Akhir Pekan yang Panas di Masjidil Haram

Seorang bapak tampak menggandeng dua anak laki-laki masuk ke dalam Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Ketiganya tampak mengenakan ihram putih.

Si ayah mengulurkan plastik kepada seorang anaknya. Anak tersebut menyambut dan memasukkan sandalnya ke dalam plastik tersebut. Begitu pula dengan anaknya yang kedua. Lalu, si ayah melakukan hal serupa. Selanjutnya, mereka masuk ke dalam Masjid Haram melalui Baabul Malik Fahad.

Shubuh baru saja lewat di Masjid Haram pada Jumat (21/8). Langit masih tampak biru dan belum terlihat semburat jingga, tapi Baitullah sudah terlihat ramai. Ayah dan anak tersebut bukan satu-satunya keluarga yang mengisi akhir pekan dengan beribadah di Masjid Haram. Keluarga-keluarga lain juga memanfaatkan pelataran Masjid Haram untuk bercengkerama.

Jumat memang merupakan hari pertama akhir pekan di Arab Saudi. Tidak seperti di Indonesia yang mempunyai hari libur kerja pada Sabtu-Ahad. Hari libur di Arab Saudi adalah Jumat dan Sabtu sehingga hari kerja dimulai dari Ahad hingga Kamis.

Jika banyak keluarga di Jakarta mengisi akhir pekan di taman seperti Monumen Nasional (Monas), maka keluarga di Makkah pergi ke Masjid Haram. Masjid pun menjadi ruang berinteraksi. Berbagai aktivitas pun dilakukan keluarga-keluarga itu untuk menikmati Jumat pagi di Masjid Haram.

Sebagian membawa anaknya dengan pakaian ihram untuk beribadah seperti si bapak dengan dua anaknya. Namun, ada pula keluarga yang membawa anak-anaknya ke Masjid Haram untuk aktivitas lain seperti rekreasi. Hampir di setiap sudut pelataran Masjid Haram terdapat anak-anak asyik bermain.

Seorang anak kecil berkaos kuning dan bercelana pendek tampak berlarian dengan anak laki-laki lain. Si anak berkaos kecil memiliki tubuh lebih kecil daripada si anak laki-laki lainnya.
Sembari tertawa, si kecil berlarian untuk menghindari kejaran si anak laki-laki yang bertubuh lebih besar. Si kecil sesekali berhenti untuk memancing si besar untuk mendekat. Dia langsung berlari ketika si besar mendekat.

Tidak jauh dari mereka, dua orang perempuan dan seorang laki-laki sedang mengobrol sembari menggelar kudapan. Sesekali, mata satu dari dua orang perempuan itu melihat ke arah dua anak tersebut. Dia tampak mengawasi.

Di sudut lain, empat orang anak, dua laki-laki dan dua perempuan, juga saling bertukar canda. Tawa lepas terlihat dari wajah-wajah mungil itu. Dua orang perempuan dewasa juga duduk tidak jauh dari anak-anak tersebut.

Ada pula seorang anak berusia remaja membantu ayahnya mengambil air zam-zam dalam wadah berukuran lima liter. Ada empat wadah yang dia bawa bersama si ayah. Tak cuma untuk minum, beberapa orang juga terlihat menggunakan air zam-zamu untuk membahasi wajah dan kepalanya.

Air zam-zam memang mudah ditemukan di semua pojok kompleks Masjid Haram. Di pelataran, air zam-zam disediakan dalam bentuk pancuran sehingga orang dengan mudah mengisi ulang botol-botol mereka. Namun, ada pula yang dalam bentuk dispenser. Air zam-zam sanggup melepas dahaga ketika suhu di Makkah mulai naik.

Rombongan kecil keluarga ini mulai berkurang ketika suhu mulai naik seiring dengan ‘pergerakan’ matahari. Pada pukul 06.00 Waktu Arab Saudi, papan pengukur temperatur di Baitullah menunjukkan 35 derajat Celsius. Udara yang hangat dengan sapuan angin membuat Makkah terasa sejuk.‎

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 10.00 Waktu Arab Saudi‎, suhu meningkat menjadi 44-45 derajat Celsius. Udara panas pun mulai terasa di kulit.

Pancaran sinar matahari membuat beberapa orang memilih mengenakan kacamata hitam. Sebagian lainnya memicingkan mata menghindari teriknya matahari. Namun, hembusan angin membuat keringat tidak tinggal berlama-lama di kulit.‎

Kendati demikian, semakin siang justru jamaah semakin ramai. Panas tidak menyurutkan jamaah masuk ke dalam Masjid Haram.

Jamaah dari berbagai negara terlihat masuk memadati Masjid Haram. Mereka dapat dengan mudah dikenali dari atributnya seperti jahitan bendera di kain ihram atau tas. Ada juga yang mengenakan gelang dengan aksara khas negara mereka.

Para jamaah tersebut didominasi dari Bangladesh, Pakistan, Mesir, dan Tiongkok bergegas untuk melakukan ibadah umrah. Sebagian besar berjalan dalam kelompok kecil empat sampai lima orang hingga kelompok besar sebanyak 20 orang.

Jamaah haji Indonesia gelombang pertama baru akan memasuki Makkah pada 30 Agustus 2015. Saya pun tidak sabar menunggu mereka datang ke Baitullah. Seperti halnya jamaah dari negara lain, jamaah asal Indonesia juga akan dikenali melalui atributnya, yaitu batik.

Namun, apapun atributnya dan bentuk simbol yang dipertukarkan, keindahan Masjid Haram adalah kita menuju tempat yang sama dan menyembah Allah SWT yang satu.

 

sumber: Republika Online