Beragama Harus Mengerti Esensinya, Jangan Terlalu Militan Seperti ISIS

Beragama Harus Mengerti Esensinya, Jangan Terlalu Militan Seperti ISIS

Umat beragama harus mengerti esensi dari ajaran agama. Seperti umat Islam, harus paham dengan esensi Islam sebagai agama yang damai, sejuk, dan rahmatan lil alamin.

Sebaliknya, jangan beragama terlalu militant seperti kelompok teroris ISIS. Pasalnya, militansi itu justru bisa berakibat fatal bahkan bisa merusak agama. Dan itu telah dilakukan ISIS dengan menghalalkan segala cara termasuk kekerasan dan pembunuhan, untuk meraih tujuaanya.

“Orang terlalu militansi dalam beragama, tetapi tidak mengerti esensi dalam beragama. Ini menjadi problem (permasalahan) seperti ISIS,” kata Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis dalam Halaqah Mingguan Infokom MUI bertajuk: Rekomendasi Forum Pemikiran Agama R20 dan Peran MUI, Kamis (24/11/2022). Dikutip dari laman resmi MUI, mui.or.id.

Hal itulah, kata Kiai Cholil yang dibahas dalam gelaran forum Religion 20 (R20) yang diinisiasi oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Bali beberapa waktu lalu. R20 fokus membahas isu-isu mengenai permasalahan karena agama.

“Maka di dalam R20 di dalam rekomendasinya ini menyebutkan berkenaan dengan radikalisme dan terorisme,” sambungnya.

Kiai Cholil menjelaskan, hal itu terjadi karena dalam kehidupan beragama ini memiliki dua sisi yang mengkhawatirkan.

Maka dari itu, Kiai Cholil menegaskan, pentingnya menolak orang yang sangat bersemangat dalam beragama, tetapi tidak mengerti esensi beragama. Hal itulah yang membuat seseorang menjadi radikal.

Kiai Cholil menilai, hubungan agama dengan negara sangat penting karena agama memiliki peran sebagai dasar, sedangkan negara sebagai pelaksana yang mengeksekusi. Apalagi, sekarang ini di Indonesia sudah mulai banyak isu terkait atheis. Menurutnya, hal ini ini tidak terlepas dari isu dunia.

“Agama dihadirkan bagi yang menakutkan menjadi ramah. Bagi yang tidak terlalu militan terhadap agama tapi tak cukup pemahaman yang sempurna, sehingga agama menjadi ancaman bagi yang lain itu dilakukan,” paparnya.

Kiai Cholil menyarankan agar MUI memiliki peran untuk memastikan umat untuk beragama itu bukan siapa lawan siapa, harus mengawasi atau tidak, tetapi harus melakukan secara bersama-sama membangun dunia, bukan hanya negara.

“Jadi kolaboratif, bukan yang sifatnya preventif. Apalagi menyerang dan memukul, tidak. Tetapi kolaboratif,” ujarnya.

“Bisa didasarkan agamanya masing-masing, kita tidak boleh memaksakan agama, tetapi nilai kebajikan yang ada di agama-agama bisa diimplementasikan,” pungkasnya.

ISLAMKAFFAH