Allah Sangat Menyukai Hamba yang Optimistis

Allah memerintahkan manusia untuk menjauhi sikap putus asa, berbuat sebaik-baiknya.

Sikap optimistis merupakan hal yang positif. Tak hanya itu, sikap optimistis ini ternyata kerap disinggung dalam dalil baik itu di Alquran maupun hadis. Isyarat itu menunjukkan bahwa Allah sangat menyukai hamba-hamba-Nya yang bersikap seperti itu.

Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Husnuzh Zhanni Billah menyebut, terdapat 151 teks baik berupa ayat maupun hadis yang menyinggung soal optimistis. Allah memerintahkan manusia untuk menjauhi sikap putus asa, berbuat sebaik-baiknya dan berbaik sangka pada Allah.

Dari teks-teks tersebut, beliau menjabarkan, manusia akan mendapatkan kenyataan bahwa teks tentang janji untuk membalas perbuatan yang baik, jauh lebih besar jumlahnya daripada teks tentang ancaman karena melakukan dosa. Artinya, Allah sangat menggemari hamba-hambaNya yang bekerja dan bersikap dengan pondasi optimistik.

Di sisi lain, Syekh Aidh al-Qarni dalam kitabnya La Tahzan menjabarkan, rasa cinta dan kasih Allah kepada hambaNya sangatlah besar. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya dalil-dalil yang menjanjikan rahmat. Jumlah dalil-dalil itu, menurut beliau, bahkan jauh lebih banyak daripada dalil mengenai sanksi.

Sikap optimistis merupakan hal yang positif. Tak hanya itu, sikap optimistis ini ternyata kerap disinggung dalam dalil baik itu di Alquran maupun hadis. Isyarat itu menunjukkan bahwa Allah sangat menyukai hamba-hamba-Nya yang bersikap seperti itu

Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Husnuzh Zhanni Billah menyebut, terdapat 151 teks baik berupa ayat maupun hadis yang menyinggung soal optimistis. Allah memerintahkan manusia untuk menjauhi sikap putus asa, berbuat sebaik-baiknya dan berbaik sangka pada Allah.

Dari teks-teks tersebut, beliau menjabarkan, manusia akan mendapatkan kenyataan bahwa teks tentang janji untuk membalas perbuatan yang baik, jauh lebih besar jumlahnya daripada teks tentang ancaman karena melakukan dosa. Artinya, Allah sangat menggemari hamba-hambaNya yang bekerja dan bersikap dengan pondasi optimistik.

Di sisi lain, Syekh Aidh al-Qarni dalam kitabnya La Tahzan menjabarkan, rasa cinta dan kasih Allah kepada hambaNya sangatlah besar. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya dalil-dalil yang menjanjikan rahmat. Jumlah dalil-dalil itu, menurut beliau, bahkan jauh lebih banyak daripada dalil mengenai sanksi.

Musibah, cobaan, serta tantangan hidup yang dialami manusia sesungguhnya telah Allah atur sedemikian rupa sesuai dengan kadar kemampuan manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan dengan sebuah dalil:

“La yukallifullahu nafsan, illa wus-aha,”. Yang artinya: “Tidaklah Allah berikan beban (cobaan) kepada seseorang kecuali berdasarkan kadar dan kemampuan orang tersebut,”. Dan harus dipahami bahwa, terdapat hal-hal yang tersembunyi di balik Allah dalam menentukan kadar tertenu bagi setiap sesuatu.

KHAZANAH REPUBLIKA