Ketika Kebatilan Tampak Seperti Kebenaran

Tidak ada sesuatu yang lebih sesat dan lebih merugi dari orang yang berada dalam kebatilan namun ia selalu merasa di jalan yang benar. Berada dalam kesesatan namun ia selalu merasa dalam hidayah. Berada dalam kesalahan namun ia selalu merasa sedang berbuat kebaikan.

Dia menggali air dan merasa sedang menggali tanah. Dia melukis di atas pasir dan merasa sedang memahat bebatuan.

Hasilnya? Dia lelah melakukan banyak hal yang sia-sia. Berjuang meraih sesuatu yang tidak nyata. Beramal tanpa pahala. Bahkan dia hanya akan mendapatkan efek negatif dari kesalahan yang ia lakukan, yang nantinya pasti akan kembali pada dirinya sendiri.

Karena ketulusan niat tidak akan berarti bila ditujukan untuk selain kebenaran. Setulus apapun niatmu akan sia-sian bila kau salah dalam menentukan antara kebenaran dan kebatilan.

Allah Swt berfirman tentang mereka yang punya niatan baik namun amalnya buruk :

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا- الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS.Al-Kahfi:103-104)

Dari sini kita bisa memahami begitu pentingnya hidayah dan petunjuk bagi manusia. Kita juga akan memahami mengapa kita diwajibkan dalam setiap sholat kita untuk mengulang kalimat :

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus (QS.Al-Fatihah:6)

Karena kondisi yang paling berbahaya bagi seorang hamba adalah ketika hatinya berbalik. Dia melihat keburukan amalnya sebagai kebaikan. Dia melihat kebatilan sebagai kebenaran. Dia melihat kesesatan sebagai hidayah. Dan dia melihat kesalahan sebagai sesuatu yang indah.

Oleh karena itu, kita harus selalu memohon kepada Allah agar ditetapkan di jalan kebenaran, mencintai kebaikan dan menbenci keburukan. Dan satu-satunya jalan untuk menemukan kebenaran adalah mengikuti para utusan Allah Swt.

وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (QS.al-Hujurat:7)

Allah Swt menjelaskan bahwa Dia akan memperindah keimanan dalam hati kaum mukminin dan membuat mereka tidak menyukai kekufuran, kemaksiatan dan keburukan. Dan sebaliknya, siapa yang berpaling dari Allah dan lebih menuruti hawa nafsunya, maka setan akan menjadikan amal buruknya terasa indah di matanya, hingga ia merasa sedang melakukan kebaikan disaat ia melakukan keburukan.

أَفَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ فَرَءَاهُ حَسَنًا ۖ

“Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik.” (QS.Fatir:8)

Maka setan pun mulai menguasainya sehingga ia melihat keburukan sebagai kebaikan, kebatilan sebagai kebenaran dan kesesatan sebagai hidayah.

إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ زَيَّنَّا لَهُمْ أَعْمَالَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). (QS.an-Naml:4)

Ketika seorang hamba telah sampai pada kondisi melihat keburukan sebagai kebaikan, maka itulah adzab terbesar dari Allah swt karena ia telah berpaling dan menentang-Nya.

Semoga bermanfaat.

KHAZANAH ALQURAN