user aplikasi komunitas dan menjaga engagement user pada aplikasi milik komunitas dengan ikatan dan komitmen sosial.

Dengan begitu maka inilah yang harus kita lakukan untuk mengambil kesempatan saat start up digital besar yang mulai terkena badai yang diciptakannya sendiri dengan model bisnisnya. Mereka itu telah kehabisan anggaran  untuk membakar uangnya dan exit melalui strategi IPO (initial public offering) belum tercapai.

Saya yakin bila user dari aplikasi milik komunitas dibangun dari komitmen yang berhasil digerakkan melalui dinamika dalam komunitas untuk mandiri secara ekonomi,  maka user akan lebih  langgeng.

Walau hal ini perlu energi sosial untuk menggerakkan dinamika dalam komunitas (dakwah bidang ekonomi). Akan tetapi insya-Allah hasilnya akan lebih langgeng dan kemandirian ekonomi komunitas serta merambah ekonomi nasional akan tercapai melalui kepemilikan Platform digital komunitas.*

Penulis pegiat StartUp digital berbasis Economic Community Platform. Pemegang hak patent platform digital komunitas

HIDAYATULLAH

Hukum Menjawab Salam di Sosial Media

Apa hukum menjawab salam di sosial media? Kecanggihan teknologi saat ini telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menggampangkan kehidupan.

Jalinan hubungan antar sesama tak harus dengan mendatangi rumahnya masing-masing, namun bisa dilakukan dengan saling mengirim pesan melalui media sosial, baik WhatsApp, Messenger, Instagram, dan lainnya.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah ketika terdapat pesan berupa salam, apakah wajib bagi penerima pesan tersebut untuk membalasnya? Berikut jawabannya.

Mengucapkan salam pada mulanya merupakan salah satu perbuatan sunnah yang sangat dianjurkan ketika seseorang bertemu dengan orang lain, termasuk juga ketika menyampaikan pesan di media sosial.

Hukum Menjawab Salam di Sosial Media

Sedangkan hukum menjawabnya adalah wajib. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh Syekh Zakaria al-Anshari dalam salah satu kitabnya, ia mengatakan:

قال الشيخ زكريا الأنصارى فى أسنى المطالب [ 4/183]: (ويجب الجمع بين اللفظ والإشارة على من رد) السلام (على أصم) ليحصل به الإفهام ويسقط عنه فرض الجواب (ومن سلم عليه) أي الأصم (جمع بينهما) أيضا ليحصل به الإفهام ويستحق الجواب، وقضية التعليل أنه إن علم أنه فهم ذلك بقرينة الحال والنظر إلى فمه لم تجب الإشارة وهو ما بحثه الأذرعي. (وتجزئ إشارة الأخرس ابتداء وردا) ؛ لأن إشارته به قائمة مقام العبارة…(والإشارة به) بيد أو نحوها بلا لفظ (خلاف الأولى) للنهي عنه في خبر الترمذي ولا يجب لها رد. (والجمع بينها وبين اللفظ أفضل) من الاقتصار على اللفظ.

“Wajib menggabungkan lafal (ucapan/tulisan) dengan isyarat bagi orang yang menjawab salam kepada orang tuli, agar ia bisa memahaminya dan menggugurkan kewajiban menjawab salam.

Dan, jika seseorang mengucapkan salam kepada orang tuli, maka juga harus menggabungkan keduanya (lafal/tulisan dengan isyarat) agar ia bisa memahaminya serta memiliki kewajiban untuk menjawab.

Alhasil, jika terdapat tanda-tanda bahwa orang bisa tersebut bisa memahami salamnya, hal ini bisa dilihat dari reaksi dan gerakan lisannya, maka tidak wajib untuk menyampaikan salam menggunakan isyarat. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Imam al-Azra’i.

Dan sudah dianggap cukup isyaratnya orang bisu di saat memulai dan menjawab salam, karena isyaratnya sudah menempati posisi menjawab dengan ucapan. Sedangkan menjawab salam menggunakan tangan atau yang lainnya dianggap menyalahi keutamaan, karena terdapat larangan tentang hal itu dalam riwayat At-Tirmidzi, serta tidak ada kewajiban untuk menjawabnya.

Mengumpulkan antara keduanya dan lafal (ucapan/tulisan) lebih baik dari sekadar tulisan saja. (Zakaria al-Anshari, Asnal Mathalib, 4/183).

Demikian penjelasan terkait pertanyaan apa hukum menjawab salam di sosial media? Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Hukum Menunda Shalat Karena Menonton Bola

Akibat dari khawatir melewati pertandingan sepak bola, terkadang membuat sebagian orang tidak bisa melaksanakan shalat di awal waktu. Bahkan, ada juga yang sampai melaksanakan sholat di akhir waktu lantaran jadwal pertandingan yang tidak menentu. Lantas, bagaimanakah hukum menunda shalat karena menonton bola?

Dalam literatur kitab fikih, dapat dijumpai beberapa keterangan mengenai keutamaan shalat di awal waktu. Namun, kewajiban melaksanakan shalat pada dasarnya berlaku sampai habis waktu sholat. Seseorang diperbolehkan mengakhirkan sholatnya dari awal waktu kepada waktu yang memuat melaksanakan sholat.

Bahkan, seandainya seseorang hanya mendapati satu rakaat dalam waktunya, maka semua sholatnya sudah dihukumi shalat ada’. Tetapi, dia dihukumi berdosa lantaran mengerjakan sebagian sholat di luar waktu.

Sebagaimana dalam keterangan kitab Fathul mu’in, halaman 118 berikut,

واعلم أن الصلاة تجب بأول الوقت وجوبا موسعا فله التأخير عن أوله إلى وقت يسعها بشرط أن يعزم على فعلها فيه ولو أدرك في الوقت ركعة لا دونها فالكل أداء وإلا فقضاء ويأثم بإخراج بعضها عن الوقت وإن أدرك ركعة

Artinya: “Ketahuilah bahwa sholat itu wajib dilaksanakan di awal waktu dengan kewajiban yang longgar. Seseorang boleh mengakhirkan sholatnya dari awal waktu kepada waktu yang memuat melaksanakan sholat. Hal ini dengan syarat dia bertekad untuk melaksanakan sholat di akhir waktu. 

Seandainya seseorang melaksanakan shalat satu rakaat dalam waktunya tidak kurang dari itu maka semuanya dihukumi shalat ada’. Jika tidak maka dihukumi shalat qadha. Namun, dia dihukumi berdosa lantaran mengerjakan sebagian sholat di luar waktu sekalipun masih mendapati satu rakaat.”

Namun demikian, kebolehan melaksanakan sholat di akhir waktu harus bersamaan dengan adanya niat untuk melaksanakan sholat di akhir waktu. Apabila dia tidak memiliki tekad untuk melaksanakan sholat di akhir waktu, kemudian dia meninggal sebelum melaksanakan sholat maka dia dihukumi bermaksiat kepada Allah.

Sebagaimana dalam keterangan kitab Nihayatuz Zain, halaman 51 berikut,

لكن إذا أراد تأخير فعلها عن أول الوقت لزم العزم على فعلها في الوقت على الأصح فإن أخرها عن أول وقتها مع العزم على ذلك ومات في أثناء الوقت قبل فعلها لم يكن عاصيا بخلاف ما إذا لم يعزم العزم المذكور فإنه إذا مات في أثناء الوقت قبل فعلها كان عاصيا

Artinya : “Akan tetapi, apabila seseorang ingin mengakhirkan shalat dari awal waktu, maka dia disyaratkan untuk bertekad melaksanakan sholat diakhir waktu menurut qaul ashah.

Apabila dia mengakhirkan shalat dengan tekad tersebut kemudian meninggal disaat masih belum melaksanakan shalat maka dia tidak dihukumi bermaksiat, berbeda dengan seseorang yang tidak  bertekad, maka apabila dia meninggal disaat masih belum melaksanakan shalat maka dia tidak bermaksiat. ”

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa seseorang yang khawatir melewati pertandingan sepak bola diperbolehkan melaksanakan sholat di akhir waktu. Tetapi, dia harus memiliki tekad untuk melaksanakan sholat di akhir waktu, sehingga apabila dia meninggal sebelum melaksanakan sholat maka dia tidak dihukumi bermaksiat kepada Allah.

Demikian penjelasan mengenai hukum menunda shalat karena menonton bola. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Dakwah Islam Nan Sejuk

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, jauh-jauh hari sebelum para pemikir dan kaum intelektual lahir, Islam telah mengurat dan mengakar dalam sejarah kerasulan di atas muka bumi ini. Tidaklah seorang rasul diutus, melainkan membawa misi Islam dan tauhid. Sebuah fakta yang tentu tak bisa dipungkiri dan realita yang tak terbantahkan.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِی كُلِّ أُمَّةࣲ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَۖ

Sungguh, telah Kami utus pada setiap umat, seorang rasul yang menyerukan, ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’ ” (QS. An-Nahl: 36)

Membaca teks dan makna dari terjemah ayat di atas, mengingatkan kita akan konteks dakwah para rasul. Mereka yang diutus oleh Allah kepada berbagai macam kelompok manusia dengan latar belakang kebudayaan dan cara berpikir yang berlainan. Para rasul itu ternyata berangkat dan bermula dari sebuah pedoman dasar yang sama, yaitu kewajiban memurnikan ibadah untuk Allah semata. Atau apa yang kita kenal dengan istilah ‘tauhid’.

Kemudian, apabila kita cermati dengan pandangan yang lebih tajam dan seksama, menjadikan dakwah tauhid ini sebagai prioritas dalam upaya ishlah al-ummah (perbaikan umat) adalah bagian daripada konsep kesempurnaan dan keindahan Islam. Islam yang memecahkan problema dan Islam yang mewujudkan kesejukan hidup yang sesungguhnya. Inilah prinsip dasar yang telah diabaikan oleh banyak kaum cerdik cendekia.

Sebagaimana dituturkan dalam hadis Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang menceritakan kisah pemberangkatan Mu’adz bin Jabal, radhiyallahu ’anhuma. Di sana, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan kepada Mu’adz (pesan yang semestinya diingat oleh segenap da’i dan penggagas perbaikan umat),

فَادْعُهُمْ إلى أنْ يَشْهَدُوا أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ

Hendaklah (yang pertama kali) kamu serukan kepada mereka yaitu supaya mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar, melainkan Allah (menauhidkan Allah).” (HR. Bukhari)

Sederhana dan jelas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang yang mendapatkan wahyu dari Allah, yang berbicara bukan dengan hawa nafsu, yang membawa misi Islam rahmatan lil ‘alamin, telah memberikan rumus dan formula dakwah yang amat jitu dan cemerlang. Memprioritaskan dakwah tauhid dalam menggerakkan roda perbaikan.

Bukan itu saja, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun memberikan sebuah gambaran yang simpel dan sarat makna tentang tafsiran Islam dalam konteks kehidupan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الإيمانُ بِضْعٌ وسَبْعونَ أو بِضْعٌ وسِتُّونَ شُعبةً: فأفضلُها قولُ لا إِلهَ إلَّا اللهُ، وأدْناها إماطةُ الأذَى عَنِ الطَّريقِ، والحياءُ شُعْبةٌ مِنَ الإيمانِ

Iman itu terdiri dari tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih cabang. Yang tertinggi adalah ucapan laa ilaha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah wajah Islam yang sejuk, teduh, dan menunjukkan kewibawaan. Islam yang menyeru kepada pemurnian ibadah untuk Allah semata dan meninggalkan pemujaan kepada sesembahan selain-Nya. Bahkan, inilah yang menjadi rahasia dan hikmah penciptaan jin dan manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya,

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ

Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)

Aduhai, betapa banyak manusia dan kaum cendekia yang lalai dan lupa akan rahasia dan hikmah yang agung ini! Ribuan, jutaan, bahkan trilyunan nikmat Allah yang mereka ‘konsumsi’ tak mampu menyadarkan mereka akan hakikat dan tujuan hidup penciptaan alam semesta yang amat luas ini. Laa haula wa laa quwwata illa billaah…

Apakah Islam yang salah atau Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang keliru? Tentu saja tidak! Bahkan, para ulama kita pun telah mewariskan nilai dan manhaj yang mulia ini dalam ratusan bahkan ribuan jilid kitab dan risalah yang mereka terbitkan. Para ulama hadis, misalnya, memberikan perhatian khusus di dalam buku-buku mereka dengan adanya sebuah bab khusus tentang iman, bab khusus tentang tauhid, dan bab khusus tentang akidah. Seperti halnya Imam Bukhari rahimahullah di dalam Shahih-nya dengan Kitab Al-Iman dan Kitab At-Tauhid. Demikian pula Imam Muslim rahimahullah di dalam Shahih-nya dengan Kitab Al-Iman.

Gambaran-gambaran ini ingin menunjukkan kepada kita, bahwa pada hakikatnya dengan menjunjung tinggi dakwah tauhid justru akan menciptakan kedamaian, ketentraman, dan kesejahteraan hidup umat manusia. Tidak sebagaimana yang disangka oleh sebagian pihak, bahwa seruan-seruan dakwah tauhid adalah faktor pemecah belah umat, sebab munculnya berbagai teror dan penganiayaan serta maraknya premanisme di dunia Islam. Padahal, sama sekali tidak. Sungguh, itu merupakan pandangan dan cara berpikir yang salah!

Allah Ta’ala menegaskan,

ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَلَمۡ یَلۡبِسُوۤا۟ إِیمَـٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberikan petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)

Islam tidak memperkenankan kezaliman. Islam menyeru dan menyiapkan segala perangkat demi tegaknya keadilan. Islam mengajak kepada iman yang murni. Iman yang bersih dari kotoran syirik dan kebid’ahan. Iman yang memandu kepada jalan yang lurus. Iman yang menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan. Iman yang membebaskan hamba dari penghambaan kepada sesama, menuju tauhidullah. Karena hanya dengan tauhid itulah hidup manusia akan tentram, aman, dan bahagia.

Inilah Islam yang terbuka kepada siapa saja yang ingin memahami dan melaksanakan ajaran-ajarannya. Inilah Islam yang tidak hanya berkutat dengan hubungan manusia dengan Allah, namun juga sangat perhatian kepada masalah-masalah sosial dan kemanusiaan. Karena Islam tidak menghalalkan segala bentuk kezaliman, apakah kezaliman kepada diri sendiri, kezaliman kepada hak orang lain, atau kezaliman terhadap hak Rabb alam semesta.

Dengan mengaplikasikan nilai-nilai dan bimbingan Islam dalam segala sisi kehidupan justru akan membawa kepada kebaikan dan kemajuan. Allah Ta’ala telah berfirman,

فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَایَ فَلَا یَضِلُّ وَلَا یَشۡقَىٰ

Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha: 123)

Dengan menerapkan petuah dan ajaran Al-Qur’an, hal itu akan membawa umat manusia kepada kemuliaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن اللهَ يَرفعُ بهذا الكِتابِ أقْواماً ويَضَعُ به آخَرِينَ

Sesungguhnya Allah akan memuliakan sebagian kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan akan merendahkan sebagian kaum yang lain dengannya pula.” (HR. Muslim)

Dan sebagaimana yang telah ditegaskan oleh para ulama, di antaranya Ibnul Qayyim dan Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rahimahumallahu, bahwasanya pada hakikatnya seluruh Al-Qur’an berisi pembicaraan tentang tauhid. Demikian pula yang ditegaskan oleh ahli tafsir kenamaan masa kini, yaitu Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah.

Syekh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Seluruh isi Al-Qur’an berbicara tentang penetapan tauhid dan menafikan lawannya. Di dalam kebanyakan ayat, Allah menetapkan tauhid uluhiyah dan kewajiban untuk memurnikan ibadah kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Allah pun mengabarkan bahwa segenap rasul hanyalah diutus untuk mengajak kaumnya supaya beribadah kepada Allah saja dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Allah pun menegaskan bahwa tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia, kecuali supaya mereka beribadah kepada-Nya. Allah juga menetapkan bahwasanya seluruh kitab suci dan para rasul, fitrah, dan akal yang sehat, semuanya telah sepakat terhadap pokok ini. Yang ia merupakan pokok paling mendasar di antara segala pokok ajaran agama.” (lihat Al-Majmu’ah Al-Kamilah, 8: 23)

Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rahimahullah mengatakan, “Al-Qur’an berisi pemberitaan tentang Allah, nama-nama-Nya, dan sifat-sifat-Nya. Inilah yang disebut dengan istilah tauhid ilmu dan pemberitaan. Selain itu, Al-Qur’an juga berisi seruan untuk beribadah hanya kepada-Nya yang tiada sekutu bagi-Nya serta ajakan untuk mencampakkan sesembahan selain-Nya. Itulah yang disebut dengan istilah tauhid kehendak dan tuntutan. Al-Qur’an itu juga berisi perintah dan larangan serta kewajiban untuk patuh kepada-Nya. Itulah yang disebut dengan hak-hak tauhid dan penyempurna atasnya.

Selain itu, Al-Qur’an juga berisi berita tentang kemuliaan yang Allah berikan bagi orang yang menauhidkan-Nya, apa yang Allah lakukan kepada mereka ketika masih hidup di dunia, dan kemuliaan yang dianugerahkan untuk mereka di akhirat. Itulah balasan atas tauhid yang dia miliki. Di sisi yang lain, Al-Qur’an juga berisi pemberitaan mengenai keadaan para pelaku kesyirikan, tindakan apa yang dijatuhkan kepada mereka selama di dunia, dan siksaan apa yang mereka alami di akhirat. Maka, itu adalah hukuman yang diberikan kepada orang yang keluar dari hukum tauhid. Ini menunjukkan bahwa seluruh isi Al-Qur’an membicarakan tentang tauhid, hak-haknya, dan balasan atasnya. Selain itu, Al-Qur’an pun membeberkan tentang masalah syirik, keadaan pelakunya, serta balasan atas kejahatan mereka.” (lihat Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah dengan takhrij Al-Albani, hal. 89 cet. Al-Maktab Al-Islami)

Syekh Prof. Dr. Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili hafizhahullah berkata, “Barangsiapa menadaburi Kitabullah serta membaca Kitabullah dengan penuh perenungan, niscaya dia akan mendapati bahwasanya seluruh isi Al-Qur’an, dari Al-Fatihah sampai An-Nas, semuanya berisi dakwah tauhid. Ia bisa jadi berupa seruan untuk bertauhid, atau bisa juga berupa peringatan dari syirik. Terkadang ia berupa penjelasan tentang keadaan orang-orang yang bertauhid dan keadaan orang-orang yang berbuat syirik. Hampir-hampir Al-Qur’an tidak pernah keluar dari pembicaraan ini. Ada kalanya ia membahas tentang suatu ibadah yang Allah syariatkan dan Allah terangkan hukum-hukumnya, maka ini merupakan rincian dari ajaran tauhid…” (lihat Transkrip Syarh Al-Qawa’id Al-Arba’, hal. 22)

Terakhir, marilah kita renungkan firman Allah Ta’ala,

إِنَّ ٱلَّذِینَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔایَـٰتِنَا وَٱسۡتَكۡبَرُوا۟ عَنۡهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمۡ أَبۡوَ ٰ⁠بُ ٱلسَّمَاۤءِ وَلَا یَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ حَتَّىٰ یَلِجَ ٱلۡجَمَلُ فِی سَمِّ ٱلۡخِیَاطِۚ وَكَذَ ٰ⁠لِكَ نَجۡزِی ٱلۡمُجۡرِمِینَ

Sesungguhnya, orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri darinya, maka tidak akan dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan tidak akan masuk ke dalam surga sampai unta bisa masuk ke dalam lubang jarum. Demikian itulah Kami akan membalas orang-orang yang berdosa/kafir itu.” (QS. Al-A’raf: 40)

Wallahu a’lam bish shawaab.

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/80490-dakwah-islam-nan-sejuk.html

Keutamaan dan Kandungan Surah Al-Kafirun

Surah Al-Kafirun adalah surah makkiyah dan masuk ke dalam kelompok surah al-mufasshal. Terdiri dari 6 ayat yang seluruh ayatnya berisi kewajiban seorang muslim untuk berlepas diri dari segala macam bentuk kesyirikan. Surah Al-Kafirun memiliki beberapa nama, di antaranya surah Al-Kafirun, surah Al-Ikhlas, dan surah Al-Muqasyqisyah. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Al-Jauhari rahimahullahu ketika menukil perkataan Al-Ashma’i rahimahullahu,

وكان يقال لِ “قُلْ يا أيُّها الكافرونَ” و “قلْ هو الله أحدٌ”: المُقَشْقِشَتانِ، أي أنَّهما تُبْرِئانِ من النفاق

Surah Al-Kafirun dan surah Al-Ikhlas memiliki sebutan Al-Muqasyqisyatain, yakni bahwasanya keduanya membebaskan diri dari kemunafikan.” (As-Shihah Taaj Al-Lughah, 3: 1016)

Sebab turunnya surah Al-Kafirun

Surah Al-Kafirun turun sebagai jawaban atas ‘penawaran’ orang-orang kafir kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama agar beliau berkenan bergantian beribadah dengan cara mereka dan cara Islam. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

أن قريشا وعدوا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يعطوه مالا فيكون أغنى رجل بمكة ، ويزّوجوه ما أراد من النساء ، ويطئوا عقبه ، فقالوا له : هذا لك عندنا يا محمد ، وكفّ عن شتم آلهتنا ، فلا تذكرها بسوء ، فإن لم تفعل فإنا نعرض عليك خصلة واحدة ، فهي لك ولنا فيها صلاح . قال : ما هي ؟ قالوا : تعبد آلهتنا سنة : اللات والعزي ، ونعبد إلهك سنة ، قال : حتى أنْظُرَ ما يأْتي مِنْ عِنْدِ رَبّي . فجاء الوحي من اللوح المحفوظ : (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) السورة، وأنزل الله : (قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ) … إلى قوله : (فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ)

“Orang-orang Quraisy menjanjikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama harta yang melimpah sehingga beliau menjadi orang terkaya di Makkah, menjanjikan akan menjodohkan beliau dengan siapapun yang beliau pilih, agar beliau berhenti berdakwah. Mereka mengatakan, “Ini akan menjadi milikmu, wahai Muhammad. Akan tetapi, tahan lisanmu dari mencela tuhan-tuhan kami atau mengatakan yang tidak baik tentang mereka. Jika masih tidak mau, kami ada penawaran, mungkin ini penawaran terbaik untuk kami dan untukmu.”

(Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama) pun menjawab, “Apa itu?” (Mereka menukas), “Bagaimana jika selama setahun engkau menyembah tuhan kami (Al-Laat dan Al-Uzza) dan di tahun berikutnya kami menyembah tuhanmu?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallama pun menjawab, “Lihat saja sampai aku mendengar langsung dari Rabbku.” Maka, turunlah surah Al-Kafirun dan ayat 64-66 surah Az-Zumar.” (HR. Ibnu Abi Hatim dalam At-Tafsir 10: 3471, At-Thabari dalam Jaami’ Al-Bayaan 24: 703, dan At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Shaghir no. 751)

Hanya saja riwayat ini dilemahkan dengan sebab bersendirinya Abdullah bin Isa Al-Khazzaz dalam meriwayatkan dari Dawud bin Abi Hind. Ibnu Hajar rahimahullahu mengatakan bahwa beliau (Abdullah bin Isa) lemah (Taqriib at-Tahdziib, hal. 317).

Begitu pun riwayat-riwayat lain yang juga dinilai lemah, namun saling menguatkan satu sama lain dan tidak terdapat makna yang salah. Sehingga sebagian ulama seperti Syekh Al-Albani rahimahullahu menguatkannya.

Keutamaan surah Al-Kafirun

Di antara keutamaan surah Al-Kafirun yang disebutkan dalam beberapa hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama adalah:

Pertama: Mengandung makna berlepas diri dari kesyirikan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

إِذَا أَوَيْتَ إِلَى مَضْجَعِكَ، فَاقْرَأْ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ إِلَى خاَتِمَتِهَا؛ فَإنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنَ الشَّركِ

Jika engkau hendak tidur, bacalah surah Al-Kafirun hingga selesai. Karena surat tersebut mengandung bentuk berlepas dirinya seorang hamba dari segala macam bentuk kesyirikan.”

Kedua: Mengikui sunah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama dengan membacanya di beberapa salat. Seperti dua rakaat sebelum salat Subuh, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

إِنَّ رَسُولَ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَرَأَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ: قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama membaca di dalam dua rakaat sebelum salat Subuh dengan surah Al-Kafirun dan Al-Ikhlas.” (HR. Muslim no. 726)

Atau ketika salat sunah Tawaf, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu,

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلي الله عليه وسلم قَرَأَ فِي رَكْعَتَي الطَّوَافِ بِسُورَتَيِ: قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama salah sunah Tawaf dengan membaca Al-Kafirun dan Al-Ikhlas.” (HR. Muslim no. 1218)

Dan lain-lain.

Kandungan makna surah Al-Kafirun

Ayat 1

Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

Katakanlah, ‘Hai orang-orang kafir.

Di ayat ini Allah ‘Azza Wajalla menyeru kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama agar menegaskan prinsip seorang muslim kepada orang-orang kafir yang datang kepada beliau membawa penawaran untuk beribadah kepada selain-Nya.

Allah berfirman dengan (قل) dalam rangka menghilangkan rasa berat hati di hati Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama untuk menyampaikan hal tersebut, karena hal itu langsung dari Allah ‘Azza Wajalla.

Dan secara tidak langsung juga memberikan pengajaran bahwa permasalahan akidah dan keyakinan adalah berasal dari Allah ‘Azza Wajalla dan bukan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama. Seperti dalam beberapa firman Allah berikut ini,

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Katakanlah (hai Muhammad) bahwa Allahlah tuhan yang Maha Esa.” (QS. Al-Ikhlas: 1)

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah, kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.’ Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’ ” (QS. Ali Imran: 64)

Ayat 2 dan 3

Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ  وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

Di dalam dua ayat ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan seorang muslim harus benar-benar berlepas dari segala macam bentuk peribadahan. Baik di masa sekarang maupun akan datang. Allah ‘Azza Wajalla berfirman mengisahkan bagaimana Yakub ‘alaihissalam berpesan kepada anak-anaknya menunjukkan urgensi untuk tegas dalam urusan tauhid,

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.’” (QS. Al-Baqarah: 133)

Ayat kedua dan ketiga hampir mirip, hanya saja ayat kedua menegaskan bahwa tidak ada sedikit pun kemungkinan kami (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama dan kaum muslimin) akan turut serta dalam peribadahan kepada selain Allah. Ayat ketiga menegaskan bahwa tatkala mereka (orang-orang musyrik) beribadah kepada sesuatu selain bagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama beribadah, maka perbuatan mereka bukan termasuk ibadah.

Baca Juga:  Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah

Ayat 4 dan 5

Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ  وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

Di dalam dua ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa Nabi tidak pernah mengibadahi sesembahan orang-orang kafir. Begitu pun sebaliknya, orang-orang kafir tidak pernah mengibadahi Allah Ta’ala. Dengan demikian, ayat 2 hingga ayat 5 dengan jelas menyebutkan sanggahan kepada orang-orang kafir bahwa baik di waktu lampau, waktu sekarang, atau yang akan datang, peribadahan kaum muslimin dan orang-orang kafir tidak akan pernah dalam satu tujuan.

Ayat 6

Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa kekufuran dan tauhid berada di agama yang berbeda. Dengan demikian, melalui ayat ini, sempurnalah pelepasdirian Islam dan kaum muslimin dari segala macam bentuk peribadahan dan sesembahan selain apa yang telah syariat Islam tetapkan. Demikian pula, tidak selayaknya seorang muslim memiliki keyakinan bahwa agama-agama di dunia ini sama atau bahkan benar semua. Akan tetapi, wajib baginya untuk meyakini bahwa Islam-lah satu-satunya agama yang diridai di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/80788-keutamaan-dan-kandungan-surah-al-kafirun.html

3 Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi ﷺ

BAGAIMANA cara bershalawat yang benar kepada Nabi ﷺ?

“Barangsiapa yang mengucapkan sholawat kepadaku satu kali, maka Allah mengucapkan sholawat kepadanya 10 kali.” (HR. Muslim no. 408)

Bershalawat kepada Nabi Muhammad  ﷺ merupakan salah satu ibadah yang sangat agung. Ia termasuk dalam amalan-amalan ringan yang sangat besar pahala dan keutamaannya. Seorang muslim yang setia dan mencintai Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan baik dan benar akan senantiasa memperbanyak sholawat dan salam kepada beliau sesuai dengan bacaan yang diajarkan dan dicontohkan oleh beliau.

Nah, bagaimana cara bershalawat yang benar kepada Nabi?

Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi ﷺ yang Pertama

Nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang ketika nama tersebut disebut maka kita dianjurkan untuk membaca salawat, adalah semua nama dan gelar beliau, termasuk kun-yah beliau (nama lain yang diawali dengan “Abu” atau “Ummu”). Seperti: Nabi, Rasul, Rasulullah, Muhammad, Abul Qasim (kun-yah beliau), Nabiyullah, atau yang lainnya.

Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi ﷺ yangKedua

Cara salawat yang benar adalah dengan mengikuti cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, ada beberapa keadaan yang menyebabkan bersalawat menjadi wajib atau sunnah, di antaranya:

a. Ketika tasyahud akhir: wajib untuk bersalawat.
b. Ketika dalam majelis (berkumpulnya beberapa orang untuk mengobrol): wajib untuk bersalawat, menurut sebagian ulama.
c. Ketika hari Jumat: dianjurkan memperbanyak salawat.
d. Seusai mendengar azan: dianjurkan untuk bersalawat.
e. Ketika berdoa: dianjurkan untuk mengawalinya atau mengakhirinya dengan salawat.

Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi ﷺ yang Ketiga

Lafal shalawat, yang paling ringkas dan sesuai sunnah, disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, “Dari Ka’ab bin Ujrah radhiallahu ‘anhu, bahwa para sahabat pernah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kami telah memahami tata cara memberi salam kepada Anda, lalu bagaimana cara memberi salawat kepada Anda?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ucapkanlah,

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ’”

Keterangan:
a. Shalawat ini disebut dengan “salawat ibrahimiyah”.
b. Ini adalah salawat terbaik karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengajarkannya sendiri kepada para sahabat.

Allahu a’lam. []

SUMBER: KONSULTASI SYARIAH / ISLAMPOS

Dua Penerbangan Umroh Berangkat dari Bandara Kertajati Selama November

Dua penerbangan umroh diberangkatkan dari Bandara Internasional Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat selama November ini setelah terhenti sejak 2020 akibat pandemi Covid-19.

“Ini menjadi penerbangan yang kedua kalinya di tahun ini, dan sekaligus menjadi penanda Bandara Internasional Kertajati kembali menggeliat, dan siap menjadi magnet ekonomi daerah,” kata Direktur PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Muhamad Singgih dalam keterangan tertulisnya, Ahad (27/11/2022).

Pada 20 November 2022, sebanyak 224 jamaah umroh berangkat dari Bandara Kertajati menuju Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Mereka menggunakan pesawat Garuda Indonesia (Airbus 330-300).

Sedangkan pada Sabtu (26/11/2022), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melepas keberangkatan 378 jamaah umroh dari Bandara Kertajati menuju Bandara Madinah yang menggunakan pesawat Lion Air JT 068 (Airbus 330-300). Jamaah umroh yang berangkat menggunakan kedua maskapai tersebut berasal dari sejumlah daerah di Jabar, seperti Cirebon, Indramayu, Kuningan, serta Majalengka.

Singgih mengatakan penerbangan dari Bandara Kertajati ini akan memudahkan seluruh jamaah asal Jawa Barat untuk berangkat ke Tanah Suci. “Untuk penerbangan kali ini kami telah melakukan kerja sama dengan Lion Air dan sangat siap dengan beragam fasilitas untuk memberangkatkan jamaah umroh Jawa Barat,” kata Singgih.

Terkait dengan kesiapan operasional, Executive General Manager (EGM) Bandara Internasional Kertajati Nuril Huda menambahkan seluruh fasilitas dan kesiapan operasional sudah sangat siap untuk penerbangan umroh kali ini. “Pada prinsipnya, Bandara Internasional Kertajati siap melayani penerbangan umroh. Seluruh fasilitas dan pelayanan operasi kita sudah laik untuk dapat memberikan pelayanan optimal,” kata Nuril.

Corporate Communication Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan untuk penerbangan umroh dari Bandara Kertajati, Lion Air memperkenalkan layanan penerbangan nonstop (tanpa transit). Rute perdana dari Kertajati-Madinah menggunakan layanan Premium Service Umrah dengan menggunakan pesawat Airbus 330-300CEO.

Jenis pesawat tersebut mampu melayani nonstop yang membutuhkan waktu tempuh hingga lebih dari 12 jam. “Oleh karenanya, sangat tepat untuk mendukung penerbangan ibadah umrah dari Bandara Internasional Kertajati,” katanya.

IHRAM

Bahaya Tidak Membayar Hutang dalam Islam

Hutang mempunyai arti memotong atau dengan kata lain memberikan harta yang dimiliki kepada orang lain untuk digunakan dengan benar dan nantinya akan dikembalikan kepada orang memberikan harta tersebut. Dalam kehidupan saat ini hutang piutang sudah menjadi satu hal yang biasa bahkan dapat dikatakan telah menjadi life style seseorang ketika dirinya tidak mempunyai uang.

Alasan keinginan dan kebutuhan menjadi pemicu hampir sebagian orang berani untuk melakukan transaksi piutang. Selain itu adanya perkembangan yang pesat dari berbagai program pinjaman yang ditawarkan oleh bank, koperasi peminjaman ataupun lembaga lainnya sehingga proses peminjaman hutangnya semakin mudah dilakukan.

Hutang Piutang dalam Islam

Meskipun hukum hutang piutang dalam Islam diperbolehkan dan bukan suatu perbuatan dosa akan tetapi sebaiknya dihindari. Karena Nabi Muhammad SAW melakukan hutang piutang pada saat dirinya benar-benar berada pada kondisi darurat dan Nabi Muhammad SAW memberikan jaminan jika beliau tidak dapat membayar hutangnya. Oleh karena itu, jika akan berhutang boleh saja dilakukan jika kita sedang berada pada kondisi darurat bahkan dapat dikatakan jika kita sedang berada pada kondisi hidup dan mati. Seorang muslim ingin melakukan transaksi hutang piutang maka perlulah mengetahui syarat dan adab berhutang menurut islam, seperti:

  • Jangan pernah lupa mencatat piutang. Hal ini terdapat pada Q.s Al-Baqarah ayat 282 “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya”.
  • Jangan pernah berniat tidak melunasi piutang. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah “Siapa saja yang berhutang, sedang ia berniat tidak melunasi hutangnya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang pencuri”.
  • Jangan pernah menunda untuk bayar piutang. Hal ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa “Menunda-nunda (bayar piutang) bagi orang yang mampu (bayar) adalah kezaliman”.
  • Jangan pernah menunggu ditagih dulu baru membayar hutang. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa “Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam pembayaran piutang”.
  • Jangan pernah mempersulit dan banyak alasan dalam pembayaran hutang. Hal ini telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa “Allah SWT akan memasukkan ke dalam surga orang yang mudah ketika membeli, menjual, dan melunasi piutang”.
  •  Jangan pernah meremehkan utang meskipun sedikit. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa “Ruh seorang mukmin itu tergantung kepada hutangnya sampai utangnya dibayarkan”.
  • Jangan pernah berjanji jika tidak mampu memenuhinya. Hal ini terdapat dalam Q.s al-Isra’ ayat 34 “Dan penuhilah janji karena janji itu pasti dimintai pertanggung jawaban”.

Bahaya Tidak Melunasi Hutang

Selain itu, ada beberapa bahaya hutang dalam Islam:

  • Dosa selama hidup tidak akan diampuni hingga semua masalah hutang piutang selesai.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa “ada seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW bagaimana ketika ada seseorang terbunuh di jalan Allah (mati syahid) apakah dosanya akan terampuni, lalu Rasulullah SAW menjawab dosanya akan terampuni apabila sabar kemudian maju dan tidak melarikan diri ketika berperang dan tidak akan terampuni apabila seseorang tersebut sedang mempunyai hutang”.

Hadits tersebut menjelaskan seseorang yang mempunyai amal ibadah baikpun tidak dapat diampuni dosanya ketika orang tersebut meninggal dalam keadaan mempunyai hutang kecuali semua persoalan hutangnya telah diselesaikan.

  • Ditahan untuk masuk surga meskipun semasa hidup mempunyai banyak amalan.

Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan terbebas dari tiga hal yaitu sombong, ghuluul dan terbebas dari hutang niscaya dia akan masuk surga”. Sudah sangat jelas bahwa melakukan transaksi hutang piutang sangatlah berbahaya oleh karena itu janganlah membiasakan diri untuk melakukan hutang piutang.

  • Menjadi pemicu sifat tidak jujur

Beberapa orang yang mempunyai hutang cenderung tidak dapat menepati janjinya untuk membayar hutangnya, sehingga muncullah sifat berbohong dan ingkar janji. Munculnya sifat berbohong dan ingkar janji akan sangat membahayakan akhlak.

  • Menimbulkan stress

Stres dapat terjadi ketika seseorang mengalami tekanan yang berat dalam hidupnya, dalam persoalan piutang biasanya stres terjadi ketika dirinya tidak dapat membayarnya. Bahkan ketika akan jatuh tempo setiap malam susah untuk tidur memikirkan bagaimana cara membayar hutang, dsb sehingga timbulan stres.

Editor: An-Najmi

TANWIR ID