Beginilah Perasaan Takut Para Sahabat Kepada Allah

Ibnu Umar r.a. sering menangis karena takut kepada Allah Swt. Demikian seringnya ia menangis, sehingga matanya buta. Suatu hari dia melihat seseorang memperhatikannya dengan penuh keheranan, karena seringnya menangis. Dia berkata, “Sepertinya engkau heran melihat saya menangis. Sungguh, matahari pun menangis karena takut kepada Allah.”

 

“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah seperti kulit yang merah.” (Qs. ar Rahman [55]: 37)

Maka bulu roma si pembaca itu berdiri tegak dan dia menangis terisak-isak sambil berkata, “Aduh, apakah yang akan terjadi pada diriku apabila langit terbelah (hari Kiamat)? Sungguh malang nasibku. ” Nabi saw. berkata kepadanya, “Tangisanmu menyebabkan para malaikat pun ikut menangis bersamamu.

Seorang sahabat Anshar duduk termenung sambil menangis setelah shalat Tahajjud. Dia berkata, “Sungguh saya takut kepada api neraka Jahanam yang telah disediakan Allah.” Rasulullah saw. bersabda, “Engkau telah membuat para malaikat menangis.”

Abdullah bin Rawahah r.a. adalah seorang sahabat. Pada suatu hari ia menangis dengan sedihnya. Melihat keadaan itu, istrinya turut menangis bersamanya. Dia bertanya kepada istrinya, “Mengapa kamu menangis?” Istrinya menjawab, “Apa yang menyebabkan engkau menangis, itulah yang menyebabkan saya menangis.” Abdullah r.a. berkata, “Ketika saya ingat bahwa saya harus menyeberangi neraka melalui Shirat, saya tidak tahu apakah saya akan selamat atau tidak.” (Qiyamul Lail)

Zurarah bin Aufa r.a. suatu hari sedang shalat di Masjid, dia terjatuh dan meninggal dunia seketika setelah membaca ayat berikut:

“Maka apabila ditiup sangkakala, maka yang demikian itu adalah suatu hari yang sulit. ” (Qs. Al Muddatstsir [74]: 8 – 9)

Khulaid rah.a. dalam shalatnya dia membaca ayat al Quran berikut ini:

“Setiap jiwa pasti akan merasakan maut,” (Qs. al‘Ankabut [29] : 57)

Dia mengulangi ayat di atas beberapa kali, tiba-tiba terdengar seseorang berkata kepadanya,; “Berapa kali engkau akan mengulangi ayat itu? Bacaanmu telah menyebabkan kematian empat jin.”

Seseorang menulis dalam kisahnya, ketika membaca ayat:

“Maka mereka dikembalikan kepada Allah, Rabb mereka Yang Maha Benar.” Ketika sampai pada ayat ini, maka terdengar suara teriakan dan menggelepar, kemudian meninggal. Kisah seperti ini banyak sekali terjadi.

Fudhail rah.a. adalah seorang waliyyullah yang sangat terkenal. Ia berkata, “Rasa takut kepada Allah selamanya akan membawa kepada kebaikan.”

Syibli rah.a. pernah berkata, ”Jika saya dalam keadaan takut kepada Allah, maka akan terbukalah rahasia hikmah dan ‘ibrah kepada saya. Demikian terbukanya rahasia itu, sehingga seakan-akan terbukanya pintu Surga.”

Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa Allah Swt. berfirman, “Aku tidak akan mengumpulkan dua ketakutan kepada seorang hamba. Jika ia tidak takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan memberikan rasa takut kepadanya kelak di akhirat. Dan jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan menghilangkan baginya rasa takut di akhirat.”

Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang yang takut kepada Allah, maka segala sesuatu akan takut kepadanya. Dan seseorang yang takut kepada selain Allah, maka ia akan takut kepada segala sesuatu.”

Yahya bin Mu’adz rah.a. berkata, “Seandainya seseorang takut kepada neraka sebanyak ketakutannya kepada kemiskinan, maka ia akan langsung masuk surga.

Abu Sulaiman Darani rah.a. berkata, “Kecelakaan bagi jiwa yang kosong dari rasa takut kepada Allah.”

Rasulullah saw. bersabda, “Wajah yang dibasahi air mata karena takut kepada Allah, walaupun sedikit, akan diselamatkan dari api neraka.” Beliau pun bersabda, “Apabila hati seorang Muslim bergetar karena takut kepada Allah, gugurlah dosa-dosanya seperti daun-daun kering berguguran.” Beliau bersabda lagi, “Jika seseorang menangis karena takut kepada Allah Swt., maka dia tidak akan masuk neraka, seperti tidak mungkinnya air susu masuk kembali ke putingnya.”

Uqbah bin Amir r.a. bertanya kepada Nabi saw., “Tunjukanlah kepada Saya jalan ke arah keselamatan.” Nabi saw. menjawab, “Jagalah lidahmu dan tinggallah di rumah sambil menangis menyesali dosa-dosamu.

Aisyah r.a. bertanya kepada Rasulullah saw., “Adakah di antara pengikut-pengikutmu yang akan memasuki Surga tanpa hisab?” “Ya,” jawab Nabi, “Ia adalah orang yang banyak menangis karena menyesali dosa-dosa yang telah ia lakukan.”

Rasulullah saw. bersabda, “Ada dua jenis tetesan yang sangat disukai Allah Swt., tetesan air mata karena takut kepada-Nya dan tetesan darah karena berjuang di jalan-Nya.” Menurut sebuah hadits, ada tujuh golongan manusia yang akan dilindungi di bawah naungan Arasy Ilahi pada hari Kiamat. Salah satunya adalah orang yang mengingat Allah dalam kesunyian, sehingga meneteslah air matanya.

Abu Bakar Shiddiq r.a. berkata, “Jika kalian mampu, perbanyaklah menangis. Jika tidak mampu menangis, maka buatlah wajahmu seperti menangis.”

Muhammad bin Munkadir rah.a. jika menangis, maka air matanya akan membasahi wajah dan janggutnya. Ia menangis sambil berkata, ”Telah sampai sebuah hadits kepadaku bahwa api neraka tidak akan membakar wajah yang basah oleh air mata.”

Tsabit Banani rah.a. suatu ketika menderita penyakit mata. Maka tabib menasihatinya, “Jika kamu ingin agar matamu sembuh, maka janganlah menangis.” Dia menjawab, “Tidak ada kebaikan pada mata yang tidak menangis.”

Yazid biji Maisarah rrih.a. berkata, “Menangis itu disebabkan oleh tujuh hal, yaitu: (1) gembira; (2) gila; (3) sakit; (4) terkejut; (5) riya; (6) mabuk; (7) takut kepada Allah Swt. dan inilah tangisan yang paling berharga. Setetes air mata yang dikeluarkan karena takut kepada Allah akan memadamkan la¬utan api yang sangat luas.”

Ka’ab Akhbar r. a. berkata, “Demi Dzat yang nyawaku ada di tangan- Nya, saya lebih suka menangis sampai air mata membasahi wajah saya daripada bersedekah emas sebesar gunung.

Masih banyak lagi riwayat dan ucapan mereka yang menjelaskan demikian penting dan bermanfaatnya menangis karena takut kepada Allah sambil menyesali dosa-dosa dan mengingat kebesaran Allah. Jika kita senantiasa menyibukkan diri dengan melihat kesalahan-kesalahan kita, ini juga merupakan sesuatu yang bermanfaat. Namun, ada suatu hal yang sangat penting, yaitu jangan sekali-kali berputus asa dalam mengharap rahmat Allah. Kita harus yakin bahwa rahmat Allah lebih luas daripada segalanya.

Umar bin Khaththab r.a. berkata, “Pada hari Kiamat nanti, apabila diumumkan bahwa semua manusia akan memasuki Surga kecuali seorang saja yang akan memasuki neraka, maka saya maerasa khawatir bahwa yang seorang itu adalah saya, karena dosa-dosa saya begitu banyak. Sebaliknya jika diumumkan bahwa semua manusia akan masuk neraka kecuali seorang saja yang akan memasuki Surga, saya pun berharap bahwa yang seorang itu adalah saya sendiri.

Kisah Umar r.a. di atas menunjukkan betapa perlunya perasaan takut dan harap disemaikan dalam hati umat Islam yang menginginkan kebahagiaan ukhrawi. Apabila sedang menghadapi maut, maka harapan kepada rahmat Allah harus melebihi perasaan takut tadi. Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah mati salah seorang dari kalian tanpa husnuzhann (berprasangka baik) kepada Allah.” Ketika Imam Ahmad bin Hambal rah.a. hampir meninggal dunia, dia memanggil anaknya dan berkata, “Bacakan kepada saya hadits- hadits tentang janji-janji Allah Swt. yang dapat menambah harapan saya ke- pada-Nya.” [WARDAN/Deni]

 

sumber: Darunnajah.com