Hidup di Dunia Sangat Singkat seperti Pagi ke Sore

MANUSIA akan merasakan dahsyatnya Hari Kiamat. Hari itu mereka sungguh kebingungan. Tak ada yang peduli dan tak ada yang membantu. Manusia berlarian berusaha menyelamatkan diri masing-masing.

Di saat seperti ini, manusia melihat kehidupan dunia begitu singkat. Hidupnya hanya seperti pendeknya waktu pagi ke sore.

“Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari.”(An-Naziat 46)

Ketika kita sudah berpindah ke alam akhirat, kita baru sadar bahwa masa di dunia sangatlah singkat.

Dia (Allah) Berfirman, “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab, “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.” Dia (Allah) Berfirman, “Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui.”(Al-Muminun 112-114)

Lalu, masihkah kita akan bertengkar untuk masa sesingkat pagi dan sore ini? Akankah kita akan berebut untuk menumpuk bekal demi kehidupan yang akan segera berakhir ini?Apakah demi masa singkat ini, akan kita korbankan kehidupan akhirat yang abadi?

Sungguh tidak, ini adalah kebodohan terbesar. Dan tidak akan dilakukan oleh seorang yang mau mendengar dan melihat.

“Manusia itu tidur, saat mati baru ia tersadar”(Sayidina Ali bin Abi tholib).

INILAH MOZAIK

Hidup di Dunia hanya Sementara

SAUDARAKU, dunia yang sedang kita huni ini tiada lain hanyalah persinggahan semata. Tidak akan selamanya kita berada di dunia, malah sebenarnya kita tinggal di alam dunia ini hanyalah sebentar saja, bagaikan sekejap mata. Ada yang diberikan usia pendek oleh Allah, dan ada pula yang diberikan usia panjang. Akan tetapi, panjang dan pendeknya usia ini hanyalah pada pandangan manusia saja.

Ada orang yang panjang usianya, namun diisi dengan kesia-siaan bahkan kemaksiatan, maka usianya yang berpuluh tahun itu tiada artinya. Sebaliknya, ada orang yang usianya pendek, namun sangat padat dengan amal saleh dan ibadah kepada Allah, maka sesungguhnya masa hidupnya yang singkat di dunia ini telah memberikan arti yang sangat besar bagi dirinya.

Allah berfirman, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. al-Hadiid [57]: 20)

Demikianlah Allah menerangkan hakikat daripada dunia yang sedang kita tempati ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak tertipu oleh gemerlap kehidupan dunia yang penuh tipu daya ini. Karena tidak sedikit yang silau dengan kemilau harta kekayaan, keindahan dan kenikmatan yang berlimpah di dunia, sehingga mereka pun larut, terbuai dalam keindahan dunia yang fana dan akhirnya lalai dan tersesat.

Maka, sudah semestinya kita memohon perlindungan kepada Allah SWT agar diselamatkan dari tipuan dunia yang melenakan. Sudah seharusnya pula kita memohon kepada Allah agar melimpahi kita dengan petunjuk-Nya, sehingga kita tidak termasuk hamba-hamba-Nya yang tersesat di dunia. Karena sungguh betapa ruginya orang yang sejak di dunia sudah tersesat, maka di akhirat pun keadaannya tidak kalah sengsara.

Dalam sebuah riwayat disebutkan pernah suatu ketika Rasulullah menjenguk salah seorang sahabat yang sedang terbaring sakit. Sahabat ini tubuhnya sudah kurus karena sakit yang ia derita. Kemudian, Rasulullah bertanya kepadanya, “Apakah kamu berdoa atau meminta sesuatu kepada Allah?”

Sahabat itu menjawab, “Ya. Aku berdoa meminta kepada Allah, “Duhai Allah, siksa yang kelak Engkau akan berikan kepadaku di akhirat segerakanlah untukku di dunia.” Mendengar jawaban sang sahabat, Rasulullah pun bersabda, “Subhanallah! Sungguh engkau tidak akan sanggup menanggungnya. Mengapa engkau tidak mengucapkan, Allaahumma aatinaa fid dunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah waqinaa adzaabannaar (Ya Allah, berikan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari azab neraka).”

Maka, sang sahabat berdoa kepada Allah sesuai dengan arahan dari Rasulullah, dan Allah pun memberikan kesembuhan kepadanya. (HR. Muslim)

Doa yang Rasulullah saw ajarkan kepada kita ini sesuai dengan firman Allah SWT di dalam al-Quran, “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. al-Baqarah [2]: 201)

Allah SWT menghendaki agar kita meminta kepada-Nya dengan doa ini. Demikian pula yang Rasulullah ajarkan kepada kita. Tiada maksud dan tujuan dari diajarkannya doa ini kecuali pasti di dalamnya mengandung kebaikan yang sangat besar dan utama.

Saudaraku, dunia ini memang hanya persinggahan, hanya sementara saja kita tinggali dan jelas bukan tujuan perjalanan hidup kita. Dunia bukanlah akhir, melainkan hanya sekadar perantara untuk menggapai kehidupan sejati di akhirat.

Maka, kehidupan akhirat jelas jauh lebih utama daripada kehidupan di dunia. Tetapi, bukan berarti kita hanya menjalani kehidupan di dunia ini dengan ala kadarnya saja. Karena kesempatan hidup di dunia adalah karunia yang besar dari Allah SWT. Bagaimana tidak, hidup di dunia adalah kesempatan untuk beribadah kepada Allah, sedangkan kesempatan untuk beribadah kepada-Nya tiada lain merupakan karunia yang sangat besar dari Allah bagi setiap makhluk-Nya.

Bagi orang yang beriman kepada Allah, tiada waktu yang boleh terlewat sedikit pun di dunia ini kecuali harus bernilai ibadah di hadapan-Nya. Setiap kegiatan yang dijalani harus bernilai ibadah, sehingga menjadi pengundang datangnya pertolongan Allah selama hidup di dunia maupun nanti di akhirat.

Oleh karena itu, sekali pun dunia ini adalah kehidupan yang penuh onak dan duri, penuh ujian dan cobaan, bagaikan hutan belantara, namun orang yang beriman kepada Allah akan menjalaninya dengan ringan dan penuh rasa bahagia. Sedangkan bagi orang yang tidak beriman kepada Allah, sungguh dunia ini sangat terasa menjemukan baginya. Bahkan sebagian dari mereka ada yang merasa hidup di dunia ini seperti siksaan yang tiada ujungnya. Sehingga mereka pun merasa hidupnya sempit, sulit, dan terhimpit. Semoga kita bisa menjalani kehidupan dunia dengan riang dan tenang, penuh rasa bahagia. Aamiin. [*]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK