Kemuliaan Bulan Muharram dalam Hadits Rasulullah

Kemuliaan Bulan Muharram dalam Hadits Rasulullah

Dalam bulan Islam, bulan Muharram  berada dalam urutan pertama. Bulan Muharram juga menjadi penanggalan resmi  bulan Hijriyah. Bulan ini mengandung pelbagai keutamaan dan kemuliaan yang besar di sisi Allah. Inilah kemuliaan Bulan Muharram dalam hadits Rasulullah. 

Imam Fakhruddin Ar Razy dalam kitab Tafsir Mafatih Al-Ghayb mengatakan bulan Muharram  termasuk dalam salah satu empat bulan yang dimuliakan oleh Allah, selain tiga bulan lainnya yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab.  

Untuk itu, bulan-bulan yang diistimewakan tersebut mengandung kemuliaan dan keistimewaan. Antara lain, amal kebajikan akan dilipat gandakan, dosa yang diperbuat akan diampuni Allah. Demikian juga segala perbuatan akan mendapatkan ganjaran yang berlimpah. 

وَمَعْنَى الْحُرُمِ: أَنَّ الْمَعْصِيَةَ فِيهَا أَشَدُّ عِقَابًا، وَالطَّاعَةَ فِيهَا أَكْثَرُ ثَوَابًا

 Artinya: Yang dimaksudkan dengan bulan-bulan yang dimuliakan di sini, sesungguhnya maksiat dalam bulan ini siksanya lebih berat, dan menjalankan ketaatan di dalam bulan ini pahalanya dilipatgandakan. 

Kemuliaan dan keistimewaan bulan Muharram juga banyak sekali dijelaskan Nabi Muhammad lewat hadits beliau. Dalam sabda Rasulullah itu tergambar jelas keindahan dan kemuliaan Muharram. Berikut beberapa hadits tentang kemuliaan dan keistimewaan bulan Muharram. 

Pertama, hadits yang ada dalam kitab shahih Bukhari, yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, menjelaskan tentang bulan Muharram yang diisi dengan puasa Asyuro. Yang dalam hadist tersebut terdapat anjuran untuk melaksanakan puasa dan amal kebajikan. 

    قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «مَا هَذَا؟»، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ: «فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ   

Artinya: Nabi Muhammad datang ke kota Madinah. Beliau kemudian melihat orang Yahudi puasa pada hari Asyura. Lalu Rasul bertanya: Ada kegiatan apa ini? Para sahabat menjawab: Hari ini adalah hari baik yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka kemudian Nabi Musa melakukan puasa atas tersebut.

Rasulullah lalu bersabda: Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian. Nabi kemudian berpuasa untuk Asyura tersebut dan menyuruh pada sahabat menjalankannya.  (Baca:Sejarah Asal Usul Bulan Muharram)  

Kedua, hadits kedua yang juga membahas terkait juga dengan puasa Asyura yang ada di bulan Muharram. Puasa Asyura merupakan puasa yang dianjurkan atau diwajibakan Nabi  Muhammad sebelum ada perintah wajib puasa Ramadhan.

Ini juga merupakan keistimewaan dan kemuliaan bulan Muharram, yang bersumber dari hadits yang bersumber dari  Aisyah, Nabi Muhammad:

    كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ، فَلَمَّا قَدِمَ المَدِينَةَ صَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ    

Artinya: Puasa Asyura adalah puasa yang dilakukan oleh orang Quraisy pada zaman jahiliyah dan Rasulullah juga melakukan puasa pada hari itu. Ketika Nabi datang ke Madinah juga melakukan puasa dan menyuruh para sahabat menjalankan puasa Asyura.

Namun ketika puasa Ramadhan mulai diwajibkan, Nabi meninggalkan puasa Asyura. Maka barangsiapa yang ingin berpuasa, silakan, dan siapa saja yang ingin meninggalkan, juga silakan. (HR Bukhari: 2002). 

Ketiga, hadits Nabi Muhammad menjelaskan bahwa bulan Muharram termasuk bulan untuk melakukan puasa setelah bulan Ramadhan. Untuk itu, sudah sepatutnya mengisi bulan ini dengan puasa dan amal kebajikan lain. Nabi Muhammad sebagaimana bersabda berdasarkan Riwayat Muslim. 

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

“Puasa yang paling utama Setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram,” (HR. Muslim).

Keempat, hadits Nabi Muhammad yang menjelaskan bahwa  bulan Muharram termasuk dari salah satu dari empat bulan haram (asyhurul hurum), yaitu empat bulan mulia. Dalam salah satu Riwayat hadits Bukhari dan Muslim Nabi bersabda terkait kesucian bulan Muharram. 

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya; Satu tahun ada 12 bulan. Ada empat bulan diantaranya adalah bulan haram, tiga diantaranya beurutan, yaitu , Dzulhijah dan Muharram. Kemudian Rajab Mudhar yang diapit bulan Jumada akhir dan Sya’ban. (HR. Bukhari dan Muslim).

BINCANG SYARIAH