Penjual Ayam Asal Sleman Bangun Masjid Megah Tiga Lantai Bergaya Jawa dan Timur Tengah

“Sejak saya masih kecil, saya sangat ingin membangun masjid, saya mulai menabung sejak SMP. Akhirnya sekarang keinginan tersebut bisa terwujud.”

Hal tersebut dikatakan oleh Suciati Saliman Riyanto Raharjo saat peresmian masjid Suciati Saliman yang berada di jalan Gito Gati, Pandowoharjo, Sleman, DI Yogyakarta pada Minggu (13/5/2018).

Suciati begitu dia dipanggil sejak tahun 1966, yang saat itu duduk di bangku SMP mulai merintis usaha pemotongan ayam manual di rumahnya.

Dengan berbekal menjual sebanyak 5 ekor karkas ayam kampung di Pasar Terban, Yogyakarta dia mengawali usahanya.

Falsafah hidupnya yang percaya bahwa Urip Iku Urup membuatnya semakin teguh untuk bisa bermanfaat bagi sesamanya.

“Saya percaya bahwa apabila kita bisa selamat di dunia, maka nanti di akhirat juga akan mendapatkan keselamatan. Saya sangat ingin membangun masjid agar bisa bermanfaat bagi semua orang,” terangnya.

Atas keteguhan niatnya, tidak disangka usaha Suciati semakin hari semakin pesat.

Hingga akhirnya rumah pemotongan ayam manual yang dimiliki di rumahnya berkembang menjadi rumah potong ayam modern yang dia beri nama RPA Saliman di kawasan Pendowoharjo, Sleman.

Tidak berhenti disitu, tahun 2009, dia juga mulai mendirikan rumah potong ayam di Jombang, Jawa Timur.

Suciati pun mulai menabung dan menabung.

Tidak sekedar untuk membangun masjid, dia juga mulai rutin untuk memberikan sedekah setiap Jumat, memberikan santunan kepada anak Yatim, khitanan massal setiap tahun, serta memberikan umroh gratis kepada anak buahnya.

Dalam pembangunan masjid, Suciati mengaku tidaklah gampang. Adanya kendala pembebasan lahan dan ketidaksetujuan warga setempat juga dia dapati.

“Alhamdulillah, masjid yang saya impikan bisa mulai dibangun pada 2 Agustus 2015. Dan tepat hari ini, tanggal 13 Mei 2018 diresmikan. Semoga nantinya masjid ini bisa digunakan oleh umat, nanti akan kita buka selama 24 jam. Agar semua bisa salat malam maupun dhuha disini,” ucapnya.

Bambang Harmianto, selaku Ketua Pembangunan Masjid mengungkapkan jika di masjid Suciati sendiri terdiri dari 3 lantai dan basemen lantai dengan memadukan antara desain Timur Tengah dan Jawa.

“Untuk luas tanah 1716 meter. Sedangkan bangunan 1217 meter. Selain sebagai masjid, nanti warga atau siapa saja bisa melakukan pernikahan disini, pengajian juga bisa, atau perkumpulan muslimahan. Kita atapnya meniru joglo, dan ada bedog yang menjadi khas Jawa. Untuk yang lain kita juga gunakan desain masjid Nabawi,” ungkapnya.

Mengenai fungsi masing-masing lantai, Bambang mengungkapkan jika di basemen nantinya bisa untuk prasmanan di lantai 1 untuk gedung pertemuan, lantai 2 untuk salat jemaah laki-laki, sedangkan lantai 4 untuk jemaah perempuan.

“Kita niatnya basemen untuk parkir, tapi Alhamdulillah di seberang jalan ada yang menawarkan seluas 350 meter, jadi untuk parkir kita alihkan disana. Untuk masjid nanti akan muat untuk 1.000 jamaah,” jelasnya.

Dia juga menambahkan telah membangun lift untuk para orang tua, difabel maupun yang sedang sakit. Agar semua orang bisa melakukan ibadah di masjid Suciati.

“Untuk Ramadhan, kita juga sudah siapkan pasar Ramadhan, agar warga bisa berjualan dan memanfaatkannya nantinya. Ini semua adalah bentuk kepedulian ibu Suciati terhadap sesamanya,” jelasnya.

Imam Muda Bersuara Merdu

Siapa imam salat tarawih di Masjid Suciati Saliman yang menyedot banyak perhatian kaum muda Islam pada Rabu (30/05/2018) malam?

Dia adalah Muzammil Hasballah. Dai muda asal Aceh yang dikenal karena memiliki suara merdu yang menyejukkan.

Muzammil Hasballah diundang pengurus Masjid Suciati Saliman di Gito-Gati, Pandowoharjo, Sleman.

Menurut Atiek Raharjo, putri dari Suciati Saliman, Muzammil saat ini sedang populer terutama di kalangan anak muda.

Dikutip Tribunjogja.com dari Serambi News (Tribun Network), pertengahan tahun lalu Muzammil Hasballah menikah dengan Sonia Ristanti.

Pasangan ini pun yang kerap dilambangkan sebagai ikon anak muda syar’i di era milenial ini

Tak hanya di Indonesia, keduanya pun menjadi idola bagi kalangan muda Tanah Air di luar negeri.

Keduanya sempat mengisi sebuah acara bertajuk ‘Senandung Alquran dalam Jiwa Muslimah’ di Hong Kong.

Acara ini dikuti banyak anak muda asal Indonesia di negara itu. Muzammil tampil menjadi pembicara bersama istrinya Sonia.

Selama di Hong Kong, keduanya terlihat sangat mesra dan mengunjungi beberapa tempat.

Kesan romantis dan kebahagiaan juga terlihat saat keduanya berbulan madu di Turki.

Di Kota Istanbul, keduanya berkesempatan menjejakkan kaki di Masjid Biru (Blue Mosque).

“Ini bukan tentang tujuan, tapi tentang dengan siapa kita bepergian…” tulis jebolan Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) ini dalam bahasa Inggris di satu keterangan foto yang diunggahnya dalam akun instagram.

Sejak pernikahan mereka yang disorot banyak media, nama Muzammil kian kesohor di jagat maya

Memang, ketenaran lelaki kelahiran Sigli pada 21 September 1993 ini tidak terlepas dari kemampuannya membaca Alquran.

Muzammil juga dikaruniai suara merdu saat membaca ayat-ayat Allah setiap kali ia memimpin salat berjamaah.

Sonia pun Jadi Panutan

Ketenaran Muzammil juga mengalir kepada Sonia. Sosoknya yang bercadar membuat banyak pria mendambakan wanita salihah sepertinya.

Follower Sonia pun melejit drastis sejak menikah.

“Dear Muslimah, kita membutuhkan sesosok imam yg tidak hanya mengubah status kita dari single jadi menikah, tapi juga berkomitmen membimbing kita jadi smakin shalihah…,” tulis Sonia di caption foto yang diungggahnya di instagram.

Sonia adalah adik kelas Muzammil. Keduanya sama-sama bersekolah di SMAN 10 Fajar Harapan, Banda Aceh.Ia menempuh studi Jurusan Teknik Geofisika di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, angkatan 2013.

Sonia lahir 26 Februari 1995, dan berasal dari Kabupaten Bireuen.

Keduanya menikah pada 7 Juli 2017 di Masjid Oman, Banda Aceh. Tak berapa lama setelah menikah, keduanya berangkat ke Turki untuk berbulan madu.

Semoga pasangan ini selalu diberkahi Allah dan menjadi teladan bagi anak muda Indonesia. (tribunjogja.com)

Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Mental

Puasa selalu dianggap baik untuk tubuh karena membantu detoksifikasi dan menjadi momen yang tepat untuk memulai pola hidup sehat. Ada juga yang bertujuan untuk menurunkan berat badan saat puasa. Namun, menahan lapar seharian membuat kecenderungan untuk makan banyak saat berbuka meningkat. Sehingga, berat badan malah naik setelah puasa.

Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa kecenderungan untuk makan banyak saat berbuka hanya masalah mental. Ketika melihat menu berbuka, pikiran menciptakan rasa lapar sehingga kecenderungan untuk makan banyak meningkat. Padahal sebenarnya saat berbuka tubuh hanya membutuhkan makanan secukupnya, sesuai porsi.

Selain melatih kesehatan mental dan pikiran, berpuasa di bulan suci bermanfaat untuk melatih diri melakukan puasa intermitten atau diet puasa di hari-hari biasa. Berikut beberapa manfaat yang bisa diambil dari menjalankan puasa intermitten atau diet puasa, seperti dikutip dari Gulf News.

1. Membakar lemak jahat di dalam tubuh
Saat puasa, kalori yang terbakar akan lebih banyak dari kalori yang dikonsumsi, apalagi jika selagi berpuasa aktivitas tetap dilakukan seperti biasa. Setidaknya dalam delapan jam sehari, gula dan karbohidrat yang dikonsumsi pada hari itu terbakar habis, setelah itu tubuh memanfaatkan lemak untuk mendapatkan energi. Namun, penting untuk diingat bahwa makanan yang dikonsumsi saat sahur dan berbuka harus mengandung campuran protein, lemak dan karbohidrat secukupnya.

2. Meningkatkan hormon pertumbuhan manusia
Penelitian dari American College of Cardiology di New Orleans, menunjukkan bahwa puasa intermitten memicu kenaikan hormon pertumbuhan manusia (HGH), 1300 persen pada wanita, dan kenaikan 2000 persen pada pria. Mengapa ini penting? HGH membantu menurunkan berat badan tanpa kehilangan otot. Hormon ini juga membuat panjang umur dan mengatur metabolisme.

3. Meningkatkan fungsi otak
Puasa intermitten bisa memicu peningkatan produksi protein yang diproduksi otak atau BDNF. Protein ini membantu peremajaan dan regenerasi sel induk otak dan meningkatkan fungsi memori dan motor. Menurut Mark Mattson, seorang peneliti ilmu syaraf di National Institute of Aging (Amerika Serikat), puasa intermitten bahkan dapat menunda timbulnya penyakit Parkinson dan Alzheimer.

4. Trigliserida, kolesterol dan resistensi insulin
Puasa intermitten telah terbukti mengurangi tekanan darah, mengatur trigliserida dan kolesterol jahat, dan mengatasi resistensi insulin. Ini adalah faktor risiko penyakit jantung, yang merupakan salah satu penyebab kematian dini pada manusia. Resistensi insulin meningkatkan risiko diabetes dan puasa yang sehat membantu mengatur kadar gula dan kadar insulin di dalam tubuh.

5. Mengurangi risiko penuaan dan penyakit berbahaya
Stres oksidatif akibat jumlah radikal bebas yang terlalu banyak di dalam tubuh bisa menyebabkan proses oksidasi sel-sel normal menjadi semakin tinggi sehingga akan menimbulkan kerusakan. Kondisi ini memicu penyakit kronis seperti kanker, diabetes, stroke, Alzheimer, dan Parkinson. Puasa intermitten dapat membantu mengurangi risiko terserang penyakit berbahaya sampai batas tertentu dengan mendetoksifikasi tubuh dan memproduksi senyawa anti-inflamasi, tanpa risiko kekurangan gizi.

Lebih lanjut, puasa di bulan Ramadan bisa menjadi ajang latihan untuk melakukan puasa intermitten yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan. Namun, disarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum memulai puasa intermitten. Selama masa puasa di bulan suci ini, jangan lupa untuk selalu berolahraga ringan untuk membakar lemak jahat di dalam tubuh serta mendetoksifikasi tubuh dan pikiran. Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

TIRTO

10 Rahasia dan Keajaiban Puasa

Puasa mengandung banyak keajaiban. Hal ini bukan hanya diakui oleh ulama-ulama Islam; tapi juga ilmuan-ilmuan Barat. Berikut ini, akan dipaparkan sepuluh keajaiban syariat puasa.

Pertama, menurut Syeikh Ibnu Utsaimin dalam buku  “Min Fataawaa al-Ulamaa fi al-Shiyaam wa al-Qiyaam wa Iid Syahr Ramadhan” (Musa Yunus, 1999: 23) puasa bisa membuat orang merasa sebagai satu entitas; mempererat jalinan hubungan antar individu masyarakat; dan bisa melatih jiwa untuk naik tingkat menuju kesempurnaannya.

Kedua, menurut Syeikh Bin Baz dalam  “Majmuu’ Fataawa wa Maqalaat Mutanawwi’ah-al-Shiyaam” (Ibnu Baz, 1420:XV/39-41), puasa bisa mensucikan, melatih dan membersihkan jiwa dari akhlak tercela serta membiasakannya melakukan akhlak mulia. Di samping itu, puasa membuat orang mengakui akan kelemahan dan kekuarangannya di hadapan Allah sehingga melahirkan rasa syukur dan kepedulian sosial dengan membantu saudara-saudaranya yang membutuhkan.

Ketiga, dalam buku  “Kitaab al-Shiyaam” (1992: 9, 10) karya Abu Bakar Al-Faryabi, disebutkan bahwa puasa sebagai metode unik (satu-satunya) untuk menanamkan pada jiwa manusia akhlak mulia, menyulut gairah keislaman, membersihkannya diri dari berbagai macam kotoran, memutus rasa ragu, mendorong mukmin bersedekah dan berderma serta mendorong kerekatan hubungan antara si kaya dan si miskin.

Keempat,  berdampak baik secara medis atau kesehatan. Alexis Carrel (dokter peraih nobel bidang kesehatan pada tahun 1912) pernah meneliti bahwa puasa memiliki efek dahsyat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Buah dari penelitiannya tersebut  ditulis dalam sebuah buku berjudul:  “Man the Unknow” (“The Miracle of Fast” [Amirulloh, 2014: X])

Berbagai hasil penelitian para pakar terhadap kedahsyatan puasa yang dikumpulkan Allan Cott, M.D.  dalam sebuah buku yang berjudul  “Why Fasty?” , menjadi menarik untuk dikemukakan di sini. Berdasarkan hasil penelitian yang dikumpulkannya, di antara kedahsyatan puasa sebagai berikut:  menjadikan penglihatan terasa lebih muda atau lebih jelas; membersihkan badan dari berbagai penyakit; menurunkan tekanan darah tinggi dan kadar lemak; mampu mengendalikan nafsu; membuat badan sehat dengan sendirinya; dapat mengendorkan ketegangan jiwa; dapat menajamkan fungsi indrawi;  dapat mengendalikan kemauan diri sendiri; serta bisa memperlambat proses penuaan.

Kelima, membuat fisik dan psikis lebih baik. Menurut penelitian Allan Cott, M.D. (ahli Biologi asal Amerika, dalam buku “Why Fasty?”), puasa dapat membuat fisik dan psikis lebih baik (to feel better physically and mentally).

Keenam, bisa membuat awet muda secara fisik mental dan spiritual. Berdasarkan penelitian Dr. Yuri Nikolayev (Direktur Rumah Sakit Jiwa Moskow) menyebutkan bahwa puasa bisa mernbuat tetap awet muda secara fisik, mental dan spiritual.

Ketujuh,  puasa menimbulkan dampak sangat positif sekalipun bagi para wanita. Menurut Alvenia M. Fulton (Direktur Lembaga Makanan Sehat “Fultonia” asal Amerika Serikat) bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik wanita secara alami. Di samping itu, bisa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat. Yang tak kalah penting, puasa sanggup menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk kembali keindahan tubuh.

 

Tiga keajaiban berikutnya dikutip dari buku “Dahsyatnya Puasa Sunah: Kunci Utama Meraih Sukses Dunia & Akhirat” (2010: 74-82) karya H. Amirullah.

Kedelapan, Puasa dapat meningkatkan kecerdasan emosional (emotional quotient). Berdasarkan catatan beliau, puasa menjadi media yang sangat tepat untuk melejitkan kecerdasan emosional seseorang. Di samping itu, puasa juga dapat memperkuat motivasi, mendorong kemauan, mengajarkan kesabaran, membantu menjernihkan pikiran, dan menglihami pendapat yang cerdas.

Kesembilan, dapat meningkatkan kecerdasan spiritual. Haji Amirullah menandaskan bahwa orang yang berpuasa merniliki kesadaran spiritual yang tinggi. Sebab ibadah puasa yang dikerjakan bukan karena dorongan manusia, tetapi karena kesadaran internal batiniyahnya yang tinggi, berupa:  dasar keikhlasan sebagai bentuk kesadaran yang sesuai naluri manusia.

Sedangkan yang kesepuluh, puasa dapat memupuk kepekaan sosial. Ibadah puasa ini bisa melahirkan kepedulian sosial yang tinggi. Saat umat Islam dilarang makan dan minum selama sehari penuh, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari,  mereka bisa merasakan rasanya lapar dan haus. Karena di luar sana banyak saudara-saudara yang kadang tidak makan sampai berhari-hari.

Bila dari kesepuluh keajaiban tadi dirangkum, maka keajaiban ibadah ini meliputi masalah medical (medis), spiritual, sosial, psikis dan emosional. Dengan menjalankan ibadah puasa dilandasi iman dan mengharap rida Allah –sebagaimana dalam hadits shahih- insya Allah keajaiban-keajaiban itu bisa terkuak dan dirasakan oleh setiap orang yang menjalankannya.*/Mahmud Budi Setiawan*

 

HIDAYATULLAH

Doa Minta Anak dan Kisah Ajaib Terkabulnya Doa Ini

Berikut ini adalah doa minta anak disertai kisah ajaib terkabulnya doa ini. Mengapa ajaib? Karena doa ini pernah dipanjatkan orang yang sudah lama menikah namun belum memiliki anak, secara usia hampir tak mungkin ia punya anak, namun dengan doa ini Allah memberinya buah hati.

Setiap pasangan suami istri pasti ingin memiliki anak. Siapa yang bisa memberikan anak? Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kuasa menganugerahkannya. Karenanya sangat penting berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia menganugerahkan anak.

Doa minta anak berikut ini adalah doa-doa para Nabi yang diabadikan Allah dalam Al Quran. Dan doa yang diabadikan Allah dalam Al Quran merupakan doa terbaik karena di antara maksud Allah memfirmankanNya adalah untuk mengajarkan doa tersebut kepada hambaNya. Agar dicontoh, agar diamalkan.

Doa Minta Anak dari Nabi Zakariya

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

Robbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan innaka samii’ud du’aa’

Artinya: “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisiMu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa” (QS. Ali Imrah: 38)

Doa minta anak ini dipanjatkan oleh Nabi Zakariya ‘alaihis salam. Kisah lengkapnya diterangkan Allah dalam Surat Ali Imran ayat 38-41 sebagai berikut:

Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata, “Ya Tuhanku berilah aku keturunan yang baik dari sisiMu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” Kemudian para malaikat memanggilnya ketika dia berdiri melaksanakan shalat di mihrab (katanya) “Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan kelahiran (putamu bernama) Yahya yang membenarkan sebuah kalimat (Firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri dari hawa nafsu dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.”

Dia Zakaria berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapatkan anak sedangkan aku sangat tua dan istriku seorang yang mandul.” Allah berfirman, “Demikianlah Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” Zakariya berkata, “Ya Tuhanku berilah aku suatu tanda (bahwa istriku mengandung)” Allah berfirman, “Tanda bagimu adalah bahwa engkau tidak bisa berbicara dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknyanya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (QS. Ali Imran: 38-41)

Keajaiban Doa Nabi Zakariya

Ketika menafsirkan ayat tersebut, Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan kisah Nabi Zakariya bahwa ia sangat menginginkan anak khususnya setelah melihat Maryam yang mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya untuk beribadah kepada Allah.

“Maka Nabi Zakariya berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar dikaruniai anak yang soleh seperti Maryam dari keturunan Nabi Yaqub Alaihissalam seraya berkata, ‘Ya Tuhanku Engkau Maha Mendengar setiap ucapan, memperkenankan setiap doa yang baik,” tulis Syaikh Wahbah dalam Tafsir Al Munir.

Terkait kata “malaa-ikah” dalam ayat tersebut, Syaikh Wahbah menjelaskan, menurut mayoritas ulama tafsir, malaikat yang berbicara kepadanya adalah Jibril. Namun pendapat yang lebih kuat menurut Imam Al Qurthubi adalah bahwa yang berbicara kepada Zakaria adalah para malaikat banyak. Maksudnya panggilan atau perkataan tersebut berasal dari para malaikat.

Waktu itu Nabi Zakariya sedang berdiri memanjatkan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menunaikan shalat dalam mihrab tempat ibadahnya. Malaikat tersebut berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menggembirakan kamu dengan seorang anak yang diberi nama Yahya.’ Ketika menerima kabar gembira tersebut, Nabi Zakaria merasa takjub dan berkata ‘Bagaimana saya bisa mendapatkan seorang anak padahal saya sudah lanjut usia dan istri saya mandul.’

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi jawaban melalui perantara malaikat, ‘Begitulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berbuat apa yang dikehendakiNya.’ Maksudnya seperti penciptaan seorang anak yang tidak seperti biasanya dialami oleh dirinya bersama istrinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berbuat apa yang dikehendakiNya di alam ini.

“Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki sesuatu, maka Dia akan mewujudkan baik melalui sebab atau perantara yang biasa berlaku maupun tidak. Dan di antaranya Allah menciptakan anak dari seorang ibu yang mandul,” lanjut Syaikh Wahbah.

Lalu Nabi Zakaria meminta kepada Allah agar ia diberi sebuah pertanda yang menunjukkan kalau istrinya sudah hamil karena dirinya ingin segera merasakan kebahagiaan tersebut atau dirinya ingin mensyukuri nikmat tersebut. Lalu Allah menjadikan pertanda tersebut dalam bentuk dirinya tidak mampu berbicara kepada orang-orang kecuali hanya dengan isyarat; dengan tangan atau kepala atau lainnya selama tiga hari berturut-turut. Allah juga menyuruhnya untuk memperbanyak dzikir dengan membaca takbir dan tasbih di kala ia sedang dalam kondisi tersebut terutama pada waktu pagi dan sore hari.

Demikianlah dikabulkannya doa minta anak tersebut. Nabi Zakariya yang sudah sangat tua dan istrinya yang mandul akhirnya mendapatkan seorang anak yang shalih, bahkan seorang Nabi. Yang tak kalah istimewa, Allah juga memberi nama pilihan kepada anak tersebut; Yahya.

Doa Minta Anak dari Nabi Ibrahim

Robbi hab lii minash shoolihiin

Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shalih” (QS. Ash Shaffat: 100)

Doa minta anak ini dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Kisah lengkapnya diterangkan Allah dalam Surat Ash Shaffat ayat 99-101 sebagai berikut:

Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shalih.” Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (QS. Ash Shaffat: 99-101)

Keajaiban Doa Nabi Ibrahim

Demikianlah doa minta anak yang dipanjatkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Doanya singkat, bahkan lebih singkat dari doa Nabi Zakariya. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan doa tersebut dan menganugerahi Nabi Ibrahim putra padahal usia beliau sudah tua.

Keajaiban doa minta anak yang dipanjatkan Nabi Ibrahim ini diterangkan Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

“Dalam cita-cita yang menyediakan hidup untuk menyerahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala itu, ada satu hal yang sangat mendukakan hati Ibrahim. Yaitu sudah lama menikah belum juga dikaruniai anak. Sebab itu dia menyampaikan permohonan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala: ‘Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shalih.’

Dia mengharapkan agar Allah memberinya keturunan. Karena sudah lama dia menikah namun anak belum juga ada. Bertahun-tahun lamanya dia menunggu putra, tidak juga didapat. Ternyata kemudian bahwa istrinya yang bernama Sara itu mandul.

Dengan persetujuan anjuran istrinya Sarah itu, Ibrahim menikah lagi dengan Hajar, dayang dari Sarah, karena mengharapkan dapat anak. Dalam usia 86 tahun, permohonan itu terkabul. Hajar melahirkan anak laki-laki yang bernama Ismail.”

Demikianlah kejaiban doa minta anak yang dipanjatkan Nabi Ibrahim ini. Pada usia 86 tahun akhirnya sang Khalilullah ini mendapatkan putra pertama bernama Ismail. Yang lebih menakjubkan, Ismail merupakan anak yang disifati Allah sebagai haliim yang biasa diterjemahkan “sangat penyabar.”

Buya Hamka menjelaskan, sifat haliim berbeda dengan sifat shabrHilm adalah tabiat atau bawaan hidup. Shabr adalah sebagai perisai menangkis gelisah jika cobaan datang dengan tiba-tiba. Sedangkan Haliim adalah apabila kesabaran itu sudah menjadi sikap hidup atau sikap jiwa.

Demikian dua doa minta anak dan kisah keajaibannya. Bagi kaum muslimin yang menginginkan anak, baik baru menikah atau telah lama menikah, bacalah dua doa tersebut, insya Allah akan dianugerahi Allah anak-anak yang shalih. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

 

BERSAMADAKWAH

Berpuasalah karena Iman dan Mengharapkan Pahala

NABI kita Shallallhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadn karena imn dan mengharapkan pahala, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadts Riwayat Bukhri nomor 37, versi Fathul Bari nomor 38 dan Muslim nomor 1268, versi Syarh Muslim nomor 760)

Kalau kita cermati dari sabda Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam diatas, maka betapa besar pahala yang dijanjikan oleh Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam bagi yang berpuasa Ramadn

Betapa tidak bahwa dia akan mendapatkan ganjaran berupa ampunan dosa dari seluruh dosanya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.

Namun kalau kita cermati lebih dalam bahwa ternyata untuk mendapatkan ampunan dosa dengan sebab puasa tidak semudah yang dibayangkan. Karena di dalamnya ada dua persyaratan yang disyaratkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallhu ‘alayhi wa sallam yaitu :

1. Imnan (dengan landasan keimnan)
2. Ihtisban

Apakah yang dimaksud dengan 2 (dua) persyaratan tersebut ?

*Keimanan*

Maka untuk dikatakan seseorang itu bahwa puasanya dilandasi dengan keimnan yang bersama dia berimn secara umum dalam arti bahwa orang yang berpuasa tersebut harus orang yang berimn.

Artinya secara pribadi dia memiliki keimanan yang sah.

  • Jadi dia bukan orang kafir, bukan orang yang telah batal imannya disebabkan tindakan atau perilaku, walaupun dia asalnya muslim (misalnya) tapi ternyata pada dirinya ada kekafiran sehingga tidak layak dia mendapatkan predikat orang yang berimn.
  • Dia beriman tentang wajibnya puasa Ramadhn tersebut. Ini terkait dengan syarat keimanan.

*Ihtisban*

*Ihtisaban yaitu mengharapkan ganjaran.*

Bahwa yang dimaksudkan seseorang yang berpuasa meniatkan dengan puasanya mendapatkan pahala, yaitu pahala akhirat. Dan pahala akhirat yang terbesar adalah melihat Allh Ta’la di surga. Jadi dia mengharapkan ganjaran dimana Allh Ta’la mengganjarnya di akhirat.

Maka bukanlah puasanya hanya semata-mata dia mengikuti kebanyakan kaum muslimin berpuasa. Tidak enak kalau tidak puasa atau berpuasa dalam rangka untuk supaya sehat atau berpuasa demi mendapatkan kenikmatan duniawi tetapi dia berpuasa untuk mengharapkan pahala akhirat.

Ganjaran yang disediakan oleh Allh diakhirat. Di surga kelak. Dan apabila ternyata dia puasanya tidak memenuhi dua persyaratan diatas, maka dia tidak mendapatkan ampunan dosa. Apakah ada disana orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan ganjaran? Banyak.

Sebagaimana sabda Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam :

Telah menceritakan kepada kami Amr bin Raafi, telah menceritakan kepada kami Abdullaah bin Al-Mubaarak, dari Usaamah bin Zaid, dari Saiid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda,

“Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam namun tidak mendapatkan apa-apa dari shalat malamnya selain menahan kantuk.” (Sunan Ibnu Maajah no. 1690] Sanadnya hasan. Syaikh Al-Albaaniy berkata “hasan shahih” dalam Shahiih Ibnu Maajah no. 1380)

“Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidaklah dia dapatkan dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.” (Hadts Riwayat At- Tabrani dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Syaikh Al-Albniy rahimahullh dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadts ini shahh ligoirihi yaitu shahh dilihat dari jalur lainnya)

Sebagaimana juga beliau bersabda :

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang dusta, yang buruk dan mengamalkan amalan yang buruk, maka tidak ada kepentingan terkait dengan dia meninggalkan makan dan minumnya.” (Hadts Riwayat Bukhri nomor 1770, versi Fathul Baru nomor 1903)

Artinya tidak mendapatkan sedikitpun dari makan dan minumnya, tidak mendapatkan ganjaran sama sekali. Ini menunjukan bahwa di sana ada orang-orang yang dia telah lapar dan dahaga dengan puasanya tapi yang dia dapatkan, hanya lapar dan dahaga.

Di samping dua syarat di atas tentang keimanan dan juga ihtisb dengan penjelasan yang telah disampaikan tentunya dia juga harus memenuhi syarat dan rukunnya puasa sehingga dia sah secara fiqih dan juga dia layak untuk mendapatkan ganjaran yang besar yaitu berupa ampunan Allh Ta’ala atas dosa-dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang.

Mudah-mudahan kita bisa menyiapkan diri untuk menghadapi Ramadhn dengan keimanan yang benar dan dengan betul-betul mengharapkan pahala dari sisi Allh Ta’ala.

Demikian mudah-mudahan bermanfa’at bagi kita semuanya. Wa billhi taufiq wal hidayah. [Ustadz Abu Isa Abdullah bin Salam]

 

INILAH MOZAIK

Berapa Jarak antara Sahur Rasul dan Azan Subuh?

FAWAID Hadits ke-188 dari Syarh Umdatil Ahkam Kitabus Shiyaam, oleh Syaikh Dr. Saad asy-Syatsri hafizhaahullaah

“Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahuanhu, dari Zaid bin Tsabit radhiyallahuanhu beliau berkata: “Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian beliau bangkit untuk shalat. Anas lantas bertanya kepada Zaid, kira-kira berapa jarak waktu antara Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam makan sahur sampai adzan dikumandangkan?, Zaid berkata: “kira-kira selama seseorang membaca 50 ayat”. [HR. al-Bukhari dan Muslim]

Faidah-Faidah Hadits sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Saad asy_syafri

  • Disyariatkannya makan sahur, dan Rasulullah shallallhu alaih wasallam sangat menaruh perhatian pada amalan makan sahur ini. Ini adalah salah satu sunnah Nabi shallallahu alaihi wasalam yang sangat beliau tekankan.
  • Dan dari hadits ini juga dipetik faidah bolehnya mengadakan walimah (makan makan) ketika sahur. Syekh DR. Saad asy-Syatsri menyebutkan bahwa Rasulullah mengundang Zaid bin Tsabit untuk makan sahur bersama.
  • Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk berkumpul makan sahur secara berjamaah.
  • Boleh berkumpul di malam hari, di akhir malamnya, jika di perlukan. Di sini, karena hendak melakukan makan sahur, Rasulullah berkumpul dgn sahabat-sahabat beliau di waktu sahur.
  • Dalam hadits ini terdapat dalil disyariatkannya makan dgn cara duduk. Diambil dari lafadz; “kemudian rasulullah bangkit menuju shalat”, berarti sebelumnya beliau duduk melakukan makan sahur.
  • Dari hadits ini diambil faidah disyariatkannya untuk menyegerakan shalat shubuh di bulan ramadhan karena dekat sekali jarak antara waktu shalat dan adzan.
  • Dari hadits ini bisa dipetik faidah disyariatkannya makan sahur sampai sejenak lagi akan masuk waktu fajar. Yang demikian ini tidak menjadikan puasa seseorang batal itu batal, sekalipun sahur dilakukan di saat-saat akhir menjelang adzan.

Para ulama juga -berdasarkan hadits ini- mengatakan bahwasanya waktu imsak yg diadakan oleh orang-orang di zaman ini, merupakan pembatasan yg tidak disyariatkan sama sekali. Tidak ada pada zaman Rasulullah pembatasan makan sahur dengan waktu imsak (5-10 menit sebelum fajar terbit), justru sunnahnya adalah mengakhirkan sahur itu sendiri.

Rasulullah bahkan bersabda: “Segerakanlah berbuka puasa dan akhirkanlah sahur”.

Ini adalah beberapa Fawaaid dari hadits ini semoga bermanfaat. Berikut catatan tambahan dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah:

  • Yang dimaksud dengan “Jarak antara sahur dan adzan” adalah; jarak waktu setelah Rasulullah kelar makan sahur sampai dikumandangkannya iqomah Shalat Subuh.
  • Yang dimaksud dengan “jarak waktu seseorang membaca 50 ayat” adalah; waktu yang dihabiskan oleh seseorang yang membaca 50 ayat yang sedang, yaitu ayat yang tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek, dibaca dengan tempo sedang, tidak cepat tidak juga lambat. Kata Syaikh al-Utsaimin: kira-kira 6 menit lamanya.

[Referensi: Tanbiihul Afhaam Syarh Umdatil Ahkam (hal. 419); Al-Hujjah]

 

INILAH MOZAK

Bagaimana Hukumnya Berhubungan Intim di Siang Hari Saat Ramadan?

Membina keluarga dalam islam merupakan kesunnahan, apapun yang dilakukan oleh pasangan suami istri akan mendapatkan ganjaran, asalkan sesuai dengan syariat islam dan tidak melenceng dari ketentuannya. Namun bagaimana hukumnya jika berhubungan intim di siang hari saat berpuasa di bulan Ramadan?

Tak hanya dianjurkan untuk tidak dilakukan, hubungan intim di siang hari sangatlah dilarang dan bisa membuat puasa orang yang melakukannya batal. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Umi Tatu, ibunda Almarhum Ustad Jefri Al Bukhari. Kepada merdeka.com, Umi Tatu mengungkapkan, “Bulan Ramadan itu kan banyak larangannya. Nggak boleh ghibah, nggak boleh bohong apalagi berhubungan intim di siang hari. Kalau berhubungan intim di siang hari saat Ramadan, ini hukumnya ada sendiri. Orang yang melakukan hubungan intim di siang hari harus mengganti puasanya selama 2 bulan berturut-turut di hari lain. Ini tentunya lebih berat lagi kan.”

Apa yang diungkapkan oleh Umi Tatu ini juga sama dengan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari. Abu Hurairah r.a berkata,

Suatu hari kamu duduk-duduk dekat Nabi Muhammad SAW kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau. Pria tersebut mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, celaka aku.’ Rasulullah pun mengatakan, ‘apa yang terjadi padamu?’ Si pria pun menjawab, ‘Aku telah menyetubuhi istriku, padahal aku sedang berpuasa’. Rasulullah pun lantas bertanya, ‘apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?’ Pria itu pun menjawab, ‘tidak’. Rasulullah kembali bertanya, ‘apakah engkau mampu berpuasa selama dua bulan berturut-turut?’ Jawaban pria itu pun tetap tidak. Rasulullah kembali bertanya, ‘apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?’ Jawaban pria tersebut tetap saja tidak.

Saat bersamaan, Abu Hurairah menceritakan bahwa ada seseorang yang memberi hadiah kurma sebanyak satu wadah untuk Rasulullah. Rasulullah pun memanggil si pria dan menyuruh pria tersebut untuk bersedah dengan kurma tersebut. Rasulullah berkata, ‘ambillah kurma ini dan bersedekahlah dengannya.’ Lantas, pria tersebut menjawab, ‘wahai Rasulullah, apakah akan aku berikan kurma ini kepada orang yang lebih miskin dariku, demi Allah, dari ujung timur hingga ujung barat kota Madinah tidak ada yang lebih miskin dari keluargaku.’ Rasulullah pun tersenyum lantas mengatakan, ‘Berikanlah kurma tersebut untuk keluargamu.'(HR. Bukhari dan Muslim).

Dari hadist tersebut bisa diambil pelajaran bahwa berhubungan intim di siang hari saat puasa Ramadan sangatlah dilarang. Kalau memang terlanjur melakukannya, hukumannya adalah memerdekakan budak. Kalau tidak ada budak yang dimerdekakan, diharuskan berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Kalau tidak sanggup melakukannya, diwajibkan untuk memberi makan 60 orang miskin.

Untuk melakukan hubungan intim selama puasa saat Ramadan terutama saat siang memang sangat dilarang. Meski begitu, saat malam yakni setelah berbuka dan sebelum imsak berhubungan intim bagi pasangan suami istri diperbolehkan. Dan agar puasa esok hari tetap sah, diharuskan melakukan mandi wajib/junub sebelum imsak.

Itulah hukum melakukan hubungan di siang hari saat berpuasa di bulan Ramadan. Saat berpuasa, umat muslim tak hanya diwajibkan untuk menahan hawa nafsu dari makan dan minum saja. Lebih jauh, umat muslim juga diwajibkan untuk menahan berbagai hawa nafsu lainnya. Termasuk hawa nafsu untuk melakukan hubungan intim bersama istri atau suami tercinta. Semoga, informasi ini bisa menambah pengetahuan kita semua dan kita pun semakin bijak dalam menjalankan segala perintah Allah atau pun menjauhi segala laranganNya.

Sumber: Vemale

Tinggalkan Dosa dan Kesyirikan!

DALAM pelajaran sirah nabawiyah kali ini, kita kaji tafsir surah Al-Mudattsir yang merupakan wahyu kedua yang turun kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Allah Taala berfirman,

“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabbmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah.” (QS. Al-Mudattsir: 1-7)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam Diingatkan untuk Meninggalkan Dosa dan Kesyirikan

“Dan rujza tinggalkanlah”, yang dimaksud rujza adalah berhala dan awtsan, yaitu segala sesuatu yang disembah selain Allah. Ayat ini maksudnya kita diperintahkan untuk meninggalkannya dan bara (berlepas diri) dari perkataan dan amalan yang ada sangkut pautnya dengan penyembahan kepada selain Allah (kesyirikan). Bisa juga maksud rujza adalah amalan kejelekan seluruhnya, termasuk perkataan jelek. Maka perintah yang dimaksud di sini adalah tinggalkanlah dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar, baik dosa yang nampak maupun yang tersembunyi, termasuk juga di sini meninggalkan kesyirikan dan dosa-dosa lainnya.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam Diperintahkan untuk Bersabar

“Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah”, di sini diperintahkan untuk meraih pahala dengan bersabar. Bersabar di sini dalam tiga bentuk yaitu (1) sabar dalam taat kepada Allah, (2) sabar dalam menjauhi maksiat, (3) sabar dalam menghadapi musibah.

Karena hal-hal di atas benar-benar dijalankan oleh Rasul shallallahu alaihi wa sallam, pantaslah beliau menjadi ulul azmi dari para Rasul. Shalawatullahi wa salaamuhu alaihi wa alaihim ajmain.

Semoga bermanfaat. [Referensi: At-Tashil li Tawil At-Tanzil Tafsir Juzu Tabarak fi Sual wa Jawab; Tafsir As-Sadi; Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK

Habib Ali Al Jufri: Caci Maki Bukan Ajaran Islam

Intisari ajaran Islam adalah menciptakan perdamaian dan menghargai keberagaman. Nilai-nilai toleransi dan sopan santun adalah buah dari keindahan ajaran Islam. Namun mutakhir ini, caci maki dan bahasa kasar acapkali digunakan oleh pemuka agama terutama di mimbar-mimbar keagamaan. Tentu saja hal ini sangat bertentangan dengan misi ajaran Nabi yang ingin membawa Islam sebagai agama yang beradab dan penuh dengan kedamaian.

Habib Ali Al-Jufri menyayangkan para pendakwah yang kerap membawa materi kebencian di mimbar agama tersebut. Menurut Habib Ali AL-Jufri, pendakwah yang isinya selalu memprovokasi umat untuk membenci sesama umat muslim dan umat agama lain adalah pendakwah yang tidak patut diikuti, karena dakwah dengan kebencian sejatinya hanyalah hasutan belaka.

Ulama asal Mekkah yang terkenal karena kedalaman ilmunya itu bersyukur mengenal Islam bukan dengan cara kekerasan. Menurutnya, Islam yang diajarkan secara keras akan berbuah konflik di tengah masyarakat. Jika dakwah disampaikan dengan cara yang santun, maka masyarakat pun akan lebih menerima isi daripada dakwah tersebut.

“Ketika aku mendengar orang bicara atas nama Islam dengan bahasa yang kasar dan caci maki, aku bersyukur kepada Allah tidak memahami Islam lewat lisan mereka,” terang Habib Ali.

Pesan yang dikemukakan oleh Habib Ali mengandung makna Islam adalah agama yang damai dan toleran terhadap semua perbedaan. Sifat yang kasar dan mencaci maki adalah sifat yang tidak diajarakan oleh Nabi, bahkan Nabi tidak sepakat dengan Islam yang disampaikan secara keras tersebut, dan tentu saja dakwah yang keras dan caci maki bukanlah ajaran Islam.

 

ISLAM RAMAH

Habib Ali Al Jufri: Jangan Membenci Umat Agama Lain

Ulama kharismatik asal Arab Saudi, Habib Ali Al Jufri dalam ceramahnya yang diunggah di Youtube menyayangkan tindakan seorang muslim yang mengaku beriman kepada Allah namun membenci makhluk ciptaan-Nya. Menurut Habib Ali, umat Islam yang meyakini kebenaran kalimat La ilaha ilallah pasti akan berperilaku sesuai dengan sifat Allah yang berlandaskan kasih sayang. Rasa kebencian yang timbul sesungguhnya sudah jauh dari akhlak umat muslim itu sendiri.

“Kalimat La ilaha ilallah menyatukan kita semuanya. Orang yang mencintai Allah, tidak akan pernah membenci siapapun termasuk orang kafir sekalipun. Lebih dari itu, dia juga tidak akan membenci saudara-saudaranya sesama muslim meskipun sebagian mereka telah mengkafirkan dirinya,” terang Habib Ali.

Habib yang dikenal karena kesantunan akhlaknya tersebut menegaskan kepada seluruh umat muslim agar menebarkan ajaran agama dengan cinta dan damai. Perbedaan yang bersifat sunnatullah jangan dijadikan alat untuk membenci. Tolok ukur orang yang benar mencintai Allah menurut Habib Ali adalah dia yang selalu menebar kasih sayang dengan sesama makhluk Allah.

Menurut Habib Ali, ketulusan seorang mukmin mencintai Allah dan Rasulnya adalah ketika ia memiliki jiwa dan pikiran yang jernih, sehingga ia tidak pernah memiliki sifat benci terhadap orang lain. “Saudaraku-saudaraku, janganlah sedikitpun kalian membenci mereka! Orang yang benar jujur mencintai Allah dan Rasul-Nya tidak akan pernah membenci,” tegas Habib Ali.

 

ISLAMRAMAH