Buah Khuldi

Buah Khuldi adalah penamaan buah untuk nama pohon yang Allah ‘Azza Wajalla larang Nabi Adam dan istri beliau untuk mendekatinya. Sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla,

وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

“Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!” (QS. Al-Baqarah: 35)

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu mengatakan,

نوع من أنواع شجر الجنة; الله أعلم بها، وإنما نهاهما عنها امتحانا وابتلاء

Pohon ini merupakan salah satu pohon surga. Allah yang lebih tahu tentang hal tersebut. Akan tetapi, yang jelas Allah larang keduanya mendekati pohon tersebut sebagai bentuk ujian (patuh ataukah tidak).” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 49)

Akan tetapi, setan berupaya sedemikian kuat untuk menjerumuskan Nabi Adam dan Hawa ‘alaihimassalam agar tidak mematuhi perintah Rabbnya. Dalam sebuah riwayat [1] disebutkan bahwa setan berpura-pura menangis dengan tangisan yang menyayat sehingga mengundang iba keduanya. Setan mengaku bersedih jika keduanya nanti tidak akan menjumpai nikmat seperti ini, sampai ia berkata,

يا آدم هَل أدلك على شجرة الخلد ومُلك لا يبلى؟ وقال:”ما نهاكما ربكما عن هذه الشجرة إلا أن تكونا مَلَكين أو تكونا من الخالدين، وقاسمهما إني لكما لمن الناصحين”

Wahai Adam, maukah kutunjukkan manfaat pohon Khuld yang nantinya kamu akan menjadi malaikat di sini yang tidak akan lenyap? Rabbmu melarangmu memakannya agar engkau tidak menjadi malaikat dan kekal di sini. (Bahkan setan sampai bersumpah) dan mengatakan bahwa, aku ini benar-benar memberi saran yang baik untukmu.” [2]

Rayuan setan ini pun masuk ke dalam hati Adam dan Hawa dan keduanya menuruti bisikan tersebut. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطٰنُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وٗرِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْءٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهٰىكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هٰذِهِ الشَّجَرَةِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَا مَلَكَيْنِ اَوْ تَكُوْنَا مِنَ الْخٰلِدِيْنَ

Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya yang berakibat tampak pada keduanya sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia (setan) berkata, ‘Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini, kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu berdua termasuk orang-orang yang kekal (dalam surga).’” (QS. Al-A’raf: 20)

Allah pun memberikan teguran dengan menampakkan aurat lahir mereka karena telah melanggar apa-apa yang Allah perintahkan. Hal ini menunjukkan, bahwa kemaksiatan dalam hati sekalipun akan berdampak pada lahiriah manusia. Syekh As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan ayat ini dengan mengatakan,

ظهرت عورة كل منهما بعد ما كانت مستورة، فصار للعري الباطن من التقوى في هذه الحال أثر في اللباس الظاهر، حتى انخلع فظهرت عوراتهما، ولما ظهرت عوراتهما خَجِلا وجَعَلا يخصفان على عوراتهما من أوراق شجر الجنة، ليستترا بذلك

Nampaklah aurat keduanya satu sama lain, setelah sebelumnya tertutup. Keterbukaan batin (karena melanggar ketentuan Allah) memberikan efek kepada keterbukaan lahiriah (terbukanya aurat). Sampai benar-benar tidak ada yang menutupi aurat mereka dan nampaklah aurat keduanya. Mereka pun berupaya menutupinya karena malu dengan dedaunan surga.[3]

Jika Nabi Adam ‘alaihissalam langsung Allah tegur, bagaimana dengan kita yang bahkan kedekatan kita dengan Allah Ta’ala tidak sebagaimana kedekatan Nabi Adam alaihissalam?! Semoga Allah jaga kita dari perbuatan ingkar kepada Allah Ta’ala.

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/83097-buah-khuldi.html