Kemuliaan Al Qur`an Al Karim (5)

Selanjutnya, di bagian akhir dari muqaddimah kitab Al-Burhan Fi ‘Ulumil Qur`an, Syaikh Badrud Din Muhammad bin Abdullah Az-Zarkasy Asy-Syafi’i rahimahullah menerangkan alasan penulisan kitabnya tersebut. Beliau rahimahullah mengatakan,

وَلَمَّا كَانَتْ عُلُومُ الْقُرْآنِ لَا تَنْحَصِرُ وَمَعَانِيهِ لَا تُسْتَقْصَى وَجَبَتِ الْعِنَايَةُ بِالْقَدْرِ الْمُمْكِنِ وَمِمَّا فَاتَ الْمُتَقَدِّمِينَ وَضْعُ كِتَابٍ يَشْتَمِلُ على أنواع علومه وكما وَضَعَ النَّاسُ ذَلِكَ بِالنِّسْبَةِ إِلَى عِلْمِ الْحَدِيثِ فَاسْتَخَرْتُ اللَّهَ تَعَالَى- وَلَهُ الْحَمْدُ- فِي وَضْعِ كِتَابٍ فِي ذَلِكَ… وَسَمَّيْتُهُ البرهان في علوم القرآن

“Ketika (telah diketahui bahwa) ilmu-ilmu Al-Qur`an itu tak terbatas dan makna-maknanyapun tak terliputi (oleh ilmu manusia), maka haruslah diberikan perhatian sekadar yang memungkinkan (untuk dilakukan). Dan salah satu yang terluput dilakukan ulama terdahulu adalah menuliskan kitab (secara khusus dalam bidang) yang mencakup berbagai macam ilmu-ilmu Al-Qur`an (Ulumul Qur`an). Dan sebagaimana ulama menuliskan kitab-kitab secara khusus dalam bidang ilmu Hadits, maka saya memohon petunjuk kepada Allah Ta’ala -Alhamdulillah-, untuk menuliskan sebuah kitab dalam disiplin ilmu Ulumul Qur`an….dan aku beri nama kitab ini dengan:  Al-Burhan Fi ‘Ulumil Qur`an.

(Selesai ringkasan muqoddimah Al-Burhan Fi ‘Ulumil Qur`an).

Nasehat Penutup

Di akhir serial artikel yang sederhana ini, penulis ingin menasehati diri sendiri khususnya, dan kaum muslimin semuanya -semoga Allah menambahkan hidayah-Nya kepada kita semua- bahwa menyibukkan diri dengan Al-Qur`an Al-Karim, baik dengan membacanya, memahaminya, mengamalkannya dan mendakwahkannya, adalah aktifitas yang sangat besar pengaruhnya bagi perbaikan keimanan diri kita. Karena orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengamalkannya, dijamin keluar dari kegelapan kemaksiatan kepada cahaya ketaatan kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ  

(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (Q.S. Ibrahim: 1).

Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan,

“Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia telah menurunkan kitab-Nya kepada Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan manfaat kepada makhluk, mengeluarkan manusia dari kegelapan, kebodohan, kekufuran, akhlak yang buruk dan berbagai macam kemaksiatan kepada cahaya ilmu, iman dan akhlak yang baik. Firman Allah, {بِإِذْنِ رَبِّهِمْ}

“dengan izin Tuhan mereka” maksudnya adalah tidaklah mereka mendapatkan tujuan yang dicintai oleh Allah melainkan dengan kehendak dan pertolongan dari Allah, maka di sini terdapat dorongan bagi hamba untuk memohon pertolongan kepada Tuhan mereka. Kemudian Allah menjelaskan tentang cahaya yang ditunjukkan kepada mereka dalam Al-Qur`an, dengan berfirman,

{إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ} “(yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” maksudnya adalah yang mengantarkan kepada-Nya dan kepada tempat yang dimuliakan-Nya, yang mencakup atas ilmu yang benar dan pengamalannya. Dalam penyebutan {العزيز الحميد} setelah penyebutan jalan yang mengantarkan kepada-Nya, terdapat isyarat kepada orang yang menitinya bahwa ia adalah orang yang mulia dengan pengaruh kemuliaan Allah, lagi kuat walaupun tidak ada penolong kecuali Allah. Dan terpuji dalam urusan-urusannya lagi memperoleh akibat yang baik” (Tafsir As-Sa’di, hal. 478).

Dari penjelasan di atas, sangatlah jelas bahwa barangsiapa yang ingin keluar dari dosa-dosa, ingin keluar dari kekurangan dan kelemahannya, maka perbanyaklah mempelajari Al-Qur`an dan mengamalkannya, bukannya justru menyedikitkan hal itu, sembari sibuk dengan urusan-urusan dunia dan memperbanyaknya sehingga sampai mengutamakannya melebihi Al-Qur`an.

Dari sini nampak sekali kerugian yang sangat besar ada pada diri orang yang terlena dengan dunia, sedangkan ia jarang menyentuh dan membaca Al-Qur`an, sedikit mengetahui tafsirnya, dan sedikit pula mengamalkannya. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa penulis, memperbaiki keimanan penulis, dan menerima amal penulis. Semoga Allah menganugerahkan kepada penulis kemudahan untuk banyak membaca Al-Qur`an dan Al-Hadits, mempelajari keduanya, serta mengamalkan keduanya. Sebagaimana penulis juga berdoa agar Allah anugerahkan hal itu semua kepada para pembaca. Amiin. Wallahu a’lam.

(Ringkasan Muqaddimah Kitab Al-Burhan Fi ‘Ulumil Qur`an)

Penulis: 

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/30648-kemuliaan-al-quran-al-karim-5.html

Kemuliaan Al Qur`an Al-Karim (4)

Profil Pakar Tafsir Al Qur`an, Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu

Kesaksian ilmiah sesama pakar Tafsir Al-Qur`an Al-Karim tentu lebih didahulukan daripada ulama dalam bidang lainnya, karena sesama Ahli Tafsir tentunya lebih tahu kehebatan sesama mereka. Adalah ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, sosok pakar Tafsir yang lebih dahulu dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu pun mengakui kehebatan ilmu Al-Qur`an Al-Karim ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu. ‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkomentar tentang keilmuan sosok ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu,

كَأَنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى الْغَيْبِ مِنْ وراء سِتْرٍ رَقِيقٍ

Seolah-olah ia melihat sesuatu yang gaib dari belakang tabir yang tipis.”

Ahli Tafsir lainnya, ‘Abdullah Ibnu Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu pun mempersaksikan kepakaran ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau berucap,

نِعْمَ تَرْجُمَانُ الْقُرْآنِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ

Sebaik-baik penafsir Al-Qur`an adalah Abdullah bin Abbas.”

Padahal ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu ketika itu masih berusia muda. Beliau masih sempat hidup selama 36 tahun setelah wafatnya Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Apabila pujian Ibnu Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu terhadap sosok pemuda yang bernama ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu setinggi itu maka bagaimana lagi dengan ketinggian ilmu ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu pada saat tiga puluh tahun lebih, sesudah wafatnya Ibnu Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu?

Ibnu Athiyyah rahimahullah menyebutkan sederetan nama-nama para pakar Tafsir Al-Qur`an Al-Karim,

فَأَمَّا صَدْرُ الْمُفَسِّرِينَ وَالْمُؤَيَّدُ فِيهِمْ فَعَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ وَيَتْلُوهُ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَهُوَ تَجَرَّدَ لِلْأَمْرِ وَكَمَّلَهُ وَتَتَبَّعَهُ الْعُلَمَاءُ عَلَيْهِ كَمُجَاهِدٍ وَسَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ وَغَيْرِهِمَا

“Adapun para ulama tafsir pendahulu dan mereka diteguhkan (oleh Allah Ta’ala), yaitu Ali bin Abi Thalib, selanjutnya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma -beliau mengkhususkan diri dalam menekuni ilmu tafsir dan menyempurnakannya- dan diikuti hal tersebut oleh para ulama sesudah beliau, seperti Mujahid, Sa‘id bin Jubair, dan selain keduanya.

Sebenarnya masih ada ulama-ulama besar dari Salafush Shalih, seperti Sa‘id bin Al-Musayyab, Asy-Sya‘bi, dan selain keduanya yang mereka ini sangat mengagungkan ilmu tafsir Al-Qur`an Al-Karim, namun mereka tidak berani tampil, padahal mereka mampu, hal itu karena kehati-hatian dan wara’ mereka.

Kandungan Tafsir Al Qur`an  Sangat Luas Tanpa Batas

Kemudian datang sesudah mereka tingkatan generasi para ulama Ahli Tafsir setingkat demi setingkat, semuanya menginfakkan rezeki ilmu Tafsir yang Allah Ta’ala anugerahkan kepada mereka, namun ketahuilah wahai para pembaca, tafsir yang mereka sampaikan tetap saja belum bisa meliputi semua penjelasan kandungan Al-Qur`an Al-Karim dari berbagai sisi dengan sempurna, masih banyak sekali mutiara-mutiara kandungan Al-Qur`an Al-Karim yang tidak bisa diliputi oleh ilmu seluruh makhluk, karena Al-Qur`an Al-Karim adalah sifat Allah Ta’ala, sedangkan sifat Allah tidak ada penghujung akhirnya!

Oleh karena inilah, Sahl bin Abdullah berkata,

لَوْ أُعْطِيَ الْعَبْدُ بِكُلِّ حَرْفٍ مِنَ الْقُرْآنِ أَلْفَ فَهْمٍ لَمْ يَبْلُغْ نِهَايَةَ مَا أَوْدَعَهُ اللَّهُ فِي آيَةٍ مِنْ كِتَابِهِ لِأَنَّهُ كَلَامُ اللَّهِ وَكَلَامُهُ صِفَتُهُ وَكَمَا أَنَّهُ لَيْسَ لِلَّهِ نِهَايَةٌ فَكَذَلِكَ لَا نِهَايَةَ لِفَهْمِ كَلَامِهِ وإنما يفهم كل بمقدار مَا يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيْهِ وَكَلَامُ اللَّهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ وَلَا تَبْلُغُ إِلَى نِهَايَةِ فَهْمِهِ فُهُومٌ مُحْدَثَةٌ مَخْلُوقَةٌ

“Seandainya seorang hamba dianugerahi seribu pemahaman pada setiap huruf Al-Qur`an, maka tidak akan bisa membatasi kandungan yang Allah simpan dalam suatu ayat di Kitab-Nya, karena Al-Qur`an itu adalah Kalamullah, sedangkan Kalamullah adalah sifat-Nya, sebagaimana Allah itu tidak berakhir, maka demikian pula (sifat-Nya, sehingga) tidak ada batas akhir untuk pemahaman terhadap Al-Qur`an. Yang ada hanyalah masing-masing (ulama) memahami (Al-Qur`an) sekadar ilmu yang Allah bukakan untuknya. Kalamullah itu bukan makhluk, maka pemahaman (manusia) -yang merupakan makhluk yang dulunya tidak ada- tentunya tidak akan sampai meliputi (seluruh) kandungan Al-Qur`an (dengan sempurna).”

Ringkasan Muqaddimah Kitab Al-Burhan Fi ‘Ulumil Qur`an)

[Bersambung]

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/30559-kemuliaan-al-quran-al-karim-4.html

Kemuliaan Al Qur`an Al Karim (3)

Apakah Maksud Ah-Shirath Al-Mustaqim dalam Surat Al-Faatihah?

‘Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu menafsirkan firman Allah Ta’ala,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus” (Q.S. Al-Faatihah) dengan berkata, “Maksud jalan yang lurus dalam ayat di atas adalah Al-Qur`an. Beliaupun menjelaskan lebih lanjut makna tunjukilah kami jalan yang lurus.

أَرْشِدْنَا إِلَى عِلْمِهِ

Tunjukilah kami ilmu tentang Al-Qur`an.

Seorang tabi‘in yang kata-katanya banyak dicatat dengan tinta emas dalam sejarah, Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan,

عِلْمُ الْقُرْآنِ ذِكْرٌ لَا يَعْلَمُهُ إِلَّا الذَّكُورُ مِنَ الرِّجَالِ

Ilmu Al-Qur`an adalah sebuah peringatan/nasihat, tidak ada yang mampu mengetahui (mengambil pelajaran)nya kecuali orang-orang yang hebat.”

Al-Qur`an Al-Karim adalah Rujukan untuk Setiap Masalah

Allah Ta‘ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (Q.S. An-Nisaa`: 59).

وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka keputusannya dikembalikan kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nya-lah aku kembali” (QS. Asy-Syuuraa: 10).

Maksud dikembalikan kepada Allah pada ayat di atas, adalah

dikembalikan kepada Kitabullah

Al-Qur`an Al-Karim adalah Sumber Seluruh Ilmu yang Ada Di Dunia Ini

Az-Zarkasy rahimahullah dalam menyampaikan pendahuluan kitab Al-Burhan Fi ‘Ulumil Qur`an ini juga membawakan kalimat yang mendalam,

وَكُلُّ عِلْمٍ مِنَ الْعُلُومِ مُنْتَزَعٌ مِنَ الْقُرْآنِ وَإِلَّا فَلَيْسَ لَهُ بُرْهَانٌ

Setiap ilmu dari berbagai macam ilmu (yang ada di dunia ini sesungguhnya) diambil dari Al-Qur`an, jika ilmu itu tidak diambil dari Al-Qur`an, maka ilmu tersebut tidaklah memiliki burhan.

Pakar tafsir di kalangan sahabat, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menyatakan,

مَنْ أَرَادَ الْعِلْمَ فَلْيُثَوِّرِ الْقُرْآنَ فَإِنَّ فِيهِ عِلْمَ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ فِي الْمَدْخَلِ وَقَالَ: أَرَادَ بِهِ أُصُولَ الْعِلْمِ

“Barangsiapa yang menginginkan ilmu (yang bermanfaat), maka hendaklah ia mendalami Al-Qur`an, karena di dalamnya terdapat ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang sekarang dan akan datang” (Diriwayatkan Al-Baihaqi di Al-Madkhal, dan beliau mengatakan yang dimaksud Ibnu Mas’ud adalah pokok-pokok ilmu [yang bermanfaat]).

Siapakah Satu-Satunya Sahabat yang Bergelar Lautan Ilmu Umat Ini?

Para ulama di kalangan sahabat radhiyallahu ‘anhum dahulu dikenal dengan keahliannya di dalam disiplin ilmu masing-masing. Di antara mereka ada yang dikenal ahli dalam bidang kehakiman dan peradilan, seperti ‘Ali radhiyallahu ‘anhu. Ada pula seperti Zaid radhiyallahu ‘anhu yang dikenal dengan keahliannya dalam bidang ilmu Waris. Mu‘adz radhiyallahu ‘anhu terhitung sebagai ulama yang ahli dalam masalah halal-haram. Ada pula yang dikenal sebagai Ahli Qira`ah, seperti Ubay radhiyallahu ‘anhu.

Kendati demikian, tidak ada satu pun yang digelari dengan Bahrul Ummah (Lautan ilmu Umat ini) kecuali Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu. Tahukah sebabnya? Karena keahlian ‘Abdullah bin Abbas yang mendalam dalam disiplin ilmu Tafsir Al-Qur`an Al-Karim.

(Ringkasan Muqaddimah Kitab Al-Burhan Fi ‘Ulumil Qur`an)

[Bersambung]

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/30202-kemuliaan-al-quran-al-karim-3.html

Kemuliaan Al Qur`an Al Karim (2)

Siapakah Ulama yang Paling Mulia?

Al-Harali rahimahullah berkata,

وَأَكْمَلُ الْعُلَمَاءِ مَنْ وَهَبَهُ اللَّهُ تَعَالَى فَهْمًا فِي كَلَامِهِ وَوَعْيًا عَنْ كِتَابِهِ وَتَبْصِرَةً فِي الْفُرْقَانِ وَإِحَاطَةً بِمَا شَاءَ مِنْ عُلُومِ الْقُرْآنِ

“Ulama yang paling sempurna adalah orang yang diberikan anugerah oleh Allah Ta’ala berupa pemahaman terhadap firman-Nya, hafal Kitab-Nya, mengajarkannya, dan mengetahui ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.”

Al Qur`an Al Karim adalah Kalamullah, Lebih Mulia dari Seluruh Ucapan Selainnya

Imam Syafi’i rahimahullah menyatakan,

جَمِيعُ مَا تَقُولُهُ الْأُمَّةُ شَرْحٌ لِلسُّنَّةِ وَجَمِيعُ السُّنَّةِ شَرْحٌ لِلْقُرْآنِ وَجَمِيعُ الْقُرْآنِ شَرْحُ أَسْمَاءِ اللَّهِ الْحُسْنَى وَصِفَاتِهِ الْعُلْيَا

Seluruh yang dikatakan (ulama) umat ini (tentang Hadist), hakikatnya merupakan penjelas As-Sunnah, sedangkan seluruh As-Sunnah merupakan penjelas Al-Qur`an, sedangkan seluruh isi Al-Qur`an adalah penjelas nama Allah yang terindah dan sifat-Nya yang paling sempurna.

Ada pula keterangan dari selain beliau yang menambahkan kalimat berikut.

وَجَمِيعُ الْأَسْمَاءِ الْحُسْنَى شَرْحٌ لِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ وَكَمَا أَنَّهُ أَفْضَلُ مِنْ كُلِّ كَلَامٍ سِوَاهُ فَعُلُومُهُ أَفْضَلُ مِنْ كُلِّ عِلْمٍ عَدَاهُ

Seluruh nama Allah yang terindah adalah penjelas nama-Nya yang teragung, dan sebagaimana firman-Nya lebih mulia dari seluruh ucapan selainnya, maka ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur`an lebih mulia pula dari semua ilmu selainnya.

Barangsiapa yang Dianugerahi Kefahaman yang Dalam tentang Al-Qur`an, Ia Benar-Benar Telah Dianugerahi Karunia yang Banyak!

Allah Ta’ala berfirman,

أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar, sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal (baik) saja yang dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. Ara‘du: 19).

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا  ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur`an) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal (baik)lah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (Q.S. Al-Baqarah: 269).

Mujahid rahimahullah menafsirkan Al-Hikmah dalam ayat di atas dengan,

الفهم والإصابة في القرآن

“Pemahaman (yang bagus) dan kebenaran dalam memahami Al-Qur`an.”

Muqatil rahimahullah pun menyampaikan hal yang semakna,

يَعْنِي عِلْمَ الْقُرْآنِ

“(Al-Hikmah) maksudnya adalah ilmu Al-Qur`an.”

Apakah Penghalang Seseorang dari Memahami Al-Qur`an?

Sufyan bin ‘Uyainah menjelaskan firman Allah Ta’ala,

سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari ayat-ayat-Ku” (Q.S. Al-A’raaf: 146). Beliau berkata,

أَحْرِمُهُمْ فَهْمَ الْقُرْآنِ

“Aku akan halangi mereka dari memahami Al-Qur`an (sebagai hukuman bagi mereka.”

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah menyatakan di antara sebab seseorang tidak memahami Al-Qur`an adalah sibuknya hati memikirkan dunia, berikut ini pernyataan beliau.

لَا يَجْتَمِعُ فَهْمُ الْقُرْآنِ وَالِاشْتِغَالُ بِالْحُطَامِ فِي قَلْبِ مُؤْمِنٍ أَبَدًا

“Tidak akan berkumpul di hati seorang mukmin selamanya antara memahami Al-Qur`an (dengan baik) dan sibuk memikirkan perhiasan dunia.”

(Ringkasan Muqaddimah Kitab Al-Burhan Fi ‘Ulumil Qur`an)

[Bersambung]

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/30170-kemuliaan-al-quran-al-karim-2.html