Surat Cinta Untuk Saudaraku Kaum Muslimin

Di manakah kaum muslimin ?

Ketika suara dentuman itu kembali terdengar. Keras, menggetarkan , bergemuruh, lalu menghancurkan. Menyusul kemudian pekikan takbir, jeritan dan tangis anak-anak, rintihan hati perempuan tersayat, dan erangan berlafazh dzikir dari bibir rakyat Palestina yang terluka.

Di manakah kaum muslimin ?

Ketika darah segar rakyat Palestina tertumpah membasahi bumi. Seluruh tubuhnya bocor ditembus muntahan peluru zionis Israel. Serangan itu tidak memandang usia. Baik itu anak bayi, balita, remaja, dewasa, sampai usia senja, semuanya menjadi korban kebengisan Zionis sang penjajah. Ditambah lagi serangan rudal, bom, dan roket-roket zionis yang meluluh lantakkan bangunan, sekolah, rumah sakit, pabrik-pabrik dan seluruh infrastruktur yang ada. Membumi hanguskan. Semuanya, tak bersisa, tak bermoral, tanpa henti.

Di manakah kaum muslimin ?

Ketika rakyat Palestina mengalami penyiksaan demi penyiksaan. Penyiksaan yang tak berperi kemanusiaan, biadab, dan bengis. Sepatu laras dan kokongan senjata tak henti mendera tubuh rakyat Palestina. Lalu kemudian, diseret dan dimasukkan dalam penjara dengan tuduhan yang tidak beralasan. Jangan tanyakan bagaimana penyiksaan yang dialami oleh sebagian rakyat Palestina di penjara sana. Sebab, tangan ini tak sampai hati untuk menorehkannya, mengingat begitu bengis, begitu kejam, begitu mengerikan penyiksaan yang dialami rakyat Palestina di sana.

Di manakah kaum muslimin ?

Ketika Muslimah Palestina di renggut kehormatannya, terkoyak, lalu dihempaskan begitu saja di sudut-sudut penjara gelap, atau sudut-sudut reruntuhan bangunan, atau di pinggir jalan yang berakhir oleh gigitan anjing jalanan. Muslimah dijadikan bahan mainan oleh zionis yang kejam. Tak memandang bahwa muslimah Palestina bukanlah lawan tandingan. Muslimah diseret oleh zionis kejam, dilecehkan, dicampakkan.

Di manakah kaum muslimin ?

Ketika rakyat Palestina harus kuat menahan dinginnya malam. Tegar menembus dinginnya salju yang menusuk tulang. Taka ada tempat bernaung, apalagi selimut tebal. Mimpi indah berganti dengan keheningan yang mencekam. Sesekali bunyi ledakan dan dentuman menyelingi heningnya malam.

Di manakah kaum muslimin ?

Ketika warga Palestina harus rela kelaparan. Tak ada sesuap nasi yang mengenyangkan juga air yang menyegarkan. Rela mengais-ngais sisa-sisa makanan di bak-bak pembuangan. Tak ada bahan makanan, alat memasak, bahkan dapur untuk memasak. Semua telah rata dengan tanah. Sumber makanan diboikot. Rakyat Palestina disiksa dengan kelaparan yang berkepanjangan.

Di manakah kaum muslimin ?

Ketika satu generasi di bantai sebab melakukan perlawanan terhadap seorang zionis yang telah melakukan tindak kekerasan. Perlawanan terhadap satu orang zionis dibalas dengan kematian satu generasi keluarga di Palestina. Sungguh biadab bukan ?

Di manakah kaum muslimin ?

Ketika rakyat Palestina yang hendak melaksanakan sholat dan kegiatan ibadah apapun di rumah Allah, dilarang oleh Zionis yang berkuasa. Rumah Allah dilecehkan dan dihancurkan. Adzan dilarang untuk dikumandangkan. Hak-hak rakyat Palestina dirampas oleh penjajah yang tidak beradab.

Di manakah kaum muslimin ?

Ketika negara-negara yang dibelakang Yahudi mengalirkan banyak dana untuk membumi hanguskan Palestina.

Tidakkah sampai semua kabar itu kepadamu wahai kaum muslimin ?

Kini, Palestina tengah meregang nyawa. Palestina kita, warisan para Nabi, tanahnya diberkahi, negara yang prioritas untuk dikunjungi setelah mekkah dan madinah, kini tengah sakarat !

Mereka, rakyat Palestina, berjuang dengan sepenuh jiwa dan raga demi menyelamatkan nyawa Al-Aqsha, jantung Palestina. Tak peduli berapa banyak nyawa telah melayang, menggapai gelar mulia sebagai syuhada. Tak peduli, betapa perihnya kehilangan, betapa seramnya pembantaian. Mereka tetap bangkit merapatkan barisan. Berada dalam garda terdepan.

Sebab, bagi mereka semua itu akan berganti kenikmatan kekal di surga, sebagai balasan atas pertahanan dan perjuangan mereka menjaga kemuliaan Al-Aqsha, warisan para Nabi, dari tangan penjajah.

Lihatlah, mereka mempertanggung jawabkan warisan para Nabi.

Lantas, bagaimana dengan kita wahai kaum muslimin ?

Apa yang telah kita lakukan untuk Palestina ?

Masihkah kita mau menutup mata atas apa yang telah dilakukan oleh saudara kita di sana ?

Kelak, di hari akhir, mereka semua akan menjadi kekasih Allah, yang mendapatkan perlakuan yang istimewa. Dan bagaimana dengan nasib kita wahai kaum muslimin ? Masihkah Allah mau melihat wajah kita, atas ketidakpedulian kita hari ini terhadap Palestina dan saudara kita di sana ?
Tidakah ada rasa iri terhadap mereka, wahai kaum muslimin ?

Oh di manakah kaum muslimin ?

Lindungilah kami ya Allah di mana saja kami berada. Bukalah hati kami ya Allah atas apa yang menimpa saudara kami di sana. Jadikanlah kami umat yang bersatu padu, layaknya bangunan yang tersusun kokoh. Berilah kami kekuatan ya Allah, untuk menyelamatkan kemuliaan Islam dari tangan-tangan kaum kuffar. Hasbunallah wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’man nashir.

InsyaAllah, Palestine tomorrow will be free!.*/Mustabsyirah, pegiat komunitas penulis Malika

 

sumber: Hidayatullah