Mengambil Peran Wujudkan Ketahanan Keluarga

Mengambil Peran Wujudkan Ketahanan Keluarga

Ketahanan keluarga menjadi fondasi utama dalam membangun peradaban sebuah bangsa. Untuk itu, setiap elemen perlu berperan serta untuk mewujudkannya. Dalam mewujudkan ketahanan keluarga, peran tunggal pemerintah atau keluarga saja tidak cukup. Setiap elemen, lingkup organisasi maupun sosial harus mengambil andil peran yang sama guna mewujudkan cita-cita bangsa yang berperadaban dan berkemajuan serta berakhlak mulia.

Guna mengetahui lebih jauh tentang apa saja peran dan siapa yang bertugas melaksanakan peran membangun ketahanan keluarga, wartawan Republika Imas Damayanti mewawancarai Ketua Umum Muslimat Hidayatullah (Mushida) Ustazah Hani Akbar melalui sambungan telepon, Selasa (8/11).

Apa kaitan ketahanan keluarga dengan kemajuan bangsa?

Keluarga memang menjadi kelom pok (organisasi) masyarakat terkecil dalam sebuah bangsa, tapi peran keluarga sangat fundamental dan krusial. Sudah banyak undang- undang yang berisikan tentang ketahanan keluarga, kita tahu itu. Cuma memang ini semua perlu pendam pingan, yang agak sulit itu di controllingdan penggeraknya.

Begitu krusialnya sampai diatur dalam undang-undang oleh negara, artinya ketahanan keluarga ini memiliki kaitan erat dengan kemajuan bangsa. Karena kita tahu, peradaban itu bisa terbangun, ya, dimulainya itu dari rumah, dari keluarga.

Bagaimana cara mewujudkan ketahanan keluarga?

Ketahanan keluarga itu bukan sesuatu yang hanya di rumah saja, tapi juga menyambung ke sekolah, di masyarakat juga. Bagaimana di ma syarakat terbentuk sebuah lingkung an yang sangat mendukung, ma ka insya Allah negara kita bisa mewujudkan cita-citanya.

Siapa yang berperan dalam mewujudkan ketahanan keluarga?

Setiap elemen memiliki tugas untuk ambil peran mewujudkan ketahanan keluarga. Kalau dalam prinsip-prinsip ketahanan keluarga, antara ulama dan umara(pemimpin)itu saling bersinergi memberikan masukan. Pemerintah mengeluarkan regulasi, ulama memberikan masukan-masukan.

Kemudian, tugas keluarga, sekolah, serta masyarakat. Misalnya, ki ta lihat di dalam rumah ada peran sentral seorang ibu yang menjadi pilar utama, madrasatul-ula. Jadi, keteladanan seorang ibu itu bisa berkontribusi terhadap ketahanan keluarga. Seorang ibu yang fasih dalam agama memiliki kreativitas, kesabaran, dan kepintaran.

Kemudian, di sekolah, bagai mana guru-guru juga harus dibekali dan membekali diri dengan kemampuan parentingyang baik. Dalam surah an-Nisa ayat 4 itu disebutkan bahwa takutlah kalian meninggalkan generasi yang lemah. Maksudnya lemah apa? Ya, lemah ekonomi, lemah intelektualitasnya, dan lemah-lemah yang lain.

Artinya apa?

Sekolah tidak boleh meninggalkan anak didiknya. Harus dirangkul, di ajak, dididik dengan sebaik-baiknya, jangan abai. Sedangkan, di masyarakat, siapa yang berperan? Se tiap dari kita. Ada lingkungan yang di ikat dengan aturan-aturan. Cipta kan lingkungan yang kondusif, atur an-aturan diciptakan untuk hadir nya kontrol.Siapa yang kontrol itu semua? Semua ikut andil, termasuk uma rayang bertugas menjaga anak-anak kita. Kan dalam undang-un dang bahkan disebutkan, fakir mis kin dan anak yatim dipelihara oleh negara. Apakah itu sudah (terlaksana)?

Semua elemen memiliki peran yang berbeda-beda?

Setiap elemen mengambil perannya masing-masing dengan kapasitas yang dimiliki, sehingga di rumah perannya itu sekian persen, sekolah sekian persen, di masyarakat sekian persen.

Jangan lupa, masyarakat juga bisa melakukan kontrol melalui media sosial, dan memang yang sudah ada jalurnya, bisa melalui aspirasi ke DPR. Sehingga masyarakat dapat proaktif mendukung dengan kejujur an pada setiap apa pun kebijakan yang menyangkut tentang ketahanan keluarga, harus dikontrol dan diawasi. 

IHRAM