Peristiwa Penting di Malam Nisfu Sya’ban

Peristiwa Penting di Malam Nisfu Sya’ban

Berikut ini peristiwa penting di malam nisfu Sya’ban.  Sebagaimana yang telah jamak diketahui bahwa Sya’ban merupakan bulan yang mulia, meskipun bulan ini tidak termasuk dari Asyhur al-Hurum, yaitu Muharram, Rajab, Dzulqa’dah dan Dzulhijjah. 

Menurut KH. Mahfudz Al-Tarmasi dalam dalam Hasyiyah Al Tarmasi dengan tegas menyatakan kemuliaan bulan Sya’ban, beliau mengatakan;

قوله : (ثم بعد الحرم شعبان) أي فهو من الأشهر الفاضلة وإن لم يكن من الأشهر الحرم

Kemudian bulan utama setelah asyhurul hurum (Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram) adalah bulan Sya’ban, bulan ini merupakan bulan yang utama Meskipun tidak termasuk pada kategori bulan yang dimuliakan atau asyhur al-hurum.” (Hasyiyah Al-Tarmasi, Juz 5 halaman 808).

Peristiwa Penting di Malam Nisfu Sya’ban

Keutamaannya ini tentunya tidak ujug-ujug, sebab memang tercatat bahwa pada bulan ini terjadi beberapa peristiwa penting. Sehingga mengangkat kemuliaannya bulan Sya’ban, di antaranya adalah Perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis menjadi Ka’bah, Perintah Shalawat, ditentukannya umur, dan lain-lain. Lalu peristiwa penting apa yang terjadi di Malam Nisfu Sya’ban? 

Pertama, malam nisfu Sya’ban adalah malam hari raya bagi malaikat. Syekh Abdul Qadir Al Jailani menjelaskan;

وقيل: إن للملائكة ليلتي عيد في السماء، كما أن للمسلمين يومي عيد في الأرض، فعيد الملائكة ليلة البراءة وليلة القدر، وعيد المؤمنين يوم الفطر ويوم الأضحى، وعيد الملائكة بالليل لأنهم لا ينامون، وعيد المؤمنين بالنهار لأنهم ينامون.

“Malaikat itu memiliki dua hari raya di langit sebagaimana manusia yang beragama muslim, Ia memiliki dua hari raya di bumi. Hari rayanya malaikat adalah Lailatul Al-Baroah (nama lain dari malam nisfu sya’ban) malam Nisfu Sya’ban dan malam Lailatul Qadar, sedangkan hari rayanya kaum muslim itu adalah hari Idul Fitri dan hari Idul Adha. Uniknya, 

Hari raya Malaikat dilaksanakan pada malam hari, karena mereka tidak tidur. Sedang hari rayanya manusia dilaksanakan pada siang hari, karena mereka butuh istirahat.” (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghunyah, h Juz 1 halaman 348). 

Kedua, peristiwa malam nisfu Sya’ban pelaporan atas  rekapitulasi amal. Menurut Imam Ahlus Sunnah Abad 20, Prof. Dr. Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliky menjelaskan bahwa amal catatan manusia ini disetorkan kepada Allah Swt secara berkala. Ada yang sifatnya rinci, yaitu pada hari Senin Kamis.

Dan ada pula yang sifatnya global, yaitu pada malam Nisfu Sya’ban. Oleh karenanya, Rasulullah SAW berpuasa banyak di bulan Sya’ban, karena beliau suka jika ketika laporan amalnya disetorkan itu beliau dalam keadaan berpuasa. (Madza Fi Sya’banH. 11 & 15) 

Maka tak heran, jika Al-Subki menyatakan;

 وقد ذكر التقي السبكي في تفسيره أن إحياء ليلة النصف من شعبان يكفر ذنوب السنة ، وليلة الجمعة تكفر ذنوب الأسبوع، وليلة القدر تكفر ذنوب العمر اهـ .

“Menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dapat menghapus dosa setahun, dan menghidupkan malam Jum’at dapat menghapus dosa seminggu, sedangkan menghidupkan malam Lailatul Qadar dapat menghapus dosa seumur hidup.” (Syekh Murtadha Az-Zabidi, Ithaf As-Sadah Al-Muttaqin, Juz. 7, H. 708)

Ketiga, malam nisfu Sya’ban maka ibadah akan dilipatkan hingga 1000 kali lipat.  Anjuran untuk beribadah di malam Nisfu Sya’ban, sebab ini memang penting sekali. Untuk menegaskan ini, banyak riwayat yang menjelaskan bahwa Allah swt pada malam ini menurunkan rahmat-Nya bagi manusia. Antara lain;

 حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخبَرنَا ابْنُ أَبِي سَبْرَةَ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا، وَصُومُوا نَهَارَهَا، فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ، أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ، أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ، أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا، حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ”.

Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Ali Al Khallal] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] berkata, telah memberitakan kepada kami [Ibnu Abu Sabrah] dari [Ibrahim bin Muhammad] dari [Mu’awiyah bin Abdullah bin Ja’far] dari [Bapaknya] dari [Ali bin Abu Thalib] ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila malam nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban), maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. 

Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman: “Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memberinya rizki? Adakah orang yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan adakah yang begini, hingga terbit fajar. ” (HR. Ibnu Majah, No. 1388)

Mungkin terlintas dalam benak, mengapa malam lailatul qadar disembunyikan, padahal  beribadah di malam tersebut lebih baik dari 1000 bulan. Sedangkan malam Nisfu Sya’ban diperlihatkan (diberi tahu kapan tepatnya terjadi)? Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjawab;

 إن الحكمة في أن الله تعالى أظهر ليلة البراءة وأخفى ليلة القدر، لأن ليلة القدر ليلة الرحمة والغفران والعتق من النيران، أخفاها الله عز وجل لئلا يتكلوا عليها، وأظهر ليلة البراءة لأنها ليلة الحكم والقضاء، وليلة السخط والرضا، ليلة القبول والرد والوصول والصد، ليلة السعادة والشقاء والكرامة والنقاء. فواحد فيها يسعد والآخر فيها يبعد، وواحد يجزى وواحد يخزى، وواحد يكرم وآخر يحرم، وواحد يؤجر وآخر يهجر. 

“Hikmah mengapa Allah memberitahukan malam Lailat al-bara’ah (Malam Nisfu Sya’ban), dan Allah menyembunyikan malam Lailat Al-qadar adalah karena pada malam lailat al-qadar itu adalah malam rahmat, ampunan, dibebaskannya dari neraka.

Maka Allah menyembunyikan malam lailat al-qadar, agar mereka tidak semena-mena (yakni, hanya karena tahu malam lailat al-qadar, yang mana faidahnya adalah akan diampuni dan dikasihi, lantas ia semena-mena melakukan dosa, dengan berdasar akan taubat di malam lailat al-qadar, maka dari itu malam ini disamarkan oleh Allah).

 Sedangkan mengapa malam lailat al-bara’ah Allah tampakkan adalah karena pada malam ini diputuskannya hukum (Qada’ Qadar) dan keputusan, malam kerelaan atau malam kemarahan, malam penerimaan atau penolakan, malam sampai atau tidak (sampai pada malam tertentu), malam bahagia atau celaka. 

Sehingga Allah hendak memberi tahukan terkait yang membahagiakan dan menjauhkan, sebab ada kalanya satu dibalas kebaikannya dan satu tidak. Ada pula yang satu dimuliakan, namun lainnya dihinakan. Dan ada lagi yang diberi (kesempatan mencari) pahala, dan lainnya tidak”.  (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghunyah li Thalibi Tariq al-Haq, Juz 1 halaman 348).

Demikian penjelasan  terkait peristiwa penting di malam nisfu Sya’ban. Selamat menyambut malam Nisfu Sya’ban, usahakan nanti malam kegiatannya diisi dengan ibadah dan aktivitas positif lainnya. Semoga bermanfaat. 

Editor: Zainuddin Lubis

BINCANG SYARIAH