Manusia Diciptakan Untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Bangga Diri!

Saudaraku para pecinta Al-Qur’an. Kali ini kita akan mengutip sebuah ayat yang sangat menarik dan menjadi jawaban atas berbagai masalah akhir-akhir ini.

Allah swt berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِير

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS.Al-Hujurat:13)

Secara umum ayat ini berbicara tentang permulaan penciptaan manusia dan tujuan mereka diciptakan.

Salah satu tujuan penciptaan yang dikabarkan oleh ayat ini adalah :

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

Ya, manusia diciptakan untuk saling mengenal bukan salinh berbangga diri. Saling menghargai kelebihan orang lain, bukan mencaci kekurangan.

Dengan kata lain, manusia terlahir dari dua manusia yang berbeda. Manusia diciptakan dengan beragam suku, ras dan warna kulit bukan untuk meninggikan satu golongan dan merendahkan yang lainnya namun agar mereka bisa saling mengenal dan saling bekerja sama. Karena setiap orang pasti memiliki kelebihannya masing-masing. Dan tugas kita adalah mengenali potensi-potensi tersebut untuk bersatu dan bekerja sama dalam membangun peradaban yang maju.

Lanjutan dari potongan ayat diatas adalah :

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”

Ayat ini mempertegas bahwa perbedaan ras, suku, keturunan atau warna kulit bukanlah ukuran kemuliaan seseorang. Kemuliaan manusia hanya bisa diukur dengan seberapa besar ketakwaannya dihadapan Allah swt. Ketampanan wajah dan kemuliaan nasab adalah sebuah karunia yang diberikan seseorang tanpa usaha dari dirinya, semua itu memang harus di syukuri, namun tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk seseorang dikatakan mulia.

Sedangkan nilai yang sebenarnya dari seorang manusia adalah hasil jerih payahnya. Sayyidina Ali bin Abi tholib pernah berkata,

قِيمَةُ كُلِّ امْرِئٍ مَا يُحسِنُه

“Nilai dari seseorang adalah perbuatan baik yang ia lakukan.”

Dan tidak ada kebaikan yang lebih tinggi dari ketakwaan. Maka bila kita simpulkan, ayat ini menyebutkan dua tujuan penciptaan manusia.

(1). Untuk saling mengenal. Dan hal ini tidak akan terjadi kecuali dengan sikap rendah hati dan mau menerima kelebihan orang lain.

(2). Agar manusia meraih takwa. Karena takwa adalah kunci dan tolok ukur kemuliaan manusia.

Semoga bermanfaat.

KHAZANAH ALQURAN