Jangan Tertipu

Jangan tertipu dengan amalan kita.

OLEH AHMAD AGUS FITRIAWAN 

Siapa yang tidak mengenal nama Abu Hurairah? Abu Hurairah (Sang Bapak Kucing) bernama asli Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi (lahir 598 M-wafat 678 M). Ia adalah sahabat yang banyak meriwayatkan hadis Nabi Muhammad SAW. Tercatat lebih kurang dari 5.374 hadis telah diriwayatkan Abu Hurairah.

Hadis-hadis itu pun masih kekal hingga kini, dihafal, dan diamalkan oleh banyak kaum Muslimin. Berapa banyak pahala akan mengalir kepada Abu Hurairah berkat jasanya yang luar biasa tersebut? Tentu amat banyak. Namun, rasa khasyah (takut) beliau amat besar sehingga merasa bekal menuju akhirat amatlah sedikit. Masya Allah!

Dari Ibnu Syaudzab diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Tatkala sakaratul maut menjemput Abu Hurairah, beliau menangis. Orang-orang bertanya, ‘Apa yang membuatmu menangis?’ Beliau menjawab, ‘Jauhnya perjalanan, sedikitnya perbekalan, dan banyaknya aral rintangan. Sementara tempat kembali, mungkin ke surga, atau mungkin ke neraka’.” (Meneladani Akhlak Generasi Terbaik, hal 29).

Abu Hurairah RA merasa bekal yang ia punya, yakni amal di dunia, amatlah sedikit. Ia pun tak yakin tempat kembalinya apakah ke surga atau neraka. Bila dibandingkan dengan kita yang kualitas dan kuantitas amalnya tentu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan beliau, terkadang merasa sangat yakin amal diterima. Merasa tenang-tenang saja dengan amal yang belum pasti bernilai atau tidaknya di sisi Allah SWT.

Jangan tertipu dengan amalan kita. Merasa sudah shalat lima waktu, shalat Rawatib, shalat Tahajud, shalat Dhuha, dan shalat sunah lainnya, tapi tak khusyuk dan tak berusaha khusyuk, kita jalankan shalat kita.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang mencuri yang paling buruk adalah orang yang mencuri shalatnya.” Sahabat bertanya, “Bagaimana ia mencuri shalatnya?” Beliau menjawab, “Ia tidak menyempurnakan rukuk, sujud, dan khusyuknya” (HR Ahmad).

Kita merasa sudah puasa Ramadhan, puasa sunah Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, tapi kita masih bermaksiat di dalamnya. Betapa banyak dari manusia yang mudah terjerumus kepada dosa lisan, pun begitu saat berpuasa.

Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta sewaktu berpuasa, Allah tidak menerima puasanya meskipun dia telah meninggalkan makan dan minumnya” (HR Bukhari 4/99).

Kita merasa sudah banyak melantunkan ayat-ayat Alquran, tapi tak kita tadabburi maknanya. Sekadar membaca Alquran tanpa memahami dan menadabburi dapat dilakukan oleh orang munafik maupun orang mukmin.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran adalah seperti buah raihanah, baunya sedap, tetapi rasanya pahit” (HR Bukhari dan Muslim).

Maka takutlah amal kita tak diterima oleh-Nya karena tak terpenuhinya ikhlas dan ittiba’. Sertakan rasa harap, panjatkan doa agar amal diterima oleh Allah Ta’ala. Semoga kita dapat senantiasa meningkatkan kualitas amal sehingga menyebabkan diterimanya amal kita di sisi Allah SWT.

Wallahu a’lam.

KHAZANAH REPUBLIKA