Dua Golongan yang Terhalang dari Allah

Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam menjelaskan bahwa orang-orang  yang terhalang dari Allah (mahjûb) adalah golongan yang menjadikan alam semesta sebagai bukti wujud Allah. Mereka terbagi ke dalam dua golongan, yaitu; kaum awam dan para sâlik (yang meniti jalan menuju Allah) yang belum mencapai maqâm ahli syuhûd (orang yang menyaksikan kehadiran Allah dalam segala sesuatu).

Kedua qolongan ini merupakan orang-orang yang menggunakan alam untuk membuktikan wujud Allah. Mereka menggunakan sesuatu yang tidak diketahui (majhûl) sebagai dalil untuk membuktikan perkara yang sudah diketahui (ma’lûm), menggunakan ketiadaan (‘adam) untuk membuktikan keberadaan (wujûd), atau menggunakan perkara yang tersembunyi (khafiyy) untuk membuktikan hal yang lahir dan nyata.

Hal itu dikarenakan adanya hijab pada diri orang tersebut sehingga ia lebih suka menelusuri sebab-sebab daripada mencari Sang Pembuat Sebab. Hal itu menurut Ibnu Athaillah sungguh aneh, sebab sejak kapan Allah gaib sehingga Dia harus dibuktikan dengan sesuatu yang hadir? Sejak kapan Allah jauh sehingga alam semesta inilah yang akan mendekatkan kita kepada-Nya, padahal alam semesta ini tadinya tidak berwujud? Demikian pertanyaan yang diajukan para ahli syuhûd.

Sedangkan kebalikan dari dua golongan di atas adalah manusia yang paling kuat tanda didekatkannya mereka kepada Allah (jadzab) yaitu para nabi dan rasul. Mereka yang menggunakan Allah sebagai dalil wujud alam akan mengenal Allah sebagai wujud yang wajib. Dengan kata lain, wujud itu milik Allah semata. Inilah perbedaan mencolok antara dua kelompok tersebut.

Menurut golongan yang terakhir, benda-benda yang hâdits (baru), aslinya tidak berwujud. Oleh karena itu, mereka menetapkan bahwa semua yang hâdits berasal dari wujud asal, yaitu Allah swt. Mereka menganggap bahwa wujud makhluk bersumber dari wujud Khaliq yang tampak pada diri makhluk. Jika tidak, makhluk itu tidak akan ada. Demikian menurut pandangan ahli syuhûd.

BINCANGSYARIAH