Rasulullah SAW Selalu Menjaga Lidah dari Berkata Kotor

Imam Nawawi dalam kitabnya, Riyadlush Shalihin mengungkapkan, Rasulullah SAW senantiasa menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan buruk, menyimpang dan menjaga lisan dari berkata kotor, dusta, gosip, dan mengadu domba.

Sebaliknya, ungkap Imam Nawawi, Rasulullah SAW mengingatkan orang yang berpuasa sebaiknya menyibukkan tubuh dan lisannya untuk kebaikan, dengan cara membaca ayat-ayat suci Alquran serta berzikir, terutama ketika sedang berpuasa.

Imam Nawawi kemudian mengungkapkan hadis yang bersumber dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Di saat seseorang di antara kalian berpuasa, maka jangan berkata kotor dan menyimpang. Jika ada seseorang yang memakinya atau memukulnya, hendaklah ia (orang yang berpuasa) mengucapkan, ”Sesungguhnya saya sedang berpuasa.” Hadis Muttafaqun alaihi.

Bahkan, menurut Imam Nawawi, Rasulullah SAW mengancam seseorang yang berpuasa tetapi tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan bohong, maka puasa seseorang tersebut tidak akan mendapatkan pahala sama sekali.

Imam Nawawi mengutip hadis Rasulullah SAW yang bersumber dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan bohong dan melakuka kebohongan, maka Allah SWT tidak membutuhkan dia meski meninggalkan makan dan minum.” Hadis riwayatBukhari.

Menurut Imam Nawawi, termasuk arti puasa adalah meninggalkan makan, minum dan hubungah seksual di siang hari, yang pada hakikatnya hal-hal tersebut bersifat lahiriah. Juga meninggalkan kebohongan, ghibah, berkata kotor, perilaku yang buruk dan bergunjing yang pada dasarinya hal tersebut bersifat batiniah.

 

 

Republika Online

Yuk, Tiru Cara Rasulullah Berpuasa

Ramadhan adalah bulan istimewa. Diwajibkan di dalamnya berpuasa. Bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran, dilipatgandakannya pahala, yang sunah disejajarkan dengan yang wajib dan yang wajib dilipatgandakan 70 kali lipat. 

Pada bulan Ramadhan, ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Dan, pada bulan ini juga umat Islam diberikan sarana untuk diampunkan dosa-dosanya yang lalu. Yaitu, berpuasa sebulan penuh, shalat Tarawih sebulan penuh, dan ada malam lailatul qadar. Bila semua dilakukan dengan imanan wah tisaban, akan diampuni semua dosa kita yang lampau. 

Oleh sebab itu, kita harus semaksimal mungkin mengisi bulan suci Ramadhan ini dan menggapai banyak bonus yang diberikan Allah untuk umat Islam. Dalam berpuasa, kita wajib meneladani Rasulullah SAW. Demikian pula dalam memulai hari berpuasa dan mengakhirinya, kita meneladani beliau. 

Rasulullah SAW bersabda, “Berpuasalah ketika melihat hilal dan berbukalah ketka melihat hilal.” Dalam hadis yang diriwayatkan Ubadah bin ash-Shamit, Rasulullah SAW menyambut Ramadhan dengan khutbah singkat, “Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah SWT memberikan naungan-Nya kepada kalian. Dia turunkan Rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan, dan Dia kabulkan doa. Pada bulan itu, Allah SWT akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat rahmat Allah SWT.” (HR ath-Thabarani). 

Rasulullah SAW memuliakan bulan Ramadhan karena bulan nan suci ini adalah bulan ampunan dosa, bulan peluang emas melakukan ketaatan, bulan dilipatgandakannya amal saleh, serta bulan ditambahkannya rezeki orang mukmin. 

Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka kepada seorang yang berpuasa, balasannya adalah ampunan terhadap dosa-dosanya, dibebaskan dari neraka, dan mendapatkan pahala sebesar yang didapat oleh orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang tersebut. 

Dalam berpuasa, Rasulullah SAW memulai dengan menginapkan niat pada malam hari. Kecuali puasa sunah. Rasulullah bersahur dan mengakhirkannya. Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Bersahurlah kamu sekalian karena dalam sahur itu ada keberkahan.” (Muttafaq alaih). 

Dalam hadis lain dsebutkan bahwa Rasulullah mengakhirkan sahur. Beliau bersahur beberapa menit sebelum waktu Subuh. Beliau SAW juga bersabda, “Perbedaan puasa kami dengan puasa Yahudi adalah makan sahur.” (HR Muslim). Pada hadis lain, “Janganlah kamu sekalian meninggalkan sahur walau hanya dengan seteguk air karena sesungghnya Allah memberikan ampunan dan malaikat memintakan rahmat untuk orang-orang yang bersahur.” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban). 

Rasulullah juga menyegerakan berbuka. Beliau SAW bersabda, “Sesungguhnya manusia masih berada dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka.” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam berbuka, Rasulullah mengutamakan makanan yang tidak terkena api, seperti kurma dan air zamzam. 

Selama berpuasa, Rasulullah SAW memperbanyak amalan saleh, berdoa, dan beristighfar, khususnya menjelang berbuka. Semua perbuatan yang tidak bermanfaat dijauhinya, apalagi yang diharamkan Allah. Selama berpuasa, beliau mengokohkan dakwah, memperbanyak sedekah, mewujudkan keharmonisan dalam keluarga, dan amalan saleh lainnya. Semoga kita bisaa meneladani Rasulullah dalam berpuasa. Amin.

Oleh: Ahmad Satori Ismail

sumber: Republika Online