Kasus Rebana di Masjid dan Mudahnya Klaim Sesat yang Berbeda

Pada tanggal 5 Oktober 2023, seorang pria marah-marah di Masjid Al Ikhlas Palm Spring Jambangan Surabaya yang menuduh sekelompok anak muda yang latihan rebana di dalam mungkar dan bid’ah. Bahkan, ia sampai mengucapkan kalimat perbuatan syiah. Baginya hukum hanya ada dua, sunnah dan wajib. Persoalan ini memang telah diselesaikan secara kekeluargaan.

Ada hal menarik yang menjangkiti umat saat ini. Gairah nahi mungkar yang tinggi kadang tidak diikuti dengan kemapanan ilmu yang matang dan tingkat metode dakwah yang bijak. Nabi berkali-kali mengedepankan perkataan lembut dan santun, tidak hanya kepada umat Islam bahkan ajakan terhadap non muslim.

Persoalan rebana di Masjid dengan kelompok remaja masjid yang sedang melakukan latihan sungguh aktifitas mulia. Anak-anak muda zaman sekarang masih meramaikan dan terlibat dalam aktifitas di masjid sudah poin berharga. Bukan hanya nongkrong di jalanan, main gadget, dan persoalan aktifitas muda lainnya yang dekat dengan maksiat dan kemungkaran.

Jika kembali pada rebana, tentu ada dalil dan khilafiyah tentang musik dalam Islam. Tapi, tidak dengan rebana. Dalam banyak hadist ditemukan beberapa kebolehan memainkan rebana. Nabi sendiri datang ke Madinah disambut dengan kegembiraan dengan syiir tolaal badru dengan iringan rebana. Begitu pula masih ada hadist yang lain.

Persoalan masjid dijadikan latihan anak-anak muda memainkan rebana tentu masalah biasa. Apalagi itu menjadi rutinitas mereka. Meramaikan masjid asal tidak menggangu aktifitas ibadah bukan persoalan. Nabi pernah bersabda : umumkanlah pernikahan, dan lakukanlah di masjid, serta ramaikan dengan memukul duf (rebana). Apalagi anak-anak mud aini hanya latihan dan tidak melakukan hal mungkar dan maksiat.

Kearifan dalam berdakwah dan menyampaikan nasehat sekali lagi diuji dengan egoisme diri yang selalu merasa benar dan menyatakan orang lain salah. Akhlak menjadi tantangan umat saat ini tidak hanya kepada non muslim, bahkan kepada sesama muslim menjadi penting. Tidak sedikit klaim sesat, bid’ah munkar apalagi yang dalam kasus di atas tuduhan sesat kerap mudah meluncur di mulut seorang hamba.

Umat sering dijangkiti merasa paling benar di tengah persoalan khilafiyah. Inilah yang membedakan dengan para ulama terdahulu yang selalu menghargai perbedaan. Klaim sesat apalagi kafir sangat dihindari karena bisa menjatuhkan diri pada kekafiran akibat tuduhan kita.

Poin utama adalah akhlak. Merasa tidak selalu benar dan mulia adalah paling utama. Ingat dosa besar Iblis yang merasa dirinya mulia. Ia tidak syirik kepada Tuhan. Tidak pula meniadakan eksistensi Tuhan. Ia hanya digerogoti sifat sombong yang merasa dirinya mulia daripada Adam.

Sungguh kita dihadapkan pada ujian penting bagaimana merawat ukhuwah Islamiyah sebelum jauh berbicara tentang ukhuwah wathoniyah (kebangsaan) dan basyariyah (kemanusiaan). Pada poin ukhuwah Islamiyah ini kita mudah diadu domba dan dipecah belah. Mari jaga hubungan sesama muslim dengan santun di tengah khilafiyah dan pendapat panutan banyak ulama.

ISLAMKAFFAH