Merenungi Hakikat Umur Manusia

Merenungi Hakikat Umur Manusia

Umur atau bisa juga diartikan sebagai waktu manusia hidup di dunia, merupakan amanah dari Allah swt yang harus dijaga dengan benar dengan mengerjakan semua kewajiban, menunaikan segala tanggung jawab, dan meninggalkan semua larangan. Tanggung jawab berupa umur hanya Allah berikan satu kali. Nah berikut penjelasan tentang merenungi hakikat umur manusia.

Oleh karena itu, orang yang menggunakannya dengan benar akan beruntung dan yang menyia-nyiakannya akan menyesal. Tidak ada perbuatan yang paling baik dalam menjalani sisa-sisa umur selain terus berusaha untuk melakukan kebaikan, memperbanyak ibadah, dan terus berada dalam jalan kebenaran.

Rasulullah saw pernah ditanya oleh para sahabat perihal paling baik dan buruknya manusia. Kemudian Nabi menjelaskan bahwa manusia terbaik adalah mereka yang oleh Allah diberikan umur panjang, kemudian digunakan untuk melakukan kebaikan. Sebaliknya, paling buruk manusia adalah mereka yang diberikan umur yang panjang, namun panjangnya umur tersebut digunakan untuk keburukan. 

Hadits ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam karyanya Lathaiful Ma’arif fima li Mawasimil ‘Am minal Wazhoif, nabi bersabda:

وَفِي التِّرْمِذِي عَنْهُ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ سُئِلَ: أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ. قِيْلَ: فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَ سَاءَ عَمَلُهُ

Artinya; “Dalam riwayat Imam at-Tirmidzi, dari Rasulullah saw bahwa ia pernah ditanya: siapakah paling baiknya manusia? Nabi menjawab: orang yang dikaruniai umur panjang dan baik (benar) perbuatannya. Ditanyakan lagi: Dan siapakah paling jeleknya manusia? Nabi menjawab: orang yang panjang umurnya dan jelek perbuatannya.”

Dari hadits ini dapat dipahami, bahwa umur yang panjang tidak hanya menjadi nikmat dari Allah swt, tetapi juga menjadi penentu kebaikan dan keburukan manusia. Mereka yang dikaruniai umur panjang, kemudian umur tersebut digunakan untuk mengerjakan kebaikan, memperbanyak ibadah, dan terus konsisten dalam ketaatan, maka termasuk dalam golongan paling baiknya manusia. Karena mereka telah dikaruniai umur panjang dan berhasil menggunakannya untuk kebaikan.

Begitu juga sebaliknya, orang yang dikaruniai umur panjang oleh Allah namun tidak ada tambahan kebaikan sama sekali dalam hidupnya, justru selalu melakukan keburukan, kemaksiatan, melanggar perintah-perintah Allah, dan tidak pernah menunaikan kewajiban-Nya, maka orang ini termasuk dalam golongan orang-orang yang buruk.

Oleh karena itu, kita semua sudah seharusnya merenungi hakikat umur yang telah diberikan oleh Allah swt. Sudahkah tambahan umur juga menjadi perantara untuk menambah kebaikan, menambah ibadah dan ketaatan? Atau justru sebaliknya, kemaksiatan terus bertambah dan kejelekan terus dilakukan.

. Dalam kitab Lathaiful Ma’arif dijelaskan:

فَالْمُؤْمِنُ الْقَائِمُ بِشُرُوْطِ الْإِيْمَانِ لَا يَزْدَادُ بِطُوْلِ عُمْرِهِ إِلاَّ خَيْرًا وَمَنْ كَانَ كَذَلِكَ فَالْحَيَاةُ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الْمَوْتِ

Artinya, “Maka orang beriman yang menunaikan semua ketentuan-ketentuan iman, tidak akan bertambah dari panjangnya umur selain (juga bertambah) kebaikan. Dan, siapa saja yang bisa seperti ini, maka hidup (di dunia) lebih baik baginya daripada mati.” (Ibnu Rajab, Lathaiful Ma’arif fima li Mawasimil ‘Am minal Wazhaif, [Kairo, Darul Hadits: 2002], halaman 302).

Karena itu, Rasulullah saw mengajarkan kepada kita semua untuk senantiasa berdoa kepada Allah untuk menjadikan hidup di dunia sebagai ajang untuk selalu menambah kebaikan. Adapun lafal doanya adalah sebagai berikut:

اللهم اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِيْ فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍ

Allahumma ij’al al-hayâta ziyâdatan lî fî kulli khairin wal mauta râhatan lî min kulli syarrin

Artinya, “Ya Allah, jadikanlah kehidupan ini sebagai nilai tambah bagiku dalam semua kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari segala kejahatan.” (HR Muslim, dalam kitab Lathaiful Ma’arif fima li Mawasimil ‘Am minal Wazhaif, halaman 303).

Demikian tulisan akhir tahun perihal merenungi hakikat umur yang telah diberikan oleh Allah. Semoga bisa menjadi perantara untuk semakin semangat dalam meningkatkan kebaikan, ketaatan dan menjauhi larangan, serta tahun ini dan tahun-tahun berikutnya menjadi tahun yang berkah dan bermanfaat.

Demikian keterangan merenungi hakikat umur manusia. Menyadari hakikat umur manusia adalah langkah awal untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan bermanfaat. Dengan merenungkan hakikat umur, kita dapat terhindar dari kesia-siaan dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup.

Semoga kita semua dapat memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH