Ramadhan Waktunya Membuktikan Kebenaran Iman dengan Sedekah

SEDEKAH itu adalah bukti, bukti bahwa kita benar-benar percaya akan janji Allah. Bukti kebenaran akan persaksian keimanan kita bahwa dari awal kita percaya bahwa Allah itu sebaik-baik pemberi rezki.

وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.” (QS: Al-Jumu’ah: 11).

Rasulullah ﷺ menyatakan dalam haditsnya,

وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ

“Sedekah adalah burhan (bukti). “ (H.R Muslim)

Salah satu sifat orang bertakwa hasil didikan Ramadhan adalah, sedekahnya bukan lagi menimbang seberapa banyak yang akan dikeluarkan, bahkan dalam kondisi butuh sekalipun, dia akan merasa bertanggung jawab untuk mengeluarkan hartanya itu, tanpa berfikir panjang. Sebab inilah tolak ukur, dan bukti dari kebenaran akan keimanannya.

Karena itulah sedekah dalam kondisi demikian merupakan posisi sedekah yang terbaik.

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى ، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا ، وَلِفُلاَنٍ كَذَا ، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ

“Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya?” Beliau menjawab, “Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat disertai pelit (sulit mengeluarkan harta), saat kamu takut fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, “Untuk Si Fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak Si Fulan.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 1419 dan Muslim no. 1032).

Mengapa sedekah menjadi salah satu tanda dan ciri orang bertakwa. Sebab ternyata sebaliknya, tanda kemunafikan itu adalah sifat kikir dan bakhil. Ciri mereka disebutkan Allah dalam Al-Qur’an.

وَلاَ يُنفِقُونَ إِلاَّ وَهُمْ كَارِهُونَ

“ … dan tidak pula menginfakkan harta mereka melainkan dengan rasa enggan karena terpaksa. ” (QS: At Taubah : 54)

Bukan sekedar begitu, bahkan kata Allah,

وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ

“ … dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). ” (QS: At Taubah : 67)

Pada kondisi hari ini, disaat wabah pandemi Sovid-19 sedang menghantam semua sektor. Maka bukti kebenaran iman kita sesungguhnya sedang di uji, adakah kita benar-benar terbukti beriman pada Allah, atau hanya ungkapan lisan saja. Jika iman kita benar, maka kita akan hadir memberi kontribusi nyata, untuk menghadirkan ketenangan bagi mereka yang terdampak wabah ini.

Jika benar keimanan ini maka kita pasti percaya akan janji Allah dan Rasulnya, Bukankah Rasulullah ﷺ mengatakan,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

“Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutupi seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. (HR. Muslim, no. 2699)

Bahkan, salah satu penghambat datangnya pertolongan Allah. Adalah disebabkan karena tidak tergeraknya hati, untuk menolong orang lain dari kesusahan.

Kualitas Iman

Rendahnya kualitas iman jika hanya sampai batas persaksian saja, tanpa ada bukti rill akan ucapan itu. Sungguh ungkapan itu, tak akan cukup untuk menolong kita di hadapan Allah. Karena itulah Rasulullah ﷺ pada sambungan hadits di atas menyatakan,

وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

Nasab yang kita miliki, sungguh tidak akan menyelamatkan dari ketertinggalan kita pada kebaikan, kecuali diri ini harus mengejar ketertinggalan itu, berpacu dengan kematian yang sedia mengintai setiap saat.

Bagi mereka yang tak sanggup berpacu dengan ketertinggalannya, hanya bisa berteriak mengibah,

رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ

“Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda [kematian]ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah…” {QS. Al Munafiqun: 10}

Tapi bagi hamba beriman yang telah membuktikan keimananya lewat sedekah, dalam kondisi susah maupun senang, sembunyi atau terang-terangan. Kesejukan akan senantiasa menemaninya menanti hisab pada hari itu. Karena pada hari itu kata Rasulullah ﷺ.

كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ

“Setiap manusia akan berada di bawah naungan sedekahnya sampai perkara-perkara manusia diputuskan -pada hari kiamat kelak.” (HR. Ahmad)

ظِلُّ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَدَقَتُهُ

“Naungan orang yang beriman pada hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad)

Hari ini, keimanan kita sungguh menuntut untuk dibuktikan lewat jalan mulia ini. Betapa banyak kesusahan hidup orang lain yang seharusnya bisa kita selesaikan, bukan karena rasa iba dan kasihan. Tapi sebagai bukti bahwa kita benar beriman dan iman kita memang benar.

Saat ini kita dihadapkan oleh dua kondisi yaitu wabah pandemi dan kemuliaan ramadhan, betapa banyak orang yang hari ini kesusahan untuk sekedar mendapatkan bahan makanan. Tak perlu jauh mencari. Tengoklah tetangga kita, untuk melihat apakah kita memang benar seorang mukmin yang benar akan persaksian imannya. Bukankah Rasulullah ﷺ mengatakan dalam sabdanya yang mulia,

لَيْسَ الْـمُؤْمِنُ الَّذيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إلَى جَنْبِهِ

“Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra 18108).

Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 ini, seharusnya lebih menguatkan kita untuk membuktikan keimanan lewat jalan sedekah. Meskipun nampaknya kitapun sangat-sangat butuh bantuan. Namun cukuplah Allah yang menjadi penolong bagi kita, atas setiap kesusahan-kesusahan yang kita rasakan.

Karena Itsar itu sudah menjadi ahlak seorang muslim, akhlak mulia ini adalah puncak tertinggi dari ukhuwah islamiyah, dan merupakan hal yang sangat dicintai oleh Allah Ta’ala dan juga dicintai oleh setiap makhluk.

Maka pada bulan suci Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 ini seharusnya kita lebih termotivasi lagi untuk membuktikan kebenaran iman kita lewat sedekah. Tidak ada tempat terbaik untuk bersedekah kecuali pada bulan suci ramadhan, dimana amalan dilipat-gandakan oleh Allah.

‏إن الله كتب الحسنات والسيئات ثم بين ذلك فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبها الله له عنده حسنة كاملة فإن هو هم بها فعملها كتبها الله له عنده عشر حسنات إلى سبع مائة ضعف إلى أضعاف كثيرة

“Sesungguhnya Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal keburukan.” Kemudian Rasulullah menjelaskan: “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna.  Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, lalu mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.” (HR. Muslim no.1955)

Orang yang bersedekah di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya 10 sampai 700 kali lipat, karenanya sedekah itu termasuk dari kebaikan. Karenanya, guru-guru dari Abu Bakr bin Maryam rahimahumullah pernah mengatakan, “Jika tiba bulan Ramadhan, bersemangatlah untuk bersedekah. Karena bersedekah di bulan tersebut lebih berlipat pahalanya seperti seseorang sedekah di jalan Allah (fii sabilillah). Pahala bacaaan tasbih (berdzikir “subhanallah”) lebih afdhal dari seribu bacaan tasbih di bulan lainnya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 270)

Rasulullah telah mencontohkan, dimana beliau adalah hamba Allah yang paling bersemangat melakukan sedekah di bulan suci Ramadhan. Dalam shahihain, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

“Nabi ﷺ adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al-Qur’an kala itu. Dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.” (HR. Bukhari no. 3554 dan Muslim no. 2307)

Pahala Sedekah

Bergabungnya puasa dan sedekah di bulan suci Ramadhan ini, justru menjadi asbab Surga semakin mudah untuk di raih. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut,

عَنْ عَلِىٍّ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ». فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ »

Dari ‘Ali, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya di Surga ada kamar yang luarnya bisa dilihat dari dalamnya dan dalamnya bisa dilihat dari luarnya.” Lantas orang Arab Badui ketika mendengar hal itu langsung berdiri dan berkata, “Untuk siapa keistimewaan-keistimewaan tersebut, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Itu disediakan bagi orang yang berkata yang baik, memberi makan (kepada orang yang butuh), rajin berpuasa, dan melakukan shalat di malam hari ketika manusia terlelap tidur.” (HR. Tirmidzi no. 1984 dan Ahmad 1: 155. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Bahkan beberapa pahala khusus, telah Allah janjikan bagi siapa yang bersedekah di bulan suci Ramadhan ini. Dibanyak hadits telah disebutkan keutamaan itu. Sebagaimana salah satu sabdanya,

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192).

Maka mari jadikan Ramadhan sebagai tempat berbagi walau kita pun merasa tidak cukup, sebab menggabungkan puasa dan sedekah adalah kebaikan berbuah Surga. Suatu kali Rasulullah bertanya,

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جَنَازَةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Rasulullah ﷺ bertanya (kepada para sahabat), “Siapakah di antara kalian yang pada hari ini berpuasa?” Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?” Maka Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?” Maka Abu Bakar mengatakan, “Saya.” Lalu beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit.” Abu Bakar kembali mengatakan, “Saya.” Maka Rasulullah ﷺ pun bersabda, “Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada diri seseorang melainkan dia pasti akan masuk Surga.” (HR. Muslim, no. 1028).

Mari maksimalkan Ramadhan untuk meraih pahala dari ibadah mulia ini, jadikanlah sedekah dan puasa Ramadhan, sebagai batu loncatan menuju pembuktian kebenaran imani.

Saatnya mengangkat kesusahan orang lain lewat jalan mulia ini, agar Allah mengangkat kesusahan kita di akhirat dan mendapatkan gajaran di sisi Allah ganjaran yang banyak.

جَزَاءً مِنْ رَبِّكَ عَطَاءً حِسَابًا

“Sebagai pembalasan dari Rabbmu dan pemberian yang cukup banyak.” (QS. An-Naba’: 36)

Penulis akan menutup tulisan ini dengan sebuah hadits sebagai renungan, Sebuah hadits sohih yang diriwayatkan oleh Imam bukhari dalam kitab sohihnya,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Rasûlullâh ﷺ, beliau Nabi ﷺ bersabda, “Seorang wanita pezina telah mendapatkan ampunan. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya dipinggir sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan, (melihat ini) si wanita pelacur itu melepas sepatunya lalu mengikatnya dengan penutup kepalanya lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya itu dia mendapatkan ampunan dari Allâh Azza wa Jalla.

Sebagai renungan bahwa, seorang pezina saja dengan keluasan kasih sayangNya, Allah memasukkan dia kedalam Surga dengan asbab hanya karena memberi minum se-ekor anjing. Lalu bagaimana lagi, jika yang kita beri makan dan minum serta pakaian, adalah seorang hamba Allah yang ketika kita sedang terlelap tidur, bisa saja doanya sedang mengalir menuju langit memohonkan ampunan untuk kita.

Semoga puasa Ramadhan, dan sedekah kita dibulan mulia ini. Dapat mengantarkan kita pada Surga Allah, dengan sambutan hangat para malaikat sembari mengucapkan.

سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

“Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.*/ Naser Muhammad

HIDAYATULLAH