Dome of the Rock: Masjid Penyatu Keyaninan Islam dan Yahudi

Salah satu kekayaan sejarah yang bisa dipelajari dalam memahami sesuatu yakni sebuah bangunan. Melalui bangunan, kita seakan ditekankan untuk percaya bahwa suatu peristiwa di masa silam itu benar-benar terjadi.  Dalam konteks ini, dome of the rock atau yang disebut dengan Qubbat as Sakra atau Kubah Batu Karang merupakan salah satu masterpiece arsitektur Islam yang dibangun pada 71 H/ 691 M oleh khalifah Dinasti Umayyah, Abdul Malik.

Masjid ini merupakan masjid pertama yang secara bangunannya, ditutup dengan kubah batu di atasnya. Menariknya, bagi umat muslim, tempat ini dipercaya sebagai titik berangkatnya Rasulullah ketika perstiwa Isra’ Mi’raj, yang melakukan perjalanan malam ke langit.

Bagi umat Kristen disebut sebagai Gunung Moria, tempat Ibrahim mempersiapkan dirinya untuk mengorbankan Ishak AS. Nama lainnya juga sering disebut sebagai Gunung kuil (temple mount), yang diakui sebagai kuil Sulaiman AS.

Menurut orang Yahudi meyakini bahwa Nabi Musa, dengan mukjizatnya mendapat kitab Taurat, dan dulu pernah hilang, berada tepat di bawah Dome Of the Rock. Para Yahudi meyakini bahwa Jerusalem merupakan tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka yang dinyatakan melalui Nabi Musa, atas dasar kepercayaan itu, mereka punya hak penuh atas Jerusalem.

Itulah menjadi alasan mengapa sampai saat ini, pergolakan bangsa Arab Palestina dan Bangsa Yahudi Israel belum selesai sampai sekarang.

Secara letak geografis, Jerusalem berada di perbatasan Israel dan Yordania. Kota ini dipandang sebagai kota suci oleh banyak agama. Bagi kaum muslim kota ini kota penting, karena peristiwa Isra’ Mi’raj. Bagi kaum Nasrani Jerusalaem adalah kota suci di mana Yesus Kristus, disalib dan bangkit di Surga.

Dome of the Rock yang dibangun pada masa Bani Umayyah, dalam sejarah pembangunannya yakni untuk menandingi monument-monumen Kristen di Suriah dan Palestina, terutama Holy Sepulcher atau gereja Jirat Suci yang pada saat itu mendominasi pemandangan Kota Jerussalem.

Pembangunan Dome of the Rock tidak lain menyampaikan sebuah pesan religio politis kepada para penganut tiga agama, yakni: Yahudi, Kristen dan Islam. (Itsnawati Nurrohmah Saputri, Perkembangan Kubah Batu, Masjid Damaskus, Perluasan Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi pada Masa Khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan Walid Bin Abdul Malik, “ Millatī, Journal of Islamic Studies and Humanities” Vol. 2, No. 2, Thn. 2017)

Pembangunan masjid yang dilakukan oleh Khalifah Abdul Malik bukan tanpa usaha. Sebab sebelum memutuskan untuk membangun masjid dengan ditutup oleh kubah, ia mengirimkan surat kepada kepada gubernur pada setiap provinsi untuk mengetahui tanggapan atas pembangunan masjid tersebut. hasilnya justru, masyarakat sangat mendukung terhadap pembangunan masjid.

Dalam sejarah perkembangan bangunan, pada awalnya masjid ini tidak berdinding. Sebab pada pembuatannya adalah menjadikan kubah sebagi penutup batu suci yang ada di tengah-tengah sebagai titik pusat bangunan.

Baru kemudian dindingnya ditambahkan sebagai pengisi di antara pilar-pilar yang berdiri di atas denak segi ke delapan dari bahan ringan dan miring ke atas, yang seolah-olah membawa pandangan menuju ke Kubah yang besar serta keseluruhan permukaannya dilapisi dengan emas tipis.

Kubah batu memiliki Mihrab, sesuai dengan arah kiblat, berada di salah satu sisi segi delapan yang di tenggara, namun tidak ada mimbar. Kubah Batu lebih berfungsi sebagai monument Islam dibandingkan sebagai masjid, corak arsitekturnya tidak terlalu khas bangunan ibadah muslim (Taufik Rachman, Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase (Fase Terbentuk, Kejayaan dan Kemunduran), “JUSPI: Jurnal Sejarah Peradaban Islam,” Vol. 2 No. 1 Tahun 2018).

Keberadaan Dome of the Rock menjadi salah satu kekayaan umat Islam yang perlu dilihat sebagai bukti bahwa, dalam sebuah bangunan masjid, terdapat beberapa keyakinan yang dimiliki oleh masing-masing agama. Meskipun sampai hari ini masih menyisakan konflik antara masing-masing penganut agama.

Namun kita bisa melihat bagaimana eksistensi masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah bagi umat Islam. Akan tetapi menyimpan sejarah penting dalam perkembangan umat beragama dari masa khalifah hingga saat ini.

BINCANG SYARIAH