Bagaimana Jika Dimusuhi dan Disakiti?

SIAPA yang tak sedih jika dimusuhi dan tak sakit jika disakiti? Setiap orang berkehendak memiliki banyak sahabat dan saudara yang baik, namun faktanya adalah bahwa tak semuanya berniat dan berperilaku baik.

Sejarah mencatatkan kisah permusuhan antarsahabat dan keluarga sehingga ada sebutan musuh dalam selimut. Tidak semua yang kita kenal baik-baik dan menampakkan tampilan baik itu adalah betul-betul baik, sehingga muncul istilah musang berbulu domba. Bagaimanakah sikap kita jika kita adalah korban?

Mungkin ada banyak kemungkinan pilihan sikap. Yang paling lazim adalah sikap menangis dalam diam. Banyak orang yang mempersepsi sikap seperti ini sebagai sikap lemah. Sikap lainnya adalah melawan dan membalas sikap musuh dan perilaku menyakitkan dari lawan. Banyak orang mempersepsi sikap ini sebagai sikap jantan. Benarkah? Kata para guru, tak semua diam itu lemah, kadang diam itu adalah perlawanan terkuat yang memiliki daya dahyat di luar duga.

Namun adakah sikap yang lebih baik, lebih bermanfaat dan lebih Islami dibandingkan dua pilihan tersebut di atas? Ibnu Qayyim al-Jawziyyah dalam kitabnya, Bada’i’ al-Fawa’id juz 2 halaman 232 berkata: “Saat seorang hamba diserang, disakiti atau ditindas musuh-musuhnya, tak ada sikap yang lebih bermanfaat dalam menghadapinya dibandingkan dengan TAUBAT NASUHA.”

Bertaubat adalah langkah terbaik. Apa maknanya? Ada banyak makna di balik nasehat ini. Di antaranya adalah bahwa bisa jadi perlakuan tak nyaman dari orang lain kepada kita adalah buah dari dosa dan kesalahan yang kita lakukan sebelumnya. Allah menegur kita dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengirimkan surat teguran melalui orang yang memusuhi kita. Bisa pula bermakna bahwa taubat merupakan langkah bagus untuk mengundang cinta dan kasih sayang Allah. Bisa juga bermakna bahwa orang yang bersih dari dosa akan selalu diselamatkan oleh Allah dari berbagai ketaknyamanan.

Mulai saat ini, mari kita belajar untuk melawan perilaku tak nyaman dari orang lain kepada kita dengan bertaubat, bukan dengan berteriak dan menuding-nuding, apalagi mengeluarkan jurus kelahi yang dibungkus dengan nafsu amarah. Salam AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK