Hak Tuhan dan Hak Manusia

Sesungguhnya badanmu punya hak atasmu, dan Tuhanmu pun punya hak atasmu dan kepada semua manusia

SUATU  hari, Salman Alfarisi menyambangi keluarga Abu Darda. Alangkah terkejutrya dia, tatkala mendapati Ummu Darda dalam keadaan kucel.

“Mengapa engkau begitu kusut, Ummu Darda,” sapa Salman.

“Abu Darda, saudaramu itu, sekarang sudah tidak tertarik lagi pada dunia,” jawab Ummu Darda kesal.

Salman tersenyum. la lalu mengajak Abu Darda menginap di rumahnya.

Di rumah Salman, tuan rumah menjamu dan mengajak makan tamunya.

Tapi Abu Darda menolak. Saya sedang puasa (sunah). Makanlah sendiri, tidak apa-apa,” katanya.

“Tidak, saya tidak akan makan kecuali engkau pun makan, ucap Salman, yang membuat Abu Darda tak berkutik lagi. Dan mereka pun makan bersama.

Malamnya, usai bertahajud secukupya, Salman melihat saudaranya tak henti-henti shalat malam. Ketika Abu Darda menyelesaikan rakaat yang kesekian puluhnya, Salman memperingatkan. “Tidurlah,” katanya, sambil membimbing Abu Darda ke pembaringan.

Abu Darda menurut. Tapi, setelah Salman keluar dari bilik, Abu Darda bangkit lagi untuk sholat.

Kembali Salman yang mengintip kelakuan Abu Darda, mengajak saudaranya itu tidur. Bahkan sontak mengawasi Abu Darda, Salman turut berbaring di sisinya, hingga mereka tertidur sampai Subuh tiba.

Ketika sarapan, Salman berkata kepada Abu Darda, “Sesungguhnya badanmu punya hak atasmu, dan Rabbmu pun punya hak atasmu. Tamumu juga punya hak atasmu, demikian juga istrimu punya hak atasmu. Maka berikanlah kepada yang berhak sesuai haknya masing-masing.”*(dimuat di Jurnal ISLAMIA)

HIDAYATULLAH

Hidup Sederhana di Era Hedonisme

Artikel ini akan membahas hidup sederhana di era hedonisme.  Pasalnya, hidup sederhana di era gempuran kemewahan atau hedonisme memanglah tidak mudah. Dalam Islam, hidup sederhana disebut qana’ah. Menurut bahasa, qana’ah artinya menerima apa adanya atau tidak serakah.

Sedangkan, secara istilah ialah satu akhlak mulia yaitu menerima rezeki apa adanya dan menganggapnya sebagai kekayaan yang membuat mereka terjaga statusnya dari meminta-minta kepada orang.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki sifat qana’ah adalah orang yang merasa puas dengan apa yang telah ia miliki, dan menerima apapun anugerah yang telah diberikan oleh Allah kepadanya baik banyak ataupun sedikit.

Dijelaskan juga bahwa qana’ah adalah sikap tenang dalam menghadapi hilangnya sesuatu yang ada. Muhammad bin Ali At-Tirmidzi menegaskan bahwa qana’ah adalah menemukan kecukupan di dalam yang ada di tangan. Maksudnya, tidak rakus dan menerima pemberian dari Allah SWT. Qana’ah ini mengajarkan kepada manusia untuk menerima apa yang ada, dan bukan mencari apa yang tidak ada.

Jangan sampai manusia hanya bermalas-malasan, tapi juga harus tetap menegakkan ikhtiar. Jika memang ikhtiar yang dilakukan kurang memuaskan tetaplah tenang dan jangan menggerutu karena orang yang qana’ah ialah orang yang tidak mudah terpengaruh oleh pasang surutnya keadaan dirinya.

Seorang muslim pasti akan mengikuti segala sesuatu yang telah diperintahkan dalam Al-Qur’an maupun Hadits, yaitu selain diharuskan untuk berusaha, berdoa, tawakal, bersabar, bersyukur maka qana’ah lah yang akan menyempurnakan usaha manusia tersebut untuk membatasi hawa nafsu duniawinya.

Qana’ah merupakan modal yang paling teguh untuk menghadapi kehidupan, karena dapat menimbulkan semangat dalam mencari rezeki, dengan tetap memantapkan pikiran, meneguhkan hati, bertawakal kepada Allah, mengharapkan pertolongannya, dan tidak putus asa ketika tidak berhasil atau impian yang diinginkan tidak terwujud.

Ciri-ciri Orang Qana’ah

Orang mukmin yang telah benar-benar hidup qana’ah memiliki hati yang tenang, kehidupan yang tentram, jiwa yang ridha, tidak diliputi kegelisahan atas jatah rezeki yang telah ditetapkan, memiliki rasa syukur atas nikmat Allah.

Sebagaimana ciri-ciri ini telah disebutkan oleh Allah dalam firmannya dalam QS. An-Nahl ayat 97, yaitu:

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Penafsiran para ahli tafsir terhadap kalimat “kehidupan yang baik” (hayatan thayyibah) di dunia adalah menerima pemberian Allah SWT. Menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, bahwa “kehidupan yang baik” (hayatan thayyibah) itu bukan berarti kehidupan yang mewah yang luput dari ujian, tetapi ia adalah kehidupan yang diliputi oleh rasa lega, kerelaan, serta kesabaran dalam menerima cobaan dan rasa syukur atas nikmat Allah.

Dengan demikian, yang bersangkutan tidak merasakan takut yang mencekam, atau kesedihan yang melampaui batas, karena dia selalu menyadari bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik.

Ciri-ciri selanjutnya ialah menghilangkan rasa tamak dan rakus serta memiliki sifat dermawan dan mengutamakan orang lain. Sikap ini yang dimiliki oleh orang-orang mukmin dari golongan Anshar dalam menerima dan menolong menolong saudara-saudara mereka orang-orang Muhajirin yang miskin.

Kemuliaan Orang Qana’ah atau Hidup Sederhana dan Apa Adanya

Allah pun telah menjamin dan memuliakan bagi siapapun yang memiliki sifat qana’ah. Di antara orang yang qana’ah ialah orang yang paling kaya merasa bahagia karena tidak pernah iri terhadap orang lain. Nabi SAW menyebutkan, bahwa orang yang qana’ah hidupnya akan bahagia.

Seorang dikatakan beruntung tatkala memperoleh apa yang diinginkan dan disukai serta selamat dari segala yang mendatangkan ketakutan dan kekhawatiran, dalam hadis di atas Rasulullah SAW mengaitkan keberuntungan dengan tiga hal yaitu keislaman, kecukupan rezeki, dan sifat qana’ah, karena ketiganya seseorang akan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat.

Di dalam Al-Qur’an pun Allah berfirman bahwa orang yang berbuat baik dan memiliki sifat qanâ’ah akan mendapatkan kemuliaan. Sebagaimana dalam QS. Al-Insan ayat 7 ;

يُوفُونَ بِٱلنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُۥ مُسْتَطِيرًا

Artinya: Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.

Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya menyebutkan beberapa sifat orang-orang abrar (berbuat kebaikan), yaitu mereka menunaikan nazarnya, memberikan makanan yang sangat diperlukan dan disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.

Inilah keikhlasan orang-orang abrar yang menyatakan bahwa mereka berbuat baik hanya untuk mengharapkan ridha Alla semata, tidak menghendaki balasan dan tidak pula mengharapkan ucapan terima kasih.

Jiwa keikhlasan dan sifat qana’ah atau hidup sederhana yang mereka miliki sangat besar, karena kesabaran mereka dalam berbuat kebaikan, ketabahan menahan diri dari godaan nafsu, dan terkadang harus menahan lapar dan kurang pakaian (kerena berbuat sosial dalam keadaan miskin), sehingga mereka mendapatkan kemuliaan di sisi Allah yaitu Allah memelihara mereka dari kesusahan dan memberikan kepada mereka keceriaan wajah dan kegembiraan hati.

Tampak pada wajah mereka kegembiraan yang berseri-seri sebagai tanda kepuasan hati karena anugerah Allah yang telah mereka terima. Allah juga memberi mereka ganjaran karena kesabaran mereka dengan surga dan pakaian sutera.

Demikian penjelasan kemuliaan hidup sederhana di era hedonisme. Semoga bermanfaat. (Baca juga: Empat Tingkatan Kondisi Hati Manusia).

Tulisan ini telah terbit di Bincangmuslimah.com

Zikir Petang

Ibnul Qayyim rahimahullahu menyebutkan lebih dari 100 faedah berzikir atau mengingat Allah ‘Azza Wajalla dalam kitab beliau Al-Waabil Al-Shayyib (hlm. 41). Di antara faedah-faedah tersebut adalah:

Pertama: Menghalau gangguan setan.

Kedua: Allah azza wajalla akan mencintai orang-orang yang gemar berzikir.

Ketiga: Menghilangkan kegalauan di dalam hati.

Keempat: Menumbuhkan kebahagiaan dan kelapangan.

Kelima: Menguatkan raga dan jiwa seorang mukmin.

Keenam: Mencerahkan wajah dan hati.

Ketujuh: Seorang yang gemar berzikir akan nampak berwibawa, nyaman, dan tentram. Dll.

Allah ‘Azza Wajalla juga menyebutkan kriteria hamba yang berakal adalah mereka yang senantiasa memanfaatkan waktu untuk berzikir atau mengingat Allah. Dalam keadaan duduk maupun berdiri. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’” (QS. Ali Imran: 191)

Hal ini juga mencakup zikir yang diperintahkan untuk dikerjakan di waktu-waktu tertentu, seperti saat pagi dan petang hari. Sebagaimana dalam firman-Nya,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (QS. Ali Imran: 41)

Kapan zikir petang dikerjakan?

Di luar anjuran bahwa hendaknya seorang hamba sesegera mungkin mengerjakan kebaikan, maka zikir pagi dan petang memiliki batasan waktu tertentu yang hendaknya dipatuhi.

Para ulama berbeda pendapat tentang batasan waktu zikir pagi dan petang. Ibnul Qayyim rahimahullahu memiliki pandangan (lihat Al-Waabil Al-Shayyib, hlm. 200) bahwa waktu pagi dan petang yang dimaksud dalam ayat,

فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ

Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya).” (QS. Qaaf: 39)

adalah setelah subuh hingga terbit matahari dan setelah asar hingga terbenam matahari.

Sementara Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu memiliki pandangan berbeda dengan mengatakan,

وأذكار المساء من حين أن تصفر الشمس (منتصف العصر) إلى منتصف الليل أو قريباً منه

Dan zikir petang dikerjakan sejak semburat sinar matahari mulai menguning (pertengahan asar) hingga pertengahan malam atau sebelumnya.” (Fataawa Nuur ‘Alad Darb no. 350)

Perbedaan ini teramat luas, akan tetapi semua ulama berpendapat sama akan dianjurkannya menyegerakan zikir pagi dan petang.

Bacaan-bacaan zikir petang

Bacaan-bacaan yang dianjurkan dibaca ketika zikir petang adalah sebagai berikut:

Pertama: Taawuz

Kedua: Ayat Kursi (satu kali)

اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardhi man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa khalfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’, wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardho walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapa yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar. (QS. Al-Baqarah: 255)

Ketiga: Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas (3 kali)

Al-Ikhlas

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ * اللهُ الصَّمَدُ * لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ * وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Katakanlah, ‘Dialah Allah, Yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.’” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Al-Falaq

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai (waktu) subuh dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Serta dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.’” (QS. Al-Falaq: 1-5)

An-Nas

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَهِ النَّاسِ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ

Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan (Ilah) manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada-dada manusia. Dari golongan jin dan manusia.’” (QS. An-Nas: 1-6)

Keempat: Membaca (1 kali)

أمسينا وأمسى الملك لله. وَالْحَمْدُ للهِ، لَا إِلَهَ إِلَاّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذَا الْيَومِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ (3). وَأعوذ بِكَ من شَرِّ مَا فِي هَذَا الْيَومِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ، وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مَنْ عَذَابٍ فِي النَّار وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ

Amsaina wa amsal mulku lillahi wal hamdu lillah laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai’inq qadir, Rabbi as’aluka khaira maa fi hazihil lailah wakhaira maa ba’daha wa a’udzubika min syarri maa fii hazihil lailah wa syarri ba’daha. Rabbi  a’udzubika minal kasali wasuu’ ul kibari, Rabbi a’dzubika min ‘azabi fin naari wa ‘azabi fil qabri.

Kami telah memasuki waktu sore dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji hanya milik Allah. Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar, kecuali Allah Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabb, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang ada di malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan keburukan di hari tua. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di kubur.” (HR. Muslim 4/2088)

Kelima: Membaca (1 kali)

اللهم بك أمسينا، وبك أصبحنا وبك نحيا، وبك نموت وإليك المصير

Allahumma bika amsainana wabika ashbahna wabika nahyaa, wabika namuutu wa ilaikal mashiir

Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan kehendak-Mu kami hidup dan dengan rahmat dan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu tempat kembali (bagi semua makhluk).” (HR. At Tirmidzi 3/142)

Keenam: Membaca (1 kali)

اللَّهُمَ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَاّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَاّ أَنْتَ

Allahumma anta Rabbi laa ilaaha illa anta, khalaqtani wa ana ‘abduka,wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mas tatha’tu, a’udzubika min syarri maa shana’tu, abuu’u laka bini’matika ‘alayya wa abuu’u bizanbi faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuba illa anta

Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar), kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan (apa) yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa, kecuali Engkau.” (HR. Bukhari 7/150, An-Nasai 9752, dan At-Tirmidzi 3391)

Ketujuh: Membaca (4 kali)

اللهم إني أمسيت أُشْهِدُكَ وَأُشْهِدُ حَمَلَة عَرْشِكَ، وَمَلَائِكَتَكَ وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ، أَنَّكَ أَنتَ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَاّ أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُولُك

Allahumma inni amsaitu usyhiduka wa usyhidu hamalata ‘arsyika, wamalaa’ikataka, wajami’i khalqika, annaka antallahu laa ilaaha illa anta wahdaka laa syariikalaka, wa anna muhammadan ‘abduka warusuuluka

Ya Allah, sesungguhnya di waktu sore ini aku mempersaksikan Engkau, malaikat yang memikul Arsy-Mu, malaikat lain dan seluruh makhluk-Mu. Bahwa Engkau adalah Allah yang tiada ilah yang berhak disembah, kecuali Engkau. Engkau Mahaesa dan tiada sekutu bagi-Mu. Dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.” (HR. Abu Dawud 4/317)

Kedelapan: Membaca (1 kali)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسألُكَ الْعَفْوَ والْعَافِيةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسألُكَ الْعَفْوَ وَالَعَافِيَةَ: فِي دِيْنِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ، وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بِينَ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَن أُغْتَالَ مِن تَحْتِي

Allahumma inni as’alukal ‘afwa wal-‘aafiyata fid dun yaw al-aakhirah, allahumma as’alukal ‘afwa wa ‘aafiyata fii diini wa dunyaaya wa ahlii wa maali, allahummastur ‘auraati wa aamin rau’aati, allahummahfadzniy min baini yadayya, wamin khalfii, wa ‘an yamiini, wa ‘an syimaali, wamin fauqi, wa a’udzu bi ’adzamatika an ughtaala min tahti.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tentramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri, dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan ke dalam bumi).” (HR. Abu Dawud secara Mauquf 4/321)

Kesembilan: Membaca (1 kali)

اللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالْشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّموَاتِ والأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَاّ إِلَهَ إِلَاّ أَنْتَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي سُوءاً، أَوْ أَجُرَّهُ إِلى مُسْلِم

Allahumma ‘aalimal ghaibi wasy syahadah faatiras samaawaati wal ardh, Rabba kulli syai’in wamaliikahu, asyhadu an laa ilaaha illa anta, a’udzubika min syarri nafsii, wamin syarrisy syaithani wa syirkihi, wa an aqtarifa ‘ala nafsii suu’an aw ajurruhu ila muslim

Ya Allah Yang Mahamengetahui yang gaib dan yang nyata, wahai Rabb Pencipta langit dan bumi, Rabb atas segala sesuatu dan Yang Merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar, kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, setan, dan ajakannya menyekutukan Allah (aku berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan atas diriku atau mendorong seorang muslim kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi 3/142)

Kesepuluh: Membaca (3 kali)

بِسْمِ اللهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيءٌ فِي الأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّميْعُ الْعَلِيمُ

Bismillahillazi laa yadhurru ma’as mihi syai’un fil ardhi wala fis samaa’ wahuwas sami’ul ‘aliim

Dengan menyebut nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada satu pun yang membahayakan, baik di bumi maupun di langit. Dialah Yang Mahamendengar dan Maha mengetahui.” (HR. Abu Dawud 4/323 dan At-Tirmidzi 5/425)

Kesebelas: Membaca (3 kali)

رَضَيتُ بِاللهِ رَبّاً، وَبِالإِسْلَامِ دِيْناً، وَبِمُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم – نَبِياً

Radhitu billahi rabban, wabil islami diinan, wabi muhammadin shallallahu ‘alaihi wasallam nabiyyan

Aku rida Allah sebagai Rabbku (untukku dan orang lain), Islam sebagai agamaku, dan Muhammad صلي الله عليه وسلم sebagai Nabiku (yang diutus oleh Allah).” (HR Ahmad 4/337).

Kedua belas: Membaca (1 kali)

يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَين

Yaa hayyu ya qayyum, birahmatika astaghits, wa ashlih lii sya’nii kullahu, wala takilni ilaa nafsi tharfata ‘ainin abadan

Wahai Rabb Yang Mahahidup, Wahai Rabb Yang Mahaberdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku, dan jangan diserahkan (urusanku) kepada diriku sendiri, meskipun hanya sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (HR. Hakim 1/545 dan dinilai Mauquf oleh Adz-Dzahabi)

Ketiga belas: Membaca (100 kali)

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ

Subhaanallahu wabihamdihi

Mahasuci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya.” (HR. Muslim 4/2071)

Keempat belas: Membaca (10 atau 1 kali)

لَا إِلَهَ إِلَاّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير

Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai inq qadiir

Tiada ilah yang berhak disembah, kecuali Allah. Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (HR. Abu Dawud 4/319 dan Ahmad 4/60)

Kelima belas: Membaca (3 kali)

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ الله التَّامَّاتِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ

A’udzu bikalimaatillahi taammaatim min syarri maa khalaqa

Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala macam keburukan yang diciptakan-Nya.” (HR. Ahmad 2/290)

Keenam belas: Membaca (10 kali)

اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma shalli wa sallim ala nabiyyina muhammadin

Semoga keselamatan dan rahmat Allah senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Muhammad.” (HR. Thabrani dan dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat-Tarhib 1/273)

Semoga Allah Ta’ala mudahkan kita untuk merutinkan zikir-zikir di atas. Barakallahu fiikum.

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/79891-zikir-petang.html

Benarkah Baca Surat Al-Waqiah Dapat Melancarkan Rezeki?

BENARKAH surat Al-Waqiah dapat melancarkan rezeki? Tentunya, kita sering mendengar tentang hal tersebut. Dijelaskan oleh Ustaz Farid Nu`man, ada hadis shahih dan dhaif tentang membaca surat ini.

Benarkah Baca Surat Al-Waqiah Dapat Melancarkan Rezeki?

Ada pun yang shahih adalah:

شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَالْوَاقِعَةُ وَالْمُرْسَلَاتُ وَعَمَّ يَتَسَاءَلُونَ وَإِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ

“Aku telah dibuat beruban oleh Surat Hud, Al Waqi’ah, Al Mursalat, ‘Amma yatasaa aluun, serta idzasysyamsu kuwwirat.”

(HR. At Tirmidzi no. 3297, kata Imam At Tirmidzi: HASAN. Dalam Shahihul Jaami’ no. 3723, dikatakan: SHAHIH)

Kenapa rambut Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai beruban karena surat-surat ini? Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah mengatakan:

وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم ذلك لما ورد في هذه السور من التخويف من عذاب الآخرة، وذكر صفات الجنة.

Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengatakan hal itu karena pada ayat-ayat ini terdapat kandungan menakut-nakuti terhadap azab akhirat dan menceritakan tentang gambaran surga.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 13140)

Ada pun hadits yang dhaif tentang Al Waqi’ah, misalnya:

من قرأ سورة الواقعة في كل ليلة لم تصبه فاقة أبداً

Barang siapa yang membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan pernah ditimpa kefakiran selamanya.

(HR. Al Baihaqi, dari Ibnu Mas’ud)

Para ulama menyatakan hadits ini dhaif (lemah) dan cacat. Imam Al Munawiy Rahimahullah mengatakan:

وفيه أبو شجاع قال في الميزان: نكرة لا يعرف ثم أورد هذا الخبر من حديثه عن ابن مسعود قال ابن الجوزي في العلل: قال أحمد: هذا حديث منكر وقال الزيلعي تبعا لجمع: هو معلول من وجوه أحدها الانقطاع كما بينه الدارقطني وغيره الثاني نكارة متنه كما ذكره أحمد الثالث ضعف رواته كما قال ابن الجوزي الرابع اضطرابه وقد أجمع على ضعفه أحمد وأبو حاتم وابنه والدارقطني والبيهقي وغيرهم

Pada sanadnya terdapat Abu Syuja’. Disebutkan dalam Al Mizan: “Munkar dan tidak dikenal.” Lalu dia menyampaikan hadits ini dari Ibnu Mas’ud.

Ibnul Jauzi menyebutkan dalam Al ‘Ilal: “Berkata Imam Ahmad: hadits ini Munkar.”

Az Zaila’iy mengumpulkan cacat pada hadits ini:

1. Terputus sanadnya seperti yang dijelaskan Ad Daruquthniy dan lainnya.

2. Matannya munkar seperti yang dikatakan Imam Ahmad

3. Lemah para perawinya seperti yang dikatakan Ibnul Jauzi.

4. Idhtirab (guncang).

Para ulama sepakat kedhaifan hadits ini seperti Ahmad, Abu Hatim dan anaknya, Ad Daruquthniy, Al Baihaqi, dan lainnya.

(Lihat Faidhul Qadir, 6/201)

Demikian. Wallahu a’lam.[ind/alfahmu/Cms]

CHANEL MUSLIM

Empat Penyebab Dilancarkannya Rezeki

Memiliki rezeki yang berlimpah dan berkah menjadi impian bagi setiap umat Islam. Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Zadul Ma’ad 4/378 membagikan empat penyebab dilancarkannya rezeki.

Selain berikhtiar dengan maksimal, kita juga bisa melakukan empat hal ini agar hasil yang kita dapatkan juga maksimal.

Shalat Malam adalah Penyebab Dilancarkannya Rezeki

Penyebab yang pertama adalah shalat malam.

Dilansir dari postingan akun instagram @zulkiflima, terdapat hadis yang menyatakan keutamaan shalat malam.

Rasulullah bersabda, “Di malam hari, terdapat satu waktu yang tidaklah seorang Muslim memanjatkan doa kepada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya.

Tepat dengan waktu tersebut, Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya.” (HR. Bukhari no. 757)

Kedua, memperbanyak istigfar.

Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang sabar, benar, tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur. (Q.S. Ali-Imran: 17)

Sedekah dan Berdzikir

Ketiga, membiasakan bersedekah.

“Katakanlah, sesungguhnya, Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya, di antara hamba-hamba-Nya.

Menyempitkan bagi (siapa
yang dikehendakinya) dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.

Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Q.S. Saba’: 39)

Keempat, membiasakan diri berdzikir pagi dan petang.

Allah berfirman, “Dan bertabislah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya.

Dia mengeluarkan dari kegelapan kepada cahaya yang terang. Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab: 42-43)

Itulah keempat sebab datangnya rezeki. Mari kita berusaha untuk melakukan empat kebaikan di atas agar rezeki kita selalu dilancarkan oleh Allah. [Ind/Camus]

CHANEL MUSLIM

3 Amalan saat Keluar Rumah supaya Mendatangkan Rezeki dan Berkah

terdapat beberapa amalan saat keluar rumah yang mendatangkan rezeki serta keberkahan. Apa saja, sih, amalan tersebut?

Dihimpun dari aplikasi Apa Doanya, berikut beberapa amalan saat keluar rumah yakni berupa doa sebagaimana diajarkan Nabi ﷺ.

1 Amalan saat keluar rumah: Berdoa

Ketika keluar rumah bacalah doa sahih berikut ini:

بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

Bismillaah, tawakkaltu ‘alallaah, laa haula wa laa quwwata illaa billaah

“Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.” (HR Abu Dawud nomor 5095, Turmudzi 3426, dan disahihkan Syekh Al Albani)

Dalam hadis dari Anas bin Malik, Nabi ﷺ menjelaskan keutamaan doa ini:

“Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca ‘Bismillaah, tawakkaltu ‘alallaah, laa haula wa laa quwwata illaa billaah’, maka disampaikan kepadanya, ‘Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi kebutuhannya, dan kamu dilindungi.’ Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya. Lalu salah satu setan berkata kepada temannya, ‘Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi’”.

Makna “disampaikan kepadanya” yang menyampaikan adalah malaikat. Malaikat itu mengatakan kepada orang yang membaca doa ini ketika keluar rumah, “Wahai hamba Allah, kamu telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.” (Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi, 9/271)

2 Amalan saat keluar rumah: Doa lainnya

Ada juga doa sahih lainnya yang bisa dibaca ketika keluar rumah, sebagaimana diajarkan Rasulullah ﷺ. Berikut doanya:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ

Allaahumma innii a’uudzu bika an adhilla au udholla, au azilla au uzalla, au azhlima au uzhlama, au ajhala au yujhala ‘alayya

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (setan atau orang yang berwatak setan), berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya (orang), dan berbuat bodoh atau dibodohi.” (HR Abu Dawud nomor 5094, Nasai 5486, Ibnu Majah 3884, dan disahihkan Syekh Al Albani)

Berdasarkan riwayat dari Ummu Salamah, beliau menceritakan, “Setiap kali Rasulullah ﷺ keluar dari rumahku, beliau mengarahkan pandangannya ke langit, kemudian berdoa: Allaahumma innii a’uudzu bika an adhilla au udholla, au azilla au uzalla, au azhlima au uzhlama, au ajhala au yujhala ‘alayya.”

Doa ini menunjukkan bagaimana ketergantungan Nabi Muhammad ﷺ kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sekalipun beliau seorang nabi, beliau tetap memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala.

Doa ini dibaca persis ketika di luar rumah, sambil menengadahkan pandangan ke langit, sebagaimana yang dituturkan Ummu Salamah.

3 Amalan saat keluar rumah: Mencari nafkah, didoakan malaikat

Dikutip dari Rumaysho, dijelaskan bahwa doa malaikat untuk orang-orang yang keluar rumah mencari rezeki halal sangatlah mustajab. Di antara doanya, makaikat akan mendoakan yang memerhatikan nafkah keluarga dan gemar sedekah agar mendapatkan ganti dan memperoleh keberkahan.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, ‘Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).’ Malaikat yang lain berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah (memberi nafkah).’ (HR Bukhari nomor 1442 dan Muslim 1010)

Itulah beberapa amalan saat keluar rumah sehingga bisa mendatangkan rezeki dan keberkahan. []

SUMBER: OKEZONE/ ISLAMPOS

Khutbah Jumat: Lima Karakter Pemuda Ideal

Di antara karakter pemuda ideal  adalah mereka yang berani menyatakan yang haq (benar) itu haq (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah) dan siap menghadapi resiko

Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil

Berkaitan dengan Hari Sumpah Pemuda, Khutbah Jumat kali ini membahas karakteristik pemuda ideal dan pilihan. Pemuda ideal yang memiliki keberanian dan siap bertanggung jawab serta menanggung risiko ketika mempertahankan keyakinannya.

Khutbah Jumat Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Bangsa Indonesia memiliki satu hari yang bersejarah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Yaitu lahirnya pertemuan para pemuda dari berbagai daerah.

Mereka mencari solusi terbaik bagi kemerdekaan Republik Indonesia. Hari itu kita kenal sebagai Hari Sumpah Pemuda yang jatuh tiap tanggal 28 Oktober.

Semangat juang para pemuda dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan patut kita acungi jempol. Dengan keadaan yang serba darurat dan fasilitas yang minim, tidak mengendorkan semangat berkorban yang berkobar di dada.

Jauh sebelum itu semua, telah lahir dari rahim sejarah Islam, pemuda-pemuda ideal, sehingga Rasul ﷺ pernah bersabda, “Para pemuda bersekutu denganku dan orang tua memusuhiku.” Perjuangan dakwah Rasul ﷺ tidak bisa dilepaskan dari dukungan kawula muda. Di sana muncul Babul `Ilm (pintu ilmu) Sayidina Ali bin Abi Thalib, Sayidina Usamah bin Zaid, Sayidina Abdullah bin Abbas sang Turjumanul Qur`an (juru bicara Al-Quran) dan masih banyak lagi.

Ali misalnya, ia menjadi pahlawan di beberapa peperangan. Bahkan perang Khaibar menjadi saksi bisu atas kepahlawanannya. Pernah diriwayatkan bahwa beliau berkata, “Demi jiwa anak Abu Thalib yang berada di tangan-Nya, seandainya aku terkena seribu hantaman pedang, hal itu lebih ringan ketimbang aku harus mati di atas ranjang.” Lain pula dengan Usamah bin Zaid. Dia dipercaya sebagai panglima pasukan yang diutus melawan negara super power saat  itu, Romawi. Begitu juga dengan Abdullah bin Abbas. Kedalaman ilmunya dan ketajaman pikirannya menjadikan sosok yang satu ini begitu terasa istimewa.

Namun, lambat laun para pemuda muslim mulai terseret ke pusaran yang merusak nilai-nilai keluhuran. Hari ini, kita saksikan dengan mata kepala kita betapa banyak kasus tawuran antara pemuda, pemakaian dan pengedaran Narkoba, dan hubungan seks bebas. Keadaan semacam ini melahirkan bencana sosial dan moral.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Jamaah shalat Jumat

Berkaitan dengan Hari Sumpah Pemuda, kita temukan setidaknya lima karakteristik pemuda ideal itu. Pertama, memiliki keberanian. Pemuda ideal adalah pemuda yang berani menyatakan yang haq (benar) itu haq (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah). Lalu, siap bertanggung jawab serta menanggung risiko ketika mempertahankan keyakinannya.

Contohnya adalah pemuda bernama Nabi Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala kecil, lalu menggantungkan kapaknya di leher berhala yang paling besar, untuk memberikan pelajaran kepada kaumnya bahwa menyembah berhala itu (tuhan selain Allah ﷻ) sama sekali tidak ada manfaatnya.

Kedua, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan serta keyakinan. Artinya, seorang pemuda yang baik tidak pernah berhenti belajar dan menuntut ilmu.

Ketiga, selalu berusaha untuk mencari komunitas dalam bingkai keyakinan dan kekuatan akidah yang lurus, seperti pemuda-pemuda Ashabul Kahfi yang dikisahkan Allah ﷻ pada surah al-Kahfi [18] ayat 13-25. Jadi, berkelompok bukan untuk hura-hura atau sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

Para pemuda ideal mempunyai karakter persatuan, keguyuban, dan menyukai kebersamaan. Sayangnya, kebersamaan dan loyalitas yang diberikan oleh sebagian pemuda kita justru untuk melakukan tindakan-tindakan negatif.

Maraknya Geng Motor yang meresahkan masyarakat merupakan secuil contohnya. Ditambah aksi kriminal dengan melakukan pembegalan yang sarat dengan kekerasan dan kezaliman.

Ashhabul-Kahfi berjamah dalam menentang kemunkaran dan memperjuangkan agama serta keyakinannya sampai titik darah terakhir. Loyalitas yang mereka berikan adalah wujud persembahan dan ketulusan seorang hamba pada Tuhannya.

Keempat, selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusila. Hal ini seperti kisah Nabi Yusuf dalam surah Yusuf [12] ayat 22-24. Kisah Nabi Yusuf sangat layak dijadikan pegangan para pemuda.

Di usia yang masih muda belia, Yusuf berhasil menjadi pujaan wanita di zamannya karena ketampanan wajahnya yang menyihir. Berbagai godaan dan rayuan mesra ia tampik sembari berlindung kepada Allah ﷻ.

Kelima, tidak pernah menyerah dengan rintangan dan hambatan. Hal itu dicontohkah pemuda Muhammad ﷺ yang menjadikan tantangan sebagai peluang hingga ia menjadi pemuda yang  bergelar Al-Amin (terpercaya) oleh masyarakatnya.

Sejak kecil, Nabi Muhammad ﷺ telah bekerja dengan kedua tangannya, membanting tulang memeras keringat sebagai ikhtiyar mencari karunia Allah ﷻ yang terhampar di muka bumi. Beliau tidak duduk manis, berpangku tangan menunggu uluran tangan orang lain namun justru beliau membantu mengurangi beban penderitaan orang lain.

Sosok pemuda seperti Nabi Muhammad ﷺ yang seharusnya diteladani oleh para remaja, para pemuda kita, sehingga mempunyai etos kerja dan usaha yang profesional, yang baik dan mumpuni. Lewat etos kerja dan usaha itulah, dalam usia yang sangat muda gemblengan Rasulullah ﷺ telah mampu memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap Islam dan umat Islam.

Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, sosok pemuda ideal yang dicontohkan oleh tokoh-tokoh yang kami sebutkan di atas diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi para pemuda Indonesia. Eksistensi pemuda memang sangat penting. Jatuh bangunnya sebuah peradaban tergantung pada potensi yang dimiliki para pemudanya. Tidak heran jika Sayyidna Abdullah bin Abbas suatu saat pernah berkata,

مَا بَعَثَ اللهُ نَبِياًّ إِلاَّ وَهُوَ شَابٌّ وَلاَ أُوْتِيَ العِلْمَ عاَلِمٌ إِلاَّ وَهُوَ شَابٌّ

“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali ia seorang pemuda dan tidak pula seseorang diberi ilmu oleh Allah kecuali ia adalah pemuda.”

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Jumat kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Khutbah Jumat: 5 Karakteristik Pemuda ini dikeluarkan, DPC Rabithah Alawiyah Kota Malang. Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI

HIDAYATULLAH

Cara Rasulullah Menjaga Kebersihan Masjid

Di antara tempat yang sangat diperhatikan oleh Rasulullah Saw adalah masjid. Tidak hanya dari segi kemakmuran dan keramaian jemaah yang melaksanakan shalat berjamaah setiap waktu, namun juga beliau sangat memperhatikan mengenai kebersihan dan keindahan masjid. Artikel ini akan membahas cara Rasulullah menjaga kebersihan masjid.

Dalam kitab Muhammad Al-Insan Al-Kamil, Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki menuturkan mengenai perhatian Rasulullah Saw terhadap kebersihan dan keindahan masjid ini. Di antaranya adalah dengan mengangkat seseorang yang bertugas untuk mengurusi kebersihan masjid. Di Indonesia biasanya lebih dikenal dengan istilah marbot.

Untuk menjaga kebersihan masjid, Rasulullah Saw sangat senang bila ada sahabat yang bersedia untuk menjaga kebersihan masjid, bahkan ada sebagian sahabat yang diperintah langsung oleh beliau untuk menjaga dan mengurusi kebersihan masjid.

Ini bisa kita saksikan di dalam hadis Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah, dia berkisah;

أن رجلا أسود أو امرأة سوداء كان يقم المسجد فمات فسأل النبي صلى الله عليه وسلم عنه فقالوا مات قال أفلا كنتم آذنتموني به دلوني على قبره أو قال قبرها فأتى قبرها فصلى عليها

Sesungguhnya orang laki-laki hitam atau perempuan hitam sehari-hari mengurusi masjid kemudian dia meninggal. Suatu ketika Nabi Saw bertanya tentang orang tersebut. Para sahabat menjawab; Dia meninggal. Nabi Saw berkata; Kenapa kalian tidak memberitahu aku mengenai kematiannya? Tunjukkan kepadaku kuburannya. Kemudian Nabi Saw mendatangi kuburannya dan shalat di dekat kuburannya.

Selain itu, beliau juga memerintahkan seseorang untuk membakar kemenyan di sekitar masjid agar masjid menjadi wangi. Di antara sahabat yang pernah diberi tugas oleh Rasulullah Saw untuk membakar kemenyan adalah sahabat yang bernama Nu’aim. Kemudian dia mendapat julukan Al-Mujmir, tukang bakar kemenyan.

Sayid Muhammad Al-Maliki dalam kitab Muhammad Al-Insan Al-Kamil berkata sebagai berikut;

وكان هناك رجل مخصوص يتولى تبخير المسجد وهو نعيم المجمر وسمي بالمجمر نسبة الى هذه الوظيفة

Di sana ada sahabat khusus yang bertugas membakar kemenyan masjid, yaitu Nu’aim Al-Mujmir. Dia dijuluki dengan Al-Mujmir karena sesuai dengan tugas yang diemban tersebut.

Untuk menjaga kebersihan masjid, Rasulullah Saw juga memerintahkan kepada para sahabat agar tidak membuang kotoran di masjid, seperti dahak dan lainnya. Bahkan beliau sendiri pernah membersihkan masjid dari kotoran dahak.

Ini sebagaimana hadis riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari Anas, dia berkata;

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى بُصَاقًا فِي الْمَسْجِدِ فَحَكَّهُ بِيَدِهِ

Nabi Saw melihat ludah di masjid. Lalu beliau membersihkannya dengan tangannya.

Demikian cara Rasulullah Saw dalam menjaga kebersihan masjid. Selain memerintahkan sahabat yang khusus menjaga kebersihan masjid, juga beliau membersihkan masjid sendiri bila terlihat ada kotoran di dalam masjid.

BINCANG SYARIAH

Doa Agar Terhindar dari Kefakiran; Diajarkan Rasulullah Pada Imam Al-Qasthalani dalam Mimpi

Dalam kitab Al-Nafahat Al-Ilahiyah Fi Al-Shalati ‘ala Khair Al-Basyariyah, Syaikh Abdullah bin Al-Shiddiq Al-Ghummari menyebutkan sebuah riwayat bahwa suatu ketika Imam Al-Qasthalani bermimpi bertemu Rasulullah Saw dan mengadukan keadaan beliau yang fakir. Maka Rasulullah Saw kemudian mengajarkan sebuah doa agar terhindar dari  kefakiran.

Lafadz doanya adalah sebagai berikut;

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَهَبْ لَنَا اَللّٰهُمَّ مِنْ رِزْقِكَ اْلحَلاَلِ الطَّيِّبِ اْلمُبَارَكِ مَا تَصُوْنُ بِهِ وُجُوْهَنَا عَنِ التَّعَرُّضِ إِلَى اَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ وَاجْعَلِ لَنَا اَللّٰهُمَّ إِلَيْهِ طَرِيْقًا سَهْلاً مِنْ غَيْرِ تَعَبٍ وَلَا نَصَبٍ وَلاَمِنَّةٍ وَلاَتَبِعَةٍ وَجَنِّبْنَا اللّٰهُمَّ اْلحَرَامَ حَيْثُ كَانَ، وَأَيْنَ كَانَ، وَعِنْدَ مَنْ كَانَ، وَحُلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ أَهْلِهِ، وَاقْبِضْ عَنَّا أَيْدِيَهُم يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Ya Allah, semoga Engkau melimpahkan rahmat dan salam kepada pemimpin kami Nabi Muhammad dan keluarganya, dan anugerahilah kami rizki-Mu yang halal, baik, serta diberkahi, yang Engkau jaga dengan rizki tersebut wajah-wajah kami sehingga kami tidak berpaling kepada makhluk-Mu.

Jadikanlah, ya Allah, bagi kami jalan yang mudah atas rizki kami dengan tanpa tanpa kesukaran, tanpa kelelahan, dan tidak meminta-minta kepada orang lain. Dan jauhkanlah kami, ya Allah, dari yang haram bagaimanapun, apapun, dan dimanapun, serta pada siapapun.

Lepaskanlah ikatan antara kami dan orang-orang tersebut, dan genggamlah dari kami tangan-tangan mereka, wahai Dzat Yang Maha Paling Pengasih dari semua yang mengasihi.

Syaikh Abdullah bin Al-Shiddiq Al-Ghummari sebagai berikut;

رأى أبو عبد الله القسطلاني النبي صلى الله عليه وسلم في النوم وشكى إليه الفقر فقال له قل: اللهم صل على محمد وعلى آل محمد وهب لنا اللهم من رزقك الحلال الطيب المبارك ما تصون به وجوهنا عن التعرض إلى أحد من خلقك واجعل لنا اللهم إليه طريقا سهلا من غير تعب ولا نصب ولا منة ولا تبعة، وجنبنا اللهم الحرام حيث كان وأين كان وعند من كان وحل بيننا وبين أهله واقبض عنا أيدهم يا أرحم الراحمين.

Imam Al-Qasthalani bermimpi bertemu Nabi Saw di dalam tidur dan mengadukan keadaan fakirnya kepada Nabi Saw. Lalu Nabi Saw berkata kepadanya; Ucapkanlah ‘Alloohumma sholli wa sallim ‘alaa muhammadin wa ‘alaa ali muhammad. Wa hab lanaa, alloohumma, min rizqikal halaalith thoyyibil mubaaroki maa tashuunu bihii wujuuhanaa ‘anit ta’arrudhi ilaa ahadin min kholqika. 

Waj’allanaa, alloohumma, ilaihi thoriiqon sahlan min ghairi ta’abin walaa nashobin walaa minnatin wa laa tabi’atin. Wajanibnaa, allohumma, alharooma haitsu kaana wa aina kaana wa ‘inda man kaana. Wahul bainanaa wa baina ahlihii waqbidh ‘annaa andiyahum, birohmatika yaa arhamar roohimiin.

Demikianlah doa agar terhindar dari kefakiran. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Saat Manusia Sekarat, Setan …

PADA saat maut tiba, setan sangat antusias menghadapi hal ini agar kesempatan tersebut tidak luput darinya.

Dalam Shahih Muslim disebutkan dari Jabir Ibn Abdullah bahwa Rasulullah ﷺ  bersabda, “Sungguh setan mendatangi salah seorang kalian dalam setiap situasi dan kondisi bahkan pada saat makan. Dan jika kunyahan makanan salah seorang kalian jatuh, hendaklah ia membersihkan bagian yang kotor lalu memakannya dan tidak membiarkannya dimakan setan. Jika ia telah selesai makan hendaklah ia menjilat jari-jarinya, karena ia tidak tahu di makanan yang mana terdapat keberkahan.”

Para ulama menyebutkan bahwa setan mendatangi manusia pada saat-saat genting itu dengan menyamar sebagai ayah, ibu atau orang lain yang dikenal sambil memberi naeshat dan mengajak untuk masuk agama Yahudi, Nasrani atau agama lain yang bertentangan dengan Islam.

Pada saat itulah Allah menggelincirkan orang-orang yang telah ditakdirkan sengsara. Inilah makna ayat, “(Mereka berdo’a), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau member petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).’”

Abdullah, putra Imam Ahmad ibn Hanbal, berkisah, “Aku menyaksikan wafatnya ayahku, dan di tanganku ada kain lap untuk mengusap jenggotnya yang lebat. Pada saat itu beliau pingsan kemudian sadar, lalu beliau berkata sambil menunjuk dengan tangannya, “Tidak, enyahlah! Tidak, enyahlah!”

Ia melakukan hal itu berulang-ulang.

Lalu aku bertanya kepadanya, ‘Hai ayahku, apa yang engkau lihat?’

Ia menjawab, ‘Setan berdiri di dekat terumpahku sambil menggigit ujung jari, dan berkata, “Hai Ahmad, ikutilah bujuk rayuku!”

Akupun berkata, ‘Tidak, enyahlah! Tidak, enyahlah, sampai aku matipun!’

Al-Qurthubi berkata: “Aku mendengar guru kami, Imam Abu al-Abbas Ahmad ibn Umar al-Qurthubi, berkata, ‘Aku menyaksikan ketika saudaraku, Syekh Abu Ja’far Ahmad ibn Muhammad al-Qurthubi, sedang sekarat, di Cordova. Dikatakan kepadanya, ‘Ucapkanlah la ilaaha illa Allah.’ Namun, jawaban yang keluar dari mulutnya, ‘Tidak! Tidak!’

Saat ia siuman, kami menceritakan hal itu kepadanya. Ia pun bercerita, ‘Datang dua setan di sebelah kanan dan kiriku. Salah satunya berkata, ‘Matilah dalam keadaan beragama Yahudi, karena Yahudi adalah agama terbaik.’

Yang satunya berkata, ‘Matilah dalam keadaan Nasrani, karena Nasrani adalah agama terbaik.’

Akupun menjawab, ‘Tidak! Tidak!’

Menurut Ibn Taimiyah, kejadian seperti ini tidak mesti berlaku sama bagi setiap orang. Bahkan pada sebagian orang, ditawarkan lebih dari dua agama sebelum matinya.

Sedangkan sebagian lagi malah tidak ditawarkan. Ini semua termasuk fitnah kehidupan dan fitnah kematian yang kita ajurkan untuk menyebutkan bahwa setan sering menggoda manusia pada saat sekarat, karena saat itu adalah waktu hajat.

Beliau berdalil dengan hadis, “Amal itu tergantung penghujungnya.” Nabi saw bersabda, “Seorang hamba beramal dengan amalan ahli surga, namun ketika jarak antara dia dan tinggal sehasta, takdir mendahuluinya, sehingga ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka masuk nerakalah ia. Seorang hamba beramal dengan amalan ahli neraka, namun ketika jarak antara dirinya dengan neraka tinggal sehasta, takdir mendahuluinya, sehingga ia beramal dengan amalan ahli surga, maka masuk surgalah ia.”

Karena itu beliau menyampaikan, “Setan itu paling keras upayanya dalam menggoda anka Adam adalah saat sekarat. Ia berkata kepada kawan-kawannya, ‘Perhatikan dia, sebab bila ia luput, maka selamanya kalian tidak dapat mengambil keuntungan darinya.’” []

Sumber: Ensiklopedia Kiamat/ Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi

ISLAMPOS