Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu: #2 Ikhlaskan Niatmu

Bismillah..

Kita semua menyadari, bahwa ikhlas adalah syarat yang tak bisa ditawar agar amal ibadah kita diterima Allah, disamping juga harus bersama syarat yang kedua yaitu sesuai tuntunan Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- (Mutaaba’ah). Dan tak ada seorang muslimpun yang meragukan, bahwa menuntut ilmu agama, mempelajari ilmu untuk mengenal syariat Allah, adalah amal ibadah yang luar biasa istimewa. Bagaimana tidak, sementara seluruh ibadah butuh pada ilmu?! Tanpa ilmu, kita buta dalam beribadah. Bisa-bisa seorang meyakini suatu amalan adalah ibadah, padahal tak sedikitpun bernilai ibadah di mata Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ

Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).

Menuntut ilmu adalah jalan menuju surga, kemudian masih diragukan sebagai ibadah?!

Mustahil…!

Maka sepatutnya para penuntut ilmu menyadarkan hatinya, menghiasi hatinya, dengan semerbak niat dan rasa, bahwa saat ia sedang berjuang menuntut ilmu, saat itulah ia sedang berada dalam ibadah yang sangat agung. Ini sebenarnya dapat menjadi motivasi yang sangat manjur, agar selalu bisa semangat dan istiqomah dalam menuntut ilmu.

Setelah kita meyakini, bahwa menuntut ilmu adalah ibadah, maka ketahuilah sahabat sekalian, bahwa menuntut ilmu juga butuh keikhlasan. Agar lelah letih yang kita jalani dalam masa belajar ini, berbuah pahala dan rahmad Allah yang agung. Berbuah surganya yang mulia.

Allah berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan segala ibadah hanya untuk-Nya (Ikhlas), dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-bayyinah : 5)

Dan.. ilmu yang kita peroleh terberkahi.

Syaikh Sholih Al-Ushoimi -hafidzahullahا- menasehatkan,

وما سبق من سبقو ولا وصل من وصل من السلف الصالحينو الا بالاخلاص لله رب العالمين

Tidaklah para salafussholih itu unggul dan sampai pada derajat ilmu (yang tinggi), melainkan karena sebab ikhlasnya mereka saat menuntut ilmu, karena mengharap pahala Allah tuhan semesta alam.

(Lihat : Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, hal. 11)

Anda ingin benar dimuliakan oleh ilmu, ternyata ikhlaslah kuncinya.

Bahkan, Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi masih dihalaman yang sama dari kitab Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, sampai mengatakan,

وانما ينال المرء العلم على قدر اخلاصه

Seorang itu mendapatkan jatah ilmu, sebanyak kadar ikhlasnya.

Bagaimana Cara Ikhlas Dalam menuntut Ilmu?

Pertanyaan sangat bagus. Setelah kita tahu bahwa ikhlas adalah syarat mutlak diterimanya ibadah menuntut ilmu kita di sisi Allah, dan menjadi sebab berkahnya ilmu yang kita dapat, iman dalam hati kita membuat jiwa ini penasaran,

Apa gerangan cara agar menuntut ilmuku ikhlas?

Berikut ini caranya :

Niatkanlah menuntut ilmu anda untuk :

Pertama, Mengusir kebodohan dari diri sendiri,

Kedua, Mengusir kebodohan dari orang lain, dengan mengajari mereka ilmu yang dapat memperbagus agama dan akhirat mereka.

Ketiga, Niatkan untuk menjaga kelestarian ilmu.

Keempat, Niatkan untuk mengamalkan ilmu.

(Lihat : (Lihat : Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, hal. 12)

Empat hal di atas, juga sudah menjadi niat kita dalam menuntut ilmu, saat itulah anda telah ikhlas dalam menuntut ilmu.

Mereka Tak Merasa Telah Ikhlas

Membaca kisah-kisah para salafussholih terdahulu memang menyimpan pesan-pesan unik dan mulia. Kita tak meragukan bagaimana ikhlas dan takwanya mereka -wala nuzakki ‘alallahi ahada-. Namun, sangat menarik sekali, mereka selalu saja meras belum ikhlas. Tak seorangpun diantara mereka yang berani bicara, “Aku sudah ikhlas..!!”

Imam Ahmad pernah ditanya, “Apakah anda telah menuntut ilmu ikhlas karena Allah?”

Jawaban beliau,

لله! عزيز, ولكنه شيء حبب إلي فطلبته

“Karena Allah?! Itu perkara besar!! Hanya saja, aku telah dibuat cinta kepada belajar. Sehingga aku terus menuntut ilmu.”

Ikhlas dalam menuntut ilmu, bukan perkara sepele. Kata Imam Ahmad, “ Aziiiz! Besaaar…!” Beliau tak sampai hati mengklaim diri beliau telah ikhlas.

Kenapa?

Ternyata justeru dengan merasa belum ikhlas seperti inilah, kita dapat ikhlas, dan dapat menjaga ikhlas.

Hati kita lemah, syahwat cinta pujian, cinta popularitas (riya’, ‘ujub dan sum’ah), begitu kuat menyambar-nyambar. Dia buas dan siaga, untuk mengoyak-oyak keikhlasan kita. Sampai seorang terkena ancaman megerikan ini :

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Siapa menuntut ilmu yang seharusnya ditujukan hanya mengharap wajah Allâh ‘Azza Wa Jalla, namun ternyata ia tidak menuntut ilmu kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia, maka ia tidak akan mencium bau Surga pada hari Kiamat.

(HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, Shahîh ath-Targhib, no. 105)

Lagi…!

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mewanti-wanti :

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ

Siapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan pandangan-pandangan manusia kepadanya, maka Allâh akan memasukkannya ke neraka.

(HR. At-Tirmidzi, Shahîh at-Targhîb, no. 106)

Na’udzubillah min dzaalik…

Dengan menghadirkan perasaan inilah (merasa belum ikhlas), kita dapat selalu siaga dan waspada, terhadap musuh-musuh ikhlas, yaitu riya, ‘ujub dan sum’ah.

Imam Sufyan Ats-Tsauri (wafat pada th 161 H), sampai pernah mengatakan,

ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي لأنها تتقلب عليَّ

“Aku tak pernah mengobati sesuatu yang lebih berat daripada memperbaiki niatku. Karena niatku terus berubah-ubah.”

Sulaiman Al Hasyimi mengungkapkan pengalamannya,

“Terkadang, saat aku menyampaikan satu hadits, dalam diriku hanya ada satu niat saja (ikhlas). Setelah aku beralih pada bagian hadits yang lain (masih dalam hadis yang sama), berubahlah niatku. Ternyata, untuk menyampaikan satu hadits saja butuh banyak perbaikan niat.”

(Lihat : (Lihat : Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, hal. 13)

Lihatlah bagaimana waspadanya mereka…

Semoga Allah memberi kita taufik untuk dapat ikhlas dalam menuntut ilmu dan setiap ibadah.

Baca juga serial pertama tulisan ini : https://muslim.or.id/41419-agar-aku-sukses-menuntut-ilmu-1-bersihkan-wadah-ilmu-hati.html

***

Ditulis oleh : Ahmad Anshori Lc

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/42469-agar-aku-sukses-menuntut-ilmu-2-ikhlaskan-niatmu.html