Bergembira Sebagai Seorang Muslim

Segala puji bagi Allah. Selawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah. Amma ba’du. Allah Ta’ala berfirman,

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar ketakwaan kepada-Nya. Dan janganlah kamu meninggal, kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali Imran: 102)

Menjadi muslim merupakan kebahagiaan. Bagaimana tidak? Sebab dengan memeluk Islam kita bisa merasakan nikmatnya hidayah. Tahukah anda, seberapa besar keagungan nikmat ini?

Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِینَ إِذۡ بَعَثَ فِیهِمۡ رَسُولࣰا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ یَتۡلُوا۟ عَلَیۡهِمۡ ءَایَـٰتِهِۦ وَیُزَكِّیهِمۡ وَیُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبۡلُ لَفِی ضَلَـٰلࣲ مُّبِینٍ

Sungguh Allah telah menganugerahkan kepada orang-orang yang beriman, yaitu ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah), padahal sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran: 164)

Seorang ahli tafsir kontemporer kenamaan Syekh As-Sa’di rahimahullah (semoga Allah merahmatinya) mengatakan, “Nikmat yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya ini merupakan nikmat yang terbesar, bahkan itulah pokok seluruh kenikmatan yang ada; yaitu karunia kepada mereka dengan diutusnya Rasul yang mulia ini yang dengan perantara (dakwah)nya Allah menyelamatkan mereka dari kesesatan dan menjaga mereka dari kehancuran…” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 155)

Ketika menguraikan ayat di atas, Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri hafizhahullah (semoga Allah menjaganya) mengatakan bahwa salah satu pelajaran penting yang dapat dipetik dari ayat ini adalah, “Islam merupakan kenikmatan yang paling agung dan paling mulia bagi umat Islam. Maka, wajib untuk menyukurinya dengan mengamalkan (ajaran)nya serta mengikatkan diri dengan aturan syari’at dan hukum-hukum-Nya.” (Aisar At-Tafasir, Makt. Asy-Syamilah)

Maka, menjadi seorang muslim adalah sebuah kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan kenikmatannya, karena betapa agungnya nikmat ini. Inilah kenikmatan yang membuat para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum rela mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan nyawa mereka untuk berjihad di jalan-Nya. Dahulu, ketika belum mengenal Islam, ada di antara mereka yang begitu benci kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun, setelah mereka mengenal kebenaran Islam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berubah menjadi manusia di atas muka bumi ini yang paling mereka cintai.

Ini bukan dongeng atau khayalan. Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu mengatakan (setelah masuk Islam) bahwa dulu (di masa jahiliah) tidak ada orang yang lebih dia benci daripada beliau (Nabi). Namun tatkala sudah masuk Islam, maka tidak ada lagi orang yang lebih dia cintai daripada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. (lihat Kitab At-Tauhid li Shaffits Tsalits Al-‘Ali, hal. 66)

Oleh sebab itu, merupakan sebuah keburukan dan tindakan yang amat ceroboh tatkala banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan nikmat ini, bahkan menelantarkannya. Benarkah demikian? Lihatlah di sekeliling anda, berapa banyak kaum muslimin yang hidup di negeri ini? 100 juta lebih bukan? Jutaan manusia mengucapkan la ilaha illallah, namun banyak di antara mereka yang belum mengerti kandungan kalimat syahadat yang agung ini. Apa buktinya? Lihatlah, berapa banyak di antara mereka yang masih sering berdoa di kubur-kubur wali dengan tujuan untuk ber-tawassul kepada mereka?! Berapa banyak di antara mereka yang masih percaya dengan dukun dan paranormal?! Berapa banyak di antara mereka yang meremehkan masalah syirik dan menganggap dakwah tauhid sudah ketinggalan jaman?! Cermatilah kenyataan yang pahit ini, niscaya anda akan mengerti bahwa kenikmatan Islam yang Allah anugerahkan kepada anda merupakan kenikmatan yang tiada tara.

Maka, tidak semestinya seorang muslim merasa rendah diri di hadapan orang-orang kafir yang konon katanya telah mengalami kemajuan teknologi yang ‘sundul langit’ (mencapai langit, istilah orang Jawa, saya sering mendengar kata-kata ini dari ceramah ustadz Afifi hafizhahullah). Namun, hendaknya dia merasa bangga dan mulia dengan keislamannya. Bergembiralah saudaraku dengan nikmat Islam yang Allah berikan kepadamu! Allah Ta’ala berfirman,

قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَ ٰ⁠لِكَ فَلۡیَفۡرَحُوا۟ هُوَ خَیۡرࣱ مِّمَّا یَجۡمَعُونَ

Katakanlah, dengan keutamaan Allah dan dengan rahmat-Nya, maka dengan itu semua hendaknya mereka merasa bergembira. Hal itu lebih baik daripada apa yang mereka (orang-orang kafir) kumpulkan.” (QS. Yunus : 58)

Semoga Allah menambahkan kenikmatan ini kepada saya dan anda. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/77747-bergembira-sebagai-seorang-muslim.html