Sahabat Kenang Kegigihan dan Kesederhanaan Ali Mustafa Yaqub

Ali Mustafa Yaqub telah meninggalkan dunia untuk selamanya. Namun, sosoknya masih terus melekat di benak sahabat dan rekan sejawat.

Ketua Dewan Syariah Yayasan Pendidikan Islam Al Azhar, Shobahussurur, mengaku sangat mengenal Ali Mustafa Yaqub sebagai sosok yang sangat gigih. Ia melihat kegigihan itu senantiasa ditunjukkan almarhum, baik dalam menjalani kehidupan maupun dalam memperjuangkan Islam.

“Beliau merupakan teladan tepat santri yang sukses menjadi seorang kiai,” kata Shobahussurur kepada Republika.co.id, Kamis (28/4).

Shobahussurur sendiri sudah mengenal Ali Mustafa Yaqub sejak lama, sedari almarhum masih mengontrak sebuah rumah di kompleks UIN Syarif Hidayatullah. Ia mengetahui persis perjuangan almarhum dalam merintis Pondok Pesantren Darus-Sunnah, yang dimulainya dari sebuah pengajian-pengajian kecil.

Ia pun merasa terhormat karena sempat ditunjuk menjadi sekretaris semasa Ali Mustafa Yaqub mendirikan sebuah lembaga Islam yang secara khusus mengkaji hadis. Menurut Shoba, lembaga itu dibuat karena komitmen dan keteguhan Ali menggabungkan Alquran dan sunah sebagai panduan hidup umat manusia.

Hebatnya, lanjut Shoba, sosok Ali Mustafa Yaqub tidak berubah meski sudah menjabat posisi penting bagi umat Islam di Indonesia, termasuk sebagai imam besar Masjid Istiqlal. Ia berpendapat, kesederhanaan itu dapat dilihat langsung dari cara Ali menjalani hidup, termasuk rumah dan mobil yang ia gunakan sehari-hari.

“Sangat bersahaja, dengan cara hidup yang penuh kesederhanaan,” ujar Shoba.

 

 

sumber: Republika Online

KH Ali Mustafa Yaqub dan Kritik Haji Pengabdi Setan

Mantan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Kiai Haji Ali Mustafa Yaqub wafat di usia 64 tahun pada Kamis pagi ini. Mantan anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu dikenal sebagai kiai dengan tutur kata yang lembut. Setiap materi dakwah yang disampaikan ahli hadist ini juga dinilai sangat menyejukkan.

Ali Mustafa dikenal sebagai ulama moderat dan pemandu para pemimpin dunia saat berkunjung ke Masjid Istiqlal, Jakarta. Kiai kelahiran Batang, Jawa Tengah, 2 Maret 1952 itu pernah mengkritik kebiasaan orang Indonesia yang gemar melakukan ibadah haji berulang-ulang.

Dalam sebuah kolom yang dia tulis di Majalah Gatra edisi 10 yang terbit pada Januari 2006, Ali Mustafa Yaqub menyindir orang yang gemar naik haji berulang-ulang sebagai ‘pengabdi setan’.

Menurut Ali Mustafa tak ada satu pun ayat yang menyuruh umat Islam melaksanakan haji berkali-kali, sementara masih banyak kewajiban agama yang harus dilakukan. Seperti menyantuni anak yatim dan memberi makan fakir miskin.

“Apakah haji kita itu mengikuti Nabi SAW? Kapan Nabi SAW memberi teladan atau perintah seperti itu? Atau sejatinya kita mengikuti bisikan setan melalui hawa nafsu, agar di mata orang awam kita disebut orang luhur? Apabila motivasi ini yang mendorong kita, maka berarti kita beribadah haji bukan karena Allah, melainkan karena setan,” tulis Ali Yaqub dalam kolomnya seperti dikutip detikcom, Kamis (28/4/2016).

Kolom yang terbit 10 tahun lalu itu hari ini kembali menyebar di berbagai grup perbincangan untuk mengenang Ali Mustafa yang wafat pagi tadi.

Menurut Ali Mustafa, masih banyak orang yang beranggapan, setan hanya menyuruh kita berbuat kejahatan atau setan tidak pernah menyuruh beribadah. Dia kemudian mencontohkan saat sahabat Abu Hurairah pernah disuruh setan untuk membaca ayat kursi setiap malam. Padahal ibadah yang dimotivasi rayuan setan bukan lagi ibadah, melainkan maksiat.

“Jam terbang iblis dalam menggoda manusia sudah sangat lama. Ia tahu betul apa kesukaan manusia. Iblis tidak akan menyuruh orang yang suka beribadah untuk minum khamr. Tapi Iblis menyuruhnya, antara lain, beribadah haji berkali-kali. Ketika manusia beribadah haji karena mengikuti rayuan iblis melalui bisikan hawa nafsunya, maka saat itu tipologi haji pengabdi setan telah melekat padanya,” tulis dia.

Ali Mustafa kemudian mengutip hadis qudsi riwayat Imam Muslim. Dalam hadis tersebut  ditegaskan bahwa Allah dapat ditemui di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang kehausan, dan orang menderita. Nabi SAW tidak menyatakan bahwa Allah dapat ditemui di sisi Ka’bah.

“Jadi, Allah berada di sisi orang lemah dan menderita. Allah dapat ditemui melalui ibadah sosial, bukan hanya ibadah individual. Kaidah fikih menyebutkan, al-muta’addiyah afdhol min al-qashirah (ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual),” tulis Ali Mustafa.

Menurut dia, jumlah jamaah haji Indonesia yang tiap tahun di atas 200.000 sekilas menggembirakan. Namun, bila ditelaah lebih jauh, kenyataan itu justru memprihatinkan, karena sebagian dari jumlah itu sudah beribadah haji berkali-kali. Boleh jadi, kepergian mereka yang berkali-kali itu bukan lagi sunah, melainkan makruh, bahkan haram.

Selamat jalan Kiai Ali Mustafa Yaqub, ulama sejuk dengan tutur bahasa halus.

 

(erd/nrl)/ Detik.com

‘Kicau’ Terakhir Mantan Imam Besar Istiqlal Ali Mustafa

Mantan imam besar Masjid Istiqlal Ali Mustafa Yaqub meninggal dunia. Pengasuh Pesantren Ilmu Hadis Darus Sunnah Ciputat, Tangerang Selatan, itu meninggal di RS Hermina, Ciputat, Kamis (28/4/2016) pukul 06.00 WIB.

Semasa menjadi sebagai imam besar Masjid Istiqlal, Ali Mustafa dikenal tegas namun tetap sesuai aturan. Pada 13 Maret 2015, ahli hadits dan intelektual muslim kaliber internasional yang pernah memandu Presiden Barack Obama masuk Masjid Istiqlal itu menyampaikan ciutan terakhirnya di Twitter.

Pada posting berisi 30 poinnya itu, Ali Mustafa membahas terorisme dan ISIS atau NISS dalam judul ‘NIIS, Khawarij, dan Terorisme’.

“Setiap perbuatan terorisme dan radikalisme haruslah dipahami sebagai kriminalisasi yang dilakukan seseorang yang boleh jadi menganut agama tertentu,” tulis dia dalam akun twitter-nya @AliMustafaYaqub.

Ia juga menilai bahwa terorisme, dapat lahir dari ketidakadilan, didesain dan dipelihara pihak-pihak tertentu untuk kepentingan tertentu. “Terorisme juga dapat lahir karena kebodohan dalam memahami agama,” tambah Ali.

Dalam cuitnya itu, dia juga menceritakan saat bertemu para senator Amerika Serikat yang menanyakan soal ISIS dan Islam. “Ketika kami menerima empat senator AS di Masjid Istiqlal dan mereka menanyakan tentang ISIS/NIIS kami jawab bahwa NIIS bukanlah gerakan Islam,” kicaunya.

“ISIS tidak pernah lahir dari rahim umat Islam. Hal itu karena ISIS karakter dan perilakunya sangat jauh bertentangan dengan ajaran Islam,” imbuh Ali Mustafa.

Karena itu, lanjut dia, mengaitkan ISIS dengan Islam akan melahirkan kesimpulan yang salah. Karena Islam adalah ajaran yang tertulis dalam Al Quran dan Hadist.

 

sumber: Liputan6