teroris

Aksi Terorisme Sangat Bertentangan dengan Jalan Dakwah Rasulullah

Beberapa hari lalu Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri berhasil menangkap 11 terduga teroris yang tergabung dalam jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Merauke, Papua. Mereka diduga hendak melakukan aksi terorisme berupa bom bunuh diri di beberapa gereja di Indonesia Timur, seperti di Merauke, Jagebob, Kurik, Semangga, dan Tanah Miring.

Padahal Islam sendiri secara tegas mengharamkan aksi terorisme, baik berupa penembakan, bom bunuh diri, maupun kekerasan lainnya. Aksi terorisme secara nyata bertentangan dengan maqasid asy-syariah (tujuan syariat Islam) karena menimbulkan kemudaratan (seperti kekacauan, kerusakan, ketakutan, kesedihan, dan lainnya) dan mencegah terwujudnya kemaslahatan (seperti keamanan, kedamaian, dan lainnya).

Selain itu, kekerasan (terorisme) atas nama agama sangat bertentangan dengan dakwah awal Rasulullah saw. yang mengubah kebiasaan buruk orang-orang jahiliah. Dalam hal ini, orang-orang jahiliah suka menyembah berhala, bercerai berai, berperang, dan tidak punya kasih sayang kepada sesama (‘Umar ‘Abd al-Jabbar, Khulashah Nur al-Yaqin fi Sirah Sayyid al-MursalinJuz I: 18).

Adapun Rasulullah saw. mengajak mereka menyembah Allah, meninggalkan peperangan, mewujudkan persatuan, dan saling menyayangi satu sama lain (hlm. 19). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa para teroris adalah orang-orang jahiliah modern. Sebab, meskipun para teroris tidak menyembah berhala, tetapi mereka “menyembah” ideologi mereka yang keras, sempit, tertutup, dan buruk. Sehingga mereka suka bercerai berai, berperang, dan tidak punya kasih sayang kepada sesama.

Wahai Para Teroris, Mari Meneladani Rasulullah saw. secara Kaffah

Habib Jindan bin Novel dalam ceramahnya di Proppo, Pamekasan, Madura (2020) mengajak umat Islam agar meneladani Rasulullah saw. dalam segala aspek, seperti dakwah, jihad, amar makruf nahi mungkar, dan lainnya. Artinya, seorang Muslim yang ingin berdakwah, berjihad, atau amar makruf nahi mungkar harus meniru dakwah, jihad, atau amar makruf nahi mungkar Rasulullah saw., bukan berdasarkan dorongan nafsunya sendiri.

Makanya, umat Islam wajib membaca sejarah hidup Rasulullah saw. agar mengetahui akhlaknya, baik mengenai dakwah, jihad, amar makruf nahi mungkar, maupun lainnya. Menurut beberapa literatur (seperti Ihya’ Ulum ad-Din karya Imam al-GazaliWasa’il al-Wushul ila Syama’il ar-Rasul saw. karya Syekh Yusuf bin Isma‘il an-Nabhani, Mawlid ad-Diba‘i karya Imam ad-Diba‘i), Rasulullah saw. adalah orang yang paling agung akhlaknya, penyayang, lemah lembut, pemurah, dan pengampun; tidak pernah mencaci maki; tidak pernah menaruh kebencian dan niat buruk kepada Muslim manapun; dan tidak pernah memukul siapapun kecuali dalam peperangan di jalan Allah.

Ketika berada di Mekah, misalnya, Rasulullah saw. berdakwah dengan ramah dan lemah lembut selama sepuluh tahun. Meskipun orang-orang kafir Quraisy menentang, mengganggu, dan bahkan menyakitinya, tetapi beliau tetap menghadapi mereka dengan kesabaran, kelembutan, kemurahan hati, dan pengampunan (Khulashah Nur al-Yaqin, hlm. 43 & 26). Padahal, menurut Habib Jindan bin Novel, Rasulullah saw. adalah orang yang paling tahu makna “asyidda’u ‘ala al-kuffar (bersikap keras terhadap orang-orang kafir)” dan paling paham makna “jihad”. Oleh karena itu, alangkah indahnya jika semua umat Islam meneladani dakwah Rasulullah saw. tersebut.

Wahai Para Teroris, Jika Kalian Betul Mencintai Allah, Maka Ikutilah Rasulullah saw.

Allah berfirman: “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah Mencintaimu dan Mengampuni dosa-dosamu (Ali ‘Imran (3): 31).” Ayat ini secara jelas dan tegas memerintahkan umat Islam agar mengikuti Rasulullah saw. dalam menuju Allah. Menurut Imam al-Bushiri dalam kasidah al-Burdah, setiap orang yang mengikuti dan berpegang teguh kepada Rasulullah saw., maka dia mengikatkan diri kepada tali yang tidak akan terputus selama-lamanya (da‘a ilallahi fa al-mustamsikuna bihi # mustamsikuna bi hablin gairi munfashimi).

Di sisi lain, Allah menyebutkan secara jelas dan tegas bahwa Rasulullah saw. adalah suri teladan yang agung (al-Ahzab (33): 21). Oleh karena itu, setiap orang yang mengharapkan rida Allah dan kebahagiaan hidup di akhirat harus mengikuti Rasulullah saw. Mengikuti Rasulullah saw. sama saja dengan mengikuti al-Qur’an. Sebab, akhlak Rasulullah saw. adalah al-Qur’an itu sendiri, sebagaimana disebutkan dalam hadis (Syekh Yusuf bin Isma‘il an-Nabhani, Wasa’il al-Wushul ila Syama’il ar-Rasul saw., 2002: 196). Makanya, tidak heran jika Allah memuji akhlak Rasulullah saw. sebagai budi pekerti yang luhur (al-Qalam (68): 4). Wa Allah A‘lam wa A‘la wa Ahkam…

BINCANG SYARIAH