Adab Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an

Adab Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an

Salah satu perbuatan yang sangat dianjurkan dalam Islam dan orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala adalah mendengarkan lantunan bacaan al-Quran. Lantas, apa saja etika-etika atau adab mendengarkan bacaan al-Qur’an?

Al-Quran sebagai kitab suci yang sangat agung memiliki etika dan adab tersendiri, tidak hanya bagi orang yang membaca dan membawanya, tapi juga bagi orang yang mendengarkan bacaan-bacaannya. Hal itu tidak lain agar orang yang mendengarkan juga bisa meraih manfaat dan pelajaran dari isi yang ada di dalamnya.

Adab Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an

Syekh Hasanain Muhammad Makhluf dalam kitabnya yang berjudul Al-Qur’an Adabu Tilawatih wa Sima’ih menjelaskan bahwa adab orang mendengarkan bacaan al-Quran itu sangat banyak, di antaranya adalah, (1) memperhatikan bacaannya; (2) menumbuhkan kesadaran dalam dirinya; (3) mendengarkan dengan seksama; dan (4) diam.

4 adab di atas menurutnya berdasarkan dirman Allah swt dalam al-Quran, yaitu:

وَإِذَا قُرِئ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf [7]: 204).

Menurut Syekh Hasanain, beberapa adab di atas tidak lain agar orang yang mendengarkan bisa mendapatkan manfaat yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, orang yang mendengarkan harus benar-benar memperhatikan agar ia bisa merenungkan (tadabbur) makna yang terkandung dalam al-Quran. (Syekh Hasanain, Adabu Tilawatih wa Sima’ih, halaman 40).

Senada dengan penjelasan di atas, Syekh Dr. Musa Ibrahim dalam kitabnya juga menjelaskan pentingnya memperhatikan adab-adab dalam mendengarkan, terkhusus merenungkan maka yang ada di dalamnya. Sebab, hanya dengan memperhatikan adab tersebut seseorang akan mendapatkan manfaat dari al-Quran,

وَمِنْ أَدَابِ سِمَاعِ الْقُرْاَنِ أَنْ يُحْسِنَ الْمُسْتَمِعُ الْاِصْغَاءَ اِلَيْهِ لِيَتَحَقَّقَ لَهُ التَّدَبُّرُ وَالتَّفَكُّرُ فِي أَيَاتِهِ

“Termasuk adab-adab mendengarkan al-Quran adalah orang yang mendengarkan harus benar-benar memperhatikan (bacaannya) agar ia bisa merenungkan dan memikirkan ayat-ayat di dalamnya.”

Tidak hanya itu, menurut Syekh Musa, orang mu’min sejati adalah orang-orang yang ketika mendengar bacaan al-Qur’an akan bertambah keimanan dalam hatinya, sebagaimana ditegaskan dalam al-Quran, Allah swt berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sungguh orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfal [8]: 2).

Menurut Syekh Musa, getaran hati dan bertambahnya iman disebabkan mendengarkan bacaan al-Quran sebagaimana dalam firman tersebut, tidak akan didapatkan oleh orang-orang yang mendengarkannya apabila mereka tidak mendengarkan dengan fokus dan tidak berusaha untuk merenungkan makna yang ada di dalamnya. (Syekh Musa, Buhutsu Manhajiyah fi Ulumil Quranil Karim, [Dar Immar: tt] halaman 219).

Demikian penjelasan perihal adab mendengarkan bacaan al-Quran. Semoga bermanfaat. Wallhu a’lam. 

BINCANG SYARIAH