Cara Menasehati Orang Tua yang Sering Menyebar Hadits Palsu

Para pembaca yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang cara menasehati orang tua yang sering menyebar hadits palsu.
selamat membaca.

Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga ustadz selalu dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Izin bertanya Ustadz. Bagaimana sikap yang harus kita ambil apabila kita mendapati orang tua kita terjatuh dalam dosa besar (sering menyebarkan hadist palsu),
beberapa kali sudah di ingatkan mengenai larangannya juga ancamannya disampaikan dengan dalil juga, tetapi qadarullah masih sering menyebarkan hadist2 palsu.

Sebagai bentuk rasa sayang dan tanggung jawab sebagai seorang anak, sudah berusaha sehikmah dan selembut mungkin dalam mendakwahi, namun sering di salah artikan dan malah tersinggung, di anggap mendikte orang tua sampai2 sang anak di anggap durhaka dan tidak di tegur sapa sampai beberapa waktu

Apakah bentuk akhlak yang buruk bila anak menyarankan untuk menghapus atau mengklarifikasi bahwa hadist yang telah terlanjur di sebarkan merupakan hadist palsu.
(anak sudah tabayyun dan memberitahu status hadist tersebut palsu)

Apakah ini bentuk kedurhakaan?
dan sikap apa yang harusnya di ambil dalam masalah ini?

(Disampaikan oleh Fulanah, Member grup WA BiAS)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Alhamdulillāh wa shalātu wa salāmu ‘alā rasūlillāh.

Nasihat dan mengingkari kemungkaran yang dilakukan orang tua bukanlah bentuk kedurhakaan seorang anak kepada mereka, malahan hal tersebut merupakan bentuk kebaktian seorang anak dan ketaatan kepada Allah dan rasulNya.

Namun bentuk dakwah yang akan berkesan dari seorang anak kepada orang tuanya adalah dengan memperbaiki akhlak. Perbaiki akhlak, jika sudah baik tingkatkan lagi. karena sejatinya akhlak yang baik lebih mengena di hati orang tua daripada seribu dalil. Dan betapa banyak kita lihat bertambah jauhnya orang tua dari kebenaran karena akhlak yang buruk.

Sebesar apapun dosa orang tua, tidak akan merubah kedudukan seorang anak, anak tetaplah anak, kewajiban berbakti tetap ada. Allah berfirman:

وإنْ جاهَداكَ عَلى أنْ تُشْرِكَ بِي ما لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُما وصاحِبْهُما فِي الدُّنْيا مَعْرُوفًا

“Apabila mereka berdua menyuruhmu untuk menyekutukanku dengan sesuatu yang tidak engkau ilmui, maka jangan taati mereka berdua. Namun, pergaulilah mereka berdua di dunia dengan baik”
(QS. Lukman 15).

Kemudian, ingatlah kewajiban kita hanya menyampaikan, bahkan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun hanya bisa sebatas menyampaikan dan mendakwahkan, adapun masalah hidayah adalah hak prerogatif Allah semata. Maka jangan sampai kita masuk kedalam wewenang Allah tersebut. Allah berfirman:

إنَّكَ لا تَهْدِي مَن أحْبَبْتَ ولَكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَن يَشاءُ

“Sesungguhnya engkau ya rasulullah, tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah memberikan hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki.”
(Al-Qashash : 56).

Berdakwahlah dengan adab dan akhlak, sabar serta memperbanyak doa untuk mereka.

Wallahu a’lam

Dijawab oleh :
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله

BIMBINGAN ISLAM