Keutamaan Menyiapkan Makan Sahur

Menyiapkan makan sahur bukan hanya tentang mengisi perut sebelum berpuasa, tetapi juga mengandung banyak keutamaan, baik secara agama maupun kesehatan. Berikut “Kultum Singkat; Keutamaan Menyiapkan Makan Sahur

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَنْزَلَ فِي شَهْرِ رَمَضَان الْقُرْآنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِي خُلُقُهُ الْقُرْآنُ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ ذَوِي الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. أَمَّا بَعْدُ

Hadirin Pendengar Kultum Singkat yang dimuliakan Allah

Ibadah puasa harus dijalankan dengan penuh ketulusan. Sebagai bentuk ketulusan tersebut, kita harus mempersiapkan ibadah dengan sebaik-baiknya. Persiapan ini dapat berarti persiapan sebelum memasuki bulan puasa. Atau ketika sudah berada di bulan puasa.

Islam mengajarkan agar kita menyiapkan diri sebelum menjalankan ibadah puasa dengan melakukan makan sahur. Makan sahur tidak hanya merupakan persiapan yang bersifat lahiriah, untuk menyimpan energi selama menjalankan puasa. Tetapi, ada nilai keutamaan tersendiri di luar manfaat jasadiyah. Nilai-nilai itu telah dijelaskan dalam sejumlah hadis Nabi SAW dan penjelasan para ulama terhadap hadis tersebut.

Hadirin Pendengar Kultum Singkat yang dimuliakan Allah

Dalam konteks menjelaskan nilai keutamaan sahur ini, Rasulullah SAW menyabdakan:

تَسَحَّرُوا؛ فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

Makan sahurlah. Karena, dalam makan sahur terdapat keberkahan (HR. al-Bukhari).

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih al-Bukhari. Karenanya, kesahihan hadis tersebut tidak perlu dipertanyakan. Berdasarkan perintah dalam hadis tersebut, para ulama bersepakat disunnahkannya makan sahur. Imam al-Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim, jilid 7 halaman 206, mengatakan;

أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى اسْتِحْبَابِهِ وَأَنَّهُ لَيْسَ بِوَاجِبٍ

Para ulama bersepakat akan kesunnahan makan sahur, dan bahwa makan sahur bukan perkara yang diwajibkan.

Hadirin Pendengar Kultum Singkat yang dimuliakan Allah

Arti keberkahan dalam hadis adalah ia mengandung banyak sekali kebaikan. Di antara bentuk kebaikan makan sahur adalah ia dapat membuat orang kuat menjalankan ibadah puasa dan membuat lebih bersemangat. Dengan seperti itu, berpuasa menjadi terasa lebih ringan dijalankan.

Ketika puasa terasa ringan, ada keinginan untuk berpuasa lagi. Berbeda dengan orang yang tidak makan sahur, ia akan merasa berat menjalankan puasa. Mungkin ia akan menganggapnya sebagai ibadah yang berat. Demikian penjelasan Imam al-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim.

Hadirin Pendengar Kultum Singkat yang dimuliakan Allah

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menulis beragam bentuk keberkahan makan sahur:

الْبَرَكَةَ فِي السُّحُورِ تَحْصُلُ بِجِهَاتٍ مُتَعَدِّدَةٍ ، وَهِيَ : اتِّبَاعُ السُّنَّةِ ، وَمُخَالَفَةُ أَهْلِ الْكِتَابِ ، وَالتَّقَوِّي بِهِ عَلَى الْعِبَادَةِ ، وَالزِّيَادَةُ فِي النَّشَاطِ ، وَمُدَافَعَةُ سُوءِ الْخُلُقِ الَّذِي يُثِيرُهُ الْجُوعُ ، وَالتَّسَبُّبُ بِالصَّدَقَةِ عَلَى مَنْ يَسْأَلُ إِذْ ذَاكَ ، أَوْ يَجْتَمِعُ مَعَهُ عَلَى الْأَكْلِ ، وَالتَّسَبُّبُ لِلذِّكْرِ وَالدُّعَاءِ وَقْتَ مَظِنَّةِ الْإِجَابَةِ ، وَتَدَارُكُ نِيَّةِ الصَّوْمِ لِمَنْ أَغْفَلَهَا قَبْلَ أَنْ يَنَامَ

Berkah dalam sahur dapat diperoleh dengan beberapa bentuk; mengikuti sunnah Nabi, menyelisihi ahli kitab, mengambil kekuatan untuk ibadah, menambah semangat, menolak perilaku buruk yang timbul akibat rasa lapar, mendorong sedekah kepada orang yang meminta sahur pada waktu sahur, berkumpul untuk makan sahur bersama, mendorong dilaksanakannya zikir dan doa pada waktu yang mustajab, membaca niat bagi orang yang lupa membaca niat sebelum tidur (Fath al-Bari Syarah Shahih al-Bukhari, jilid 4, halaman 140)

Hadirin Pendengar Kultum Singkat yang dimuliakan Allah

Ada poin yang menarik dalam penjelasan Imam Ibnu Hajar di atas. Yaitu, sahur menjadi sebab kita berbagi sedekah kepada orang lain yang membutuhkan makan sahur pada waktu sahur. Poin ini penting, tidak hanya bagi orang yang bersahur, tetapi bagi orang yang mau menyediakan makan sahur bagi orang lain. Poin ini sering dilupakan masyarakat kita. Memberi atau menyiapkan makan sahur untuk orang lain adalah suatu amalan yang utama.

Amalan menyiapkan makan sahur untuk orang lain sering dianggap remeh. Padahal, ia merupakan amalan sosial yang utama. Karena, amalan tersebut merupakan ibadah sosial yang dilakukan di bulan Ramadan untuk membantu orang yang akan menjalankan kewajiban agama. Dalam sebuah kaidah fikih dikatakan, al-muta’addi afdhalu min al-qashir.

Artinya, ibadah yang dapat bermanfaat untuk orang lain lebih utama dibanding ibadah yang hanya kembali kepada pelakunya. Menyiapkan makan sahur adalah bentuk saling tolong-menolong dalam kebaikan. Al-Qur’an mengatakan, wa ta’awanu ‘ala al-birri wa at-taqwa (saling tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan).

Tidak diragukan lagi bahwa menolong orang lain yang akan menjalankan ibadah puasa Ramadan adalah bentuk tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan.

Dalam riwayat Imam al-Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan, afdhalu as-shadaqah shadaqah fi Ramadan. Artinya, sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan. Berbagi makan sahur atau menyiapkan makan sahur merupakan bentuk sedekah di bulan Ramadan.

Sampai di sini, dapat kita pahami bahwa makan sahur memiliki banyak kebaikan. Salah satu kebaikan itu adalah memberi kesempatan orang berbuat baik kepada orang lain dengan cara berbagi atau menyiapkan makan sahur.

BINCANG SYARIAH