Lika Liku Jalan Hidup

SEMALAM saya berkesempatan menyapa masyarakat muslim Indonesia di Melbourne, tepatnya di kediaman Syekh Nadirsyah Hosen, seorang cendekiawan Indonesia yang bendera keilmuannya berkibar di Australia. Saat ini beliau menduduki jabatan penting di Monash University. Lumayan banyak yang hadir dalam kajian keislaman semalam. Terasa akrab dan semakin akrab dengan terlibatnya ikan kering dan pete dalam jamuan buka puasa.

Saya sampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan penataan hati, proyek kehidupan utama yang harus dilakukan secara serius oleh mereka yang mengejar bahagia. TATA hati adalah kata kuncinya. Berpuasa di bulan Ramadhan ini adalah salah satu medianya. Berpuasa yang tidak mengantarkan pada penataan hati adalah sebuah bentuk kegagalan proyek utama ini.

Selepas acara, kita lanjutkan dengan dialog terbatas. Tuan rumah bercerita tentang kehidupannya dan kehidupan keluarga serta orang besar yang dikenalnya. Satu kesimpulan: “Hidup penuh lika liku, hidup penuh ujian.” Tak ada orang besar yang tak diuji, tak ada orang yang mulia yang tak tertimpa musibah. Bukankah emas itu kelihatan berbeda dari besi setelah dibakar dengan api?

Kemudian ada yang bertanya, mengapa kita meminta dijauhkan dari musibah, kalau musibah itu menjadikan kita besar dan mulia? Jawaban singkatnya. Pertama, musibah yang kita minta dijauhkan adalah musibah yang mencelakakan, musibah yang kita tidak mampu memikulnya; kedua, musibah itu dinamakan musibah adalah saat menjauhkan kita dari Allah, sementara yang mendekatkan kita kepada Allah adalah nikmat dalam wajah yang berbeda. Salam, AIM. [*]

 

MOZAIK INILAH.com