‘Konser’ Batuk di Masjid Nabawi

Ada keriuhan berbeda di Masjid Nabawi satu pekan belakangan. Bukan soal kajian agama yang selalu digelar bakda shalat Subuh. Bukan pula soal anak-anak yang kerap menangis ketika ibu mereka khusyuk menunaikan shalat.

Kali ini sebuah konser tersaji tiap shalat Subuh. Konser batuk tepatnya. Suara batuk terdengar bersahut-sahutan. Suara jamaah yang terbatuk-batuk berpadu kompak dengan suara hidung yang berusaha sekuat tenaga menjaga lendir tidak jatuh layaknya sebuah kor. Suara itu makin jelas terdengar ketika ruku dan sujud.

Jamaah embarkasi BDJ 12 Kafsah (47 tahun) menjadi salah satu pelaku paduan suara itu. Jamaah gelombang dua ini mengalami batuk dan pilek sejak berada di Makkah.

Flu, batuk dan pilek jamak ditemukan pada jamaah haji gelombang dua. Penyakit ini bahkan sudah biasa hinggap pada jamaah, terutama setelah puncak haji selesai. “Ini (batuk) sejak dari Mina,” kata jamaah asal Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah tersebut kepada Republika.co.id di halaman Masjid Nabawi, Jumat siang (22/9).

Agar tak berlarut-larut, Kafsah telah memeriksakan diri kepada dokter kloter. Dokter memberinya obat batuk sirup, obat pilek dan obat radang dalam bentuk tablet.

Kafsah tak ambil pusing dengan penyakitnya. Baginya batuk dan flu adalah penyakit biasa. “Biar cepat sembuh saya usahakan cukup istirahat, cukup makan dan banyak minum, makanya selalu bawa air minum kemana pun,” ujar dia.

Kafsah juga mengenakan masker setiap saat. Dia selalu mengganti maskernya tiap waktu shalat.

Dokter Penghubung Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah Nafi Mahfudz mengatakan rata-rata jamaah haji gelombang dua mengalami flu dan pilek. Kelelahan, makanan dan lingkungan adalah di antara faktor risiko yang menjadi pemicu munculnya batuk dan pilek. Apalagi pada jamaah dengan usia di atas 60 tahun. “Faktor risiko ini menurunkan status kekebalan tubuh atau imunitas sehingga jamaah mudah sakit dan lama sembuhnya,” katanya.

Jamaah yang sudah letih karena melaksanakan puncak haji, setelah tiba di Madinah masih melaksanakan shalat Arbain dan ziarah ke berbagai tempat. Kerumunan orang di hotel, di masjid, debu jalanan dan kebiasaan merokok pada sebagian jamaah turut memperberat status imunitas tersebut. “Ketika sudah mau sembuh tapi lingkungannya sakit, jadi seperti lingkaran setan. Banyak yang tertular dan sakit,” katanya.

Nafi mengimbau jamaah menghindari faktor risiko tersebut. Jamaah sebaiknya menggunakan masker, menutup mulut saat batuk, tidak meludah sembarangan, makan bergizi, istirahat cukup dan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.

Dia mengatakan biasanya dokter memberikan obat antiradang, antibiotik sesuai penyakitnya dan obat batuk. Namun, Nafi meminta jamaah tidak hanya mengandalkan obat dokter.

Jamaah harus menghindari gorengan, es dan makanan manis karena secara tidak langsung memicu radang di tenggorokan. Pendingin udara di ruangan juga jangan terlalu dingin dan anginnya jangan langsung terkena tubuh.

Jamaah juga diminta banyak minum agar dahak mudah keluar. Dengan menjalankan gaya hidup sehat dan minum obat teratur, penyakit akan membaik dalam tiga sampai empat hari.

 

IHRAM