Puasa yang Melahirkan Uswah

Puasa yang Melahirkan Uswah

PUASA melatih kita untuk selalu takut akan melakukan dosa dan kesalahan, jujur dalam setiap tindakan dan perbuatan, sebab piasa akan melahirkan uswah

PUASA Ramadhan diperintahkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya pada bulan Syaban tahun kedua Hijriah, atau sekitar 624 Masehi. Secara khusus, perintah ini disampaikan langsung dari Allah sebagaimana dalam surat Al-Baqarah: 183.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS: Al-Baqarah:  183).

****

AYAT ini merupakan perintah kepada orang yang percaya kepada Allah sebagai Tuhan, yang wajib disembah, kepada orang yang mengakui bahwa Islam itu agama di sisi Allah, Muhammad itu Rasul Allah, Al-Quran itu kitab Allah, dan syariat Islam itu jalan yang benar.

Ayat itu juga mengabarkan kepada ummat Islam, bahwa kaum-kaum terdahulu telah Allah beri perintah tentang puasa. Bahwa puasa ini bukanlah syariat baru dalam agama Allah, tapi merupakan syariat dari nabi,-nabi terdahulu.

Begitu pentingnya puasa ini sebagai ibadah, maka ia menjadi ibadah yang diwajibkan kedua setelah sholat. Lalu apakah hakikat puasa bagi seorang yang percaya?

Pertama, Ibadah Puasa merupakan ibadah latihan penghambaan diri kepada Allah dengan sepenuh hati sepanjang hayat. Setiap orang yang mengatakan “tidak ada illah selain Allah” maka ia wajib menjalankan ibadah ini sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah.

Karena hakikat hamba adalah menjalankan perintah tuan (Tuhan), maka semua yang disyariatkan oLeh Allah harus dilaksanakan dengan sebenar-benarnya. Menjalankan semua apa yang dikehendaki Allah dan meninggalkan semua apa yang dilarangNya. Seperti Firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia itu melaikan untuk menyembah kepadaKu” (QS: adz-Dzariyat 56)

Setiap ibadah seperti sholat, puasa, zakat, haji, merupakan ibadah wajib bagi umat Islam untuk melatih diri dalam ibadah yang lebih luas.  Karena ibadah wajib itu sebagai latihan, maka bukan berarti setelah selesai ibadah wajib itu seorang bisa melakukan apa saja setelah menunaikan yang pokok itu. Tidak!

Ibadah pokok itu adalah sebagai pondasi kehidupan, sedangkan ibadah lain seperti jihad (kerja keras), ber amar ma’ruf nahi mungkar, dan ibadah sosial lainnya merupakan lanjutan dari ibadah pokok tersebut.

Itulah penghambaan yang sebenarnya dari seorang muslim kepada Allah. Tidak ada pekerjaan, perbuatan yang boleh dikerjakan kecuali atas perintah Allah, dan tidak ada perbuatan yang tidak boleh dilakukan kecuali dilarang oleh Allah. Maka hakikat pelatihan puasa ini adalah untuk menciptakan pribadi yang pasrah hanya kepada Allah.

Kedua, puasa adalah ibadah untuk menciptakan pribadi beriman yang jujur. Kita tahu bahwa ibadah puasa adalah ibadah yang tersembunyi, karena itu ibadah ini merupakan latihan untuk menjadi pribadi yang jujur.

Kalau sholat, haji, zakat dan ibadah lainnya bisa dilihat oleh manusia dan bisa disaksikan oleh mata dunia, tapi tidak dengan puasa. Orang sholat bisa dilihat dari geraknya, berdiri, rukuk, sujud dan duduknya, orang zakat bisa diketahui oleh orang yang diberinya, ibadah haji bisa disaksikan oleh jutaan manusia yang mengerjakan haji bersamanya.

Sementara puasa, tidak. Mungkin ketika sahur makan bersama dengan orang, tapi sepanjang siang itu siapa yang tahu bahwa yang bersangkutan makan secara sembunyi-sembunyi. Ketika berbuka ia bisa saja pura-pura puasa dan buka bersama dengan orang.

Dalam hal seperti ini menghadirkan Allah sebagai Tuhan yang meliputi, baik yang ghaib maupun yang nampak merupakan bagian terpenting untuk mewujudkan pribadi yang jujur.

Maka ibadah puasa ini adalah latihan kejujuran, sekaligus latihan kekuatan iman. Seorang yang berpuasa tidak akan makan, minum, dan berhubungan seks sampai waktu berbuka.

Ia menyadari apabila ia melakukan itu tidak ada seoranpun yang melihatnya, tapi ia sadar bahwa tidak ada yang luput dari pandangan Allah.

Seorang yang berpuasa tidak akan makan sampai berbuka, meskipun kerongkongan mengering, perut keroncong, dan badan lemas. Betapa kuatnya keyakinan iman seorang yang puasa, sehingga ia harus menahan rasa haus dan lapar, dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Setiap hari, dalam satu bulan penuh, seorang dilatih untuk menahan semua yang dilarang oleh Allah selama puasa. Menjaga lisan dan pandangan, menjaga kehormatan dan menjaga segalannya, maka latihan sebulan itu akan menjadi kebiasaan setelah puasa selesai.

Ketiga, puasa akan melahirkan pribadi yang amanah dan bertanggungjawab. Seorang yang dilatih dengan puasa selama sebulan itu haruslah menjadi pribadi yang menjadi uswah hasanah, pribadi yang menjadi panutan bagi setiap manusia.

Selama bulan suci itu, ia dilarang melakukan apa saja yg termasuk larangan dalam bulan suci. Setiap larangan itu tidak dikerjakan oleh mereka di bulan suci, dan mereka memegang amanah itu dengan baik, sehingga setelah selesai bulan Ramadhan, pribadi ini akan terus mempraktekkan apa yang dilatih ketika puasa.

Puasa memaksa seseorang untuk mematuhi perintah syari’ah secara terus menerus, tanpa berhenti, dalam jangka waktu yang lama. Lamanya waktu untuk mengerjakan solat hanya berlangsung beberapa menit saja.

Waktu membayar zakat hanyalah sekali dalam setahun. Haji memang memerlukan waktu yang lama, tetapi hal itu hanya diwajibkan satu kali dalam seumur hidup, dan juga hanya bagi orang-orang yang kaya saja.

Tetapi puasa berbeda dengan itu semua, karena, puasa adalah suatu latihan untuk mengikuti syari’at Muhammad dalam waktu satu bulan penuh dalam setahun, siang malam. Seorang harus bangun pagi-pagi sebelum fajar untuk makan sahur, berhenti makan dan minum tepat pada waktu yang tertentu, mengerjakan dan tidak mengerjakan pekerjaan ini dan itu selama siang hari, berbuka pada petang hari tepat pada waktu yang tertentu, lalu makan dan istirahat sebentar, terus cepat-cepat bergegas untuk solat tarawih.

Dengan cara begini, setiap tahun dalam waktu satu bulan penuh, dari pagi sampai petang hari, dan dari petang hari sampai pagi, seorang Muslim diikat terus-menerus dengan peraturan-peraturan ini.

Makna yang dipetik  

Dari penjelasan singkat di atas, dapatlah dipahami, bahwa dengan ibadah puasa seorang yang beriman akan semakin terlatih dalam menjalankan amanah Allah di dunia. Mereka dilatih untuk selalu takut akan melakukan dosa dan kesalahan, jujur dalam setiap tindakan dan perbuatan, tidak mengkhianati amanah, sabar dalam segala ujian dan perintah, selalu menjalankan kebijakan sesuai dengan apa yang digariskan kepadanya.

Seorang yang menjalankan puasa dengan sungguh-sungguh, dan memaknai puasa ini dengan benar, maka akan menghasilkan karakter kekhalifahan yang kuat.

Kalau ia seorang pemimpin, ia tidak akan tunduk pada kemauan yang bathil, tidak akan tunduk pada kedzoliman. Karena pemimpin dalam Islam hanya takut pada kebenaran yang bersumber dari Tuhan Semesta Alam, tidak akan takut pada Asing dan penjajah.

Seorang pemimpin harus jujur, sabar, amanah dan bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. Puasa mengajarkan itu semua, dan puasa ini juga sebagai media untuk melatih karakter itu. Maka dibulan puasa ini, adalah bulan bagi seseorang untuk mendalami karakter kepemimpinan, dan menjadi pemimpin yang menjadi contoh tauladan bagi setiap orang.

Semoga dengan bulan puasa ini Indonesia mampu melahirkan pemimpin yang amanah, tidak khianat, selalu jujur dan selalu menepati janji, serta mampu menjalankan amanah. Maka latihan yang paling baik adalah dibulan puasa ini.*/ Furqan Jurdi, Ketua Komunitas Pemuda Madani dan Aktivis IMM

HIDAYATULLAH