Kunci Surga

Mengenal Lebih Dekat Kunci Surga (Bag. 1)

Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du,

Apakah kunci surga itu?

Dalam Shahihul Bukhari, ditanyakan kepada Wahb bin Munabbih,

أَلَيْسَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ

“Bukankah lailahaillallah adalah kunci surga?”

Beliau menjawab,

بَلَى وَلَكِنْ لَيْسَ مِفْتَاحٌ إِلاَّ لَهُ أَسْنَانٌ فَإِنْ جِئْتَ بِمِفْتَاحٍ لَهُ أَسْنَانٌ فُتِحَ لَكَ وَإِلاَّ لَمْ يُفْتَحْ لَكَ

“Ya, benar. Namun tidak ada kunci, kecuali pasti memiliki gigi. Jika anda membawa kunci yang bergigi, pintu akan terbuka untuk anda. Namun, jika tidak, maka pintu tidak akan terbuka untuk anda.”

Mengapa لا إله إلا الله kunci surga?

Lailahaillallah itu kunci surga karena lailahaillallah itu asas diterimanya amal saleh. Maka, tidaklah diterima suatu amal dari orang yang tidak bersaksi lailahaillallah, karena surga tertutup untuknya. Dan surga mustahil dibuka, kecuali untuk orang yang mentauhidkan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا

“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqon: 23)

Dan barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah dengan selamat, maka dia wajib menghindari syirik dalam menauhidkan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ

Maka, barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan amal saleh dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)

لا إله إلا الله adalah kunci surga, lalu apakah gigi-gigi kuncinya? 

Gigi kunci surga adalah pengamalan syari’at Islam, yaitu setidaknya melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Serta menjadi lebih sempurna dengan melaksanakan yang sunah, meninggalkan yang makruh, serta sebagian yang halal. Sebagaimana hadis dalam Shahihul Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang A’rabi menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu dia bertanya kepada beliau,

دُلَّنِي علَى عَمَلٍ إذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الجَنَّةَ

“Tunjukkan kepadaku sebuah amal saleh yang jika aku melakukannya, aku akan masuk ke dalam surga.”

Lalu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

تَعْبُدُ اللَّهَ لا تُشْرِكُ به شيئًا، وتُقِيمُ الصَّلَاةَ المَكْتُوبَةَ، وتُؤَدِّي الزَّكَاةَ المَفْرُوضَةَ، وتَصُومُ رَمَضَانَ

“Engkau beribadah kepada Allah, jangan kau menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, engkau menegakkan salat wajib, engkau menunaikan zakat yang telah diwajibkan, dan engkau berpuasa Ramadan.”

Orang tersebut berkata,

والذي نَفْسِي بيَدِهِ لا أزِيدُ علَى هذا

“Demi Allah Yang jiwaku ada di tangan-Nya. Aku tidak akan menambah amalan saleh selainnya.”

Tatkala dia pergi, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن سَرَّهُ أنْ يَنْظُرَ إلى رَجُلٍ مِن أهْلِ الجَنَّةِ، فَلْيَنْظُرْ إلى هذا

“Barangsiapa yang ingin melihat salah satu penduduk Surga, maka lihatlah orang ini.” (HR. Bukhari)

Syarat لا إله إلا الله

Syarat lailahaillallah ada tujuh:

Pertama, ilmu, lawan dari tidak tahu.

Kedua, yakin, lawan dari ragu.

Ketiga, ikhlas, lawan dari syirik dan riya’.

Keempat, jujur, lawan dari dusta.

Kelima, cinta, lawan dari benci.

Keenam, menerima, lawan dari menolak.

Ketujuh, tunduk taat kepada Allah, lawan dari meninggalkan ketundukan dan ketaatan kepada Allah.

Makna kalimat tauhid لا إله إلا الله

Maknanya adalah,

لا معبود حق إلا الله   

atau

لا معبود بحق إلا الله

Tidak ada sesembahan yang berhak disembah, kecuali Allah.

Rukun dan tafsir لا إله إلا الله

Rukun لا إله إلا الله ada dua:

Pertama, rukun nafi (لا إله )

Kedua, rukun itsbat (إلا الله)

Tafsir لا إله إلا الله , ditinjau dari rukunnya:

Pertama, tafsir لا إله

Kedua, tafsir إلا الله

Sebagaimana kita telah ketahui bahwa tafsir kalimat tauhid, ditinjau dari global atau tidaknya, terbagi menjadi dua, yaitu tafsir global dan terperinci. Berikut ini kami sampaikan tafsir لا إله إلا الله secara global.

Tafsir لا إله secara global

Pertama, Rukun peniadaan (nafi): meniadakan seluruh sesembahan selain Allah dan meniadakan peribadahan kepada selain Allah.

Kedua, Tidak boleh mempersembahkan ibadah (baik ibadah lahir maupun batin) kepada selain Allah.

Ketiga, Barangsiapa yang mempersembahkan satu saja darinya kepada selain Allah, maka ia dikatakan telah menyembahnya dan menjadi hamba selain Allah tersebut sehingga batal keislamannya.

Keempat, Dalam rukun nafi ini terkandung benci kepada syirik dan pelakunya karena kesyirikannya, dengan tetap tidak boleh menzaliminya dan tetap berlaku adil dan baik kepadanya selama ia tidak memerangi kaum muslimin, guna menampakkan keindahan Islam.

Tafsir إلا الله secara global

Pertama, Rukun penetapan (itsbat): menetapkan satu-satunya sesembahan yang haq adalah Allah saja dan menetapkan ibadah hanya ditujukan kepada Allah Ta’ala semata.

Kedua, Maka, seluruh tuhan selain Allah itu batil. Dan wajib mempersembahkan ibadah baik ibadah lahir maupun batin kepada Allah semata.

Ketiga, Apapun jenis ucapan maupun perbuatan, lahir maupun batin, jika telah sampai pada kategori ibadah, maka wajib dipersembahkan kepada Allah semata.

Keempat, Dalam rukun itsbat terdapat cinta kepada Allah, tauhid, kemudian cinta ahli tauhid.

[Bersambung]

***

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/78968-mengenal-lebih-dekat-kunci-surga-bag-1.html