Tafsir Surah As-Sajadah Ayat 1-2: Kebenaran Al-Qur’an Sebagai Kitab Suci

Surah as-Sajadah ayat 1-2, sejatinya menguraikan tentang kebenaran Alquran sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah yang tak terhingga pengetahuan-Nya. Pengetahuan Tuhan meliputi pelbagai hal; zahir dan batin. Tak ada yang luput dari pengetahuan Allah.

Demikian itu tersurat dalam Alquran, Q.S. as-Sajadah; 1-2. Allah berfirman;

الٓمّٓ . تَنۡزِيۡلُ الۡكِتٰبِ لَا رَيۡبَ فِيۡهِ مِنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِيۡنَؕ

Alif-Laaam-Miiim, Tanziilul Kitaabi ‘laaraiba fiihi mir rabbil ‘aalamiin

Artinya; “Alif Lam Mim. Penurunan Al-Kitab tidak ada keraguan padanya, dari Tuhan semesta alam. 

Dalam Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (2017), Profesor M. Quraish Shihab mengatakan penafsiran Surah As-sajadah Ayat 1-2, menjelaskan Kebenaran Alquran Sebagai Kitab Suci.  Selanjut, ia menerangkan setidaknya terdapat  tiga  sisi unik unik yang terdapat dalam surah as-Sajadah ini. Lebih lanjut

Pertama, ayat ini dimulai dengan alfabetis (muqattha’ah). Lihat saja ayat pertama ; الٓمّٓ (alif, lam, mim). Lantas mengapa Allah memulai as-sajadah dengan ayat alfabetis? Apa hikmahnya?

Imam Ibn Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, menjelaskan, bahwa terjadi perselisihan pendapat ulama mengenai fawatihus suwar (baca; huruf alfabetis) di dalam Alquran. Para ulama ini kemudian merangkum pendapat mereka dalam kitab tafsirnya masing-masing.

Ibn Jarir Thabari, dalam  Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, menyebut bahwa alfabetis di dalam Alquran disebut sebagai pengenalan permulaan suroh.  Hikmah dibuat huruf-huruf alfabetis di awal, tambah Ibn Jarir  seyogianya sebagai strategi  awal pengenalan Alquran kepada orang kafir dan musyrik. Dengan mendengar kata-kata itu diharapkan timbul penasaran dalam hati mereka dan adanya dialog antara mereka terkait ayat pendek itu. Itulah strategi mereka. Kemudian, setelah mereka sudah siap untuk mendengar semuanya, barulah dibacakan kepada ayat selanjutnya.

Pendapat ini memiliki  sisi kelemahan. Hal itu bisa dilihat dari susunan awal Alquran, tak semua awal surah diawali dengan alfabetis. Selain itu, surah Ali Imron, dan al-Baqarah  yang menerapkan alfabetis diawal adalah suroh Madaniyah—yang notabenennya berisi perintah (khitob), dan bukan ditujukan kepada orang musyrik Mekah.

Fakhruddin ar-Razi dalam tafsir Mafatih al-Ghayb, berpendapat, bahwa Alif Lam Mim diletakkan di awal suroh berfungsi sebagai argumen untuk menunjukkan kehebatan Alquran. Dengan kata lain, tak ada makhluk yang bisa membuat Alquran, meskipun dengan huruf-huruf alfabetis, padahal kata-kata itu sering mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari.

Pendapat ini didukung pula oleh Imam Zamakhsayari, dalam tafsir al- kasysyaf. Ia berkata, sesungguhnya huruf-huruf alfabetis itu diulang-ulang, tujuannya adalah untuk menunjukkan makna tantangan dan cemoohan kepada orang orang yang meragukan Alquran.

Pendapat Ini pula merupakan pendapat yang sangat kuat. Bagaimana tidak? Lihat saja pelbagai ayat-ayat yang dimulai dengan alfabetis, niscaya sesudahnya pasti menjelaskan keagungan Alquran.

Keunikan kedua mengenai surah as-Sajadah adalah ayat ini berkaitan erat dengan awal surah al-Baqarah. Sejatinya ayat ini menegaskan tentang kedahsyatan Alquran. Dengan tegas Allah dalam berbicara bahwa Alquran itu bukan produk manusia, Alquran itu firman Tuhan. Dan itu tak ada keraguan di dalamnya.

Tentang ke dahsyatan Alquran ini, Abdul Qadir Jailani dalam Tafsir al-Jailani  mengatakan bahwa Alquran sejatinya berasal dari Allah. Isi Alquran itu berisi tentang pelbagai peraturan agama Islam. Tak ada juga keraguan dalam Alquran, ia berasal dari Tuhan sekalian alam.

Bagi orang yang meragukan Alquran, Syekh Abdul Qadir menyebutnya sebagai orang sesat. Ia menulis;

يشكون و يترددون في نزوله من عنده سبحانه اولئك الطاعنون الضالون

Artinya: Orang-orang yang ragu dan menolak tentang Alquran bersumber dari Allah, maka mereka orang yang sangat sesat.

Terkait kata robbul Alamin yang ada dalam ayat as-Sajadah 1-2, Quraish Shihab dengan mengutip pendapat Thabathabai, menjelaskan kata di atas  menunjukkan sebagai bantahan terhadap masyarakat jahiliyah—mereka percaya pada Allah sebagai pencipta— tetapi mereka meyakini bahwa Allah memberikan wewenang kepada Tuhan yang lain untuk mengatur alam semesta.  Dan Allah tidak mencampuri urusan Tuhan-Tuhan yang lain.

Dengan adanya robbul alamin dalam ayat di atas, jelaslah bahwa segala yang ada di alam berada dalam cakupan pemeliharaan dan pengaturan Allah.

Keunikan ketiga dari ayat awal as-Sajadah adalah, meskipun ada persamaan di awal dengan surah al-Baqarah, namun  terdapat juga beberapa perbedaan pada kedua surah ini. Perbedaan itu terdapat pada ujung ayat ini.  Bila dalam al-Baqarah berbunyi: hudal lil muttaqin, sedangakan dalam as-Sajadah menggunakan Min Robbil Alamin.

Mengenai persoalan ini, Quraish Shihab menjelaskan, sejatinya surah Al-Baqarah adalah surah Madaniah— turun setelah Nabi hijrah—, pada saat ayat ini turun komunitas muslim telah terbentuk di Madinah. Masyarakat Islam telah ada dalam sebuah komunitas utuh. Nah, penggunaan kata “hudal  lil muttaqin” sebagai pemantik agar masyarakat yang belum Islam, berpindah kepada Islam dan tertarik kepada ajarannya yang mulia.

Sedang berbeda dengan surah as-Sajadah, Allah menggunakan kata “Robbul Alamin (tuhan sekalian alam)”,  penyebabnya adalah ayat itu diturunkan kepada masyarakat Mekah, yang notabenenya  adalah orang-orang musyrik yang  tak mengesakan Allah, dan percaya adanya aneka Tuhan di alama raya mengendalikan bagian-bagian alam raya.

Secara umum ayat ini Tafsir Surah As-sajadah Ayat 1-2: Kebenaran Alquran Sebagai Kitab Suci. Sebagai kitab suci yang berasal dari Tuhan, tak ada keraguan di dalamnya. Kemukjizatan Alquran pun telah banyak terbukti.

BINCANG SYARIAH