Khutbah Jumat Nikmat Memandang Wajah Allah di Surga

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ

Kaum muslimin jamaah shalat jumat rahimani wa rahimakumullahu yang senantiasa dirahmati oleh Allah ta’ala. Pada kesempatan hari yang penuh dengan berkah ini kembali khatib mengingatkan diri khatib sendiri dan juga para jamaah sekalian untuk senantiasa bersyukur kepada Allah ta’ala atas semua anugrah yang diberikan kepada kita semua. Berupa kesehatan, waktu luang, rizki serta kenikmatan terbesar berupa keimananan dan keislaman. Sehingga kita masih diperkenankan untuk mau dan mampu melaksanakan salah satu kewajiban yang Allah perintahkan kepada kita berupa shalat jumat berjamaah di masjid yang mulia ini.

Kenikmatan Allah ada dua ; nikmat Mutlaqah yaitu nikmat yang Allah berikan kepada seluruh makhluk di dunia, baik itu orang shalih, orang jahat bahkan orang kafir sekalipun. Tak terkecuali juga binatang. Semuanya diberikan rizki oleh Allah, diberikan kesehatan, diberikan sandang, papan, pangan, anak istri dan yang lainnya. Akan tetapi ada jenis kenikmatan yang khusus Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang dicintainya, dan tidak diberikan kepada orang selain mereka.

Kedua, yaitu nikmat muqayyadah, nikmat yang khusus berupa keimanan, keislaman dan nikmat bisa menghadiri shalat jumat di masjid yang mulia. Maka dari itu selayaknya kita senantiasa bersyukur kepada Allah atas kenikmatan ini agar Allah senantiasa menambahkan nikmatnya kepada kita semua, Allah ta’ala berfirman :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
(QS Ibrahim : 7).

Kaum muslimin jamaah shalat jumat yang dirahmati oleh Allah ta’ala, mari kita sama-sama bermohon kepada Allah ta’ala agar hari jumat ini menjadi moment bagi kita untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah. Moment untuk bertaubat serta meninggalkan kemaksiatan yang selama ini kita lakukan. Dan moment untuk senantiasa berdoa memohon keistiqamahan di dalam beribadah kepada Allah, seorang penyair menyatakan :

خل الذنوب صغيرها وكبيرها ذاك التُقى
واعمل كماشي فوق أر ض الشوك يحذر ما يرى
لا تحقرن صغيرة إن الجبال من الحصى

“Tinggalkanlah dosa-dosa yang kecil maupun yang besar! itulah hakikat dari ketaqwaan.
Dan berlakulah engkau seperti orang yang berjalan di atas tanah berduri! maka ia akan berhati-hati.
Dan jangan meremehkan dosa kecil karena gunung yang besar berasal dari kerikil-kerikil yang kecil.”
(Majmu’ Fatawa : 9/1066)

Allah ta’ala menyatakan :

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).”
(QS Al-Hijr : 99).

Kaum muslimin jamaah salat jumat yang senantiasa dirahmati oleh Allah ta’ala. Saat seorang hamba istiqamah melaksanakan ibadah kepada Allah ta’ala dengan penuh kesetiaan hinga ajal datang menjalang. Maka Allah ta’ala akan memberikan banyak sekali ganjaran serta pahala yang melimpah. Berupa jalan keluar dari berbagai masalah, Allah ta’ala menyatakan :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”
(QS. At-Talaq: 2).

Disamping itu Allah ta’ala juga akan menganugrahkan syurga kepada orang-orang yang setia beribadah kepada Allah ta’ala. Allah berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS An-Nahl 97)

Kaum muslimin jamaah shalat jumat yang dirahmati oleh Allah ta’ala, disamping semua keutamaan yang akan Allah ta’ala berikan. Allah juga akan memberikan anugrah yang tiada tara. Yang lebih besar dan lebih utama dari kenikmatan syurga. Allah ta’ala berfirman :

لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ ٱلْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.”
(QS Yunus : 26).

Dan makna TAMBAHAN yang akan diberikan oleh Allah kepada ahli syurga adalah kenikmatan berupa memandang wajah Allah ta’ala. Sebagaimana hal ini disebutkan sendiri oleh Baginda Nabi besar Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu hadits beliau yang mulia :

عَنْ صُهَيْبٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ ، قَالَ : يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ ؟ فَيَقُولُونَ : أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا ؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ ، وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ ؟ قَالَ : فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ ، فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ

“Dari Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Ta’ala Berfirman: “Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga)?
Maka mereka menjawab: Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka?
Maka (pada waktu itu) Allah Membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Maha Mulia), dan penghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai daripada melihat (wajah) Allah Ta’ala”.
(HR Muslim : 181).

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيَّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛

Kaum muslimin jamaah shalat jumat yang senantiasa dirahmati oleh Allah ta’ala. Demikianlah anugrah besar yang akan Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang setia beribadah kepada Allah dalam suka maupun duka. Dalam keadaan kaya maupun miskin. Kenikmatan berupa memandang wajah Allah yang mulia ini pula menjadi satu prinsip diantara prinsip-prinsip agama. Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan tatkala menjelaskan prinsip-prinsip sunnah :

والإيمان بالرؤية يوم القيامة كما روي عن النبي -صلى الله عليه وسلم- من الأحاديث الصحاح

“Dan beriman kepada ru’yah (orang beriman melihat kepada Allah ta’ala) kelak di hari kiamat sebagaimana diriwayatkan dari nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits yang shahih.”
(Ushulus Sunnah : 60)

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تَضَامُّوْنَ فِي رُؤْيَتِهِ

“Sesungguhnya kelak kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan. Kalian tidak akan berdesak-desakan di dalam melihat-Nya.”
(HR Bukhari : 7434, Muslim : 1432).

Kaum muslimin jamaah shalat jumat yang dirahmati oleh Allah ta’ala. Maka dari itu marilah kita senantiasa memohon keistiqamahan di dalam memurnaikan peribadahan kita kepada Allah ta’ala. Dan tak pernah bosan meminta kepada Allah agar kelak Allah berkenan menganugrahkan kenikmatan tersebut untuk kita. Diantara doa yang diajarkan oleh Nabi kita shalallahu ‘alaihi wa sallam berisi permohonan agar kita diberikan kelezatan memandang wajah Allah adalah :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ

“Ya Allah, Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu (di Surga), rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan.”
(HR An-Nasa’i : 3/54-55, Ahmad : 4/364. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih An-Nasai: 1/281).

Kaum muslimin jamaah shalat jumat yang senantiasa dirahmati oleh Allah ta’ala. Barangkali demikian saja khutbah yang bisa kami sampaikan pada kesempatan hari jumat yang mulia ini. Marilah kita tutup khutbah pada kesempatan siang hari ini dengan berdoa memohon kepada Allah ta’ala keistiqamahan, tambahan keimanan dan ketaqwaan.

Tak lupa kita juga berdoa memohonkan untuk saudara-saudara kita kaum muslimin yang sedang sakit agar segera diberikan kesembuhan. Dan saudara-saudara kita kaum muslimin di luar sana yang sampai hari ini belum diberikan hidayah serta kekuatan untuk menunaikan kewajiban-kewajiban sebagai seorang muslim.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخَوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُواْ رَبَّنَا إِنَّكّ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نًافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Ya Allah perbaikilah keadaan kami dan keadaan kaum muslimin, Ya Allah hilangkanlah kesedihan… hilangkanlah penderitaan…, Ya Allah Hinakanlah mereka yang menghina Nabi-Mu, rendahkanlah mereka yang mencela syariat dan hukum-Mu yang mulia nan agung.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ وَآَخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

Disusun oleh :
Ustadz Abul Aswad Al Bayati حفظه الله
Jum’at, 20 Rabiul Awwal 1442 H/ 06 November 2020 M

BIMBINGAN ISLAM

Khutbah Jum’at Sebuah Kalimat yang Berharga

إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستهديه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْه فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله. أما بعد:
فيا عباد الله، إني أًوصي نفسي وإياكم بتقوى الله، فقد فاز المتقون الموحدون وخاب المجرمون الفاسقون
فقد قال الله تعالى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
أما بعد:
فإن أحسن الكلام كلام الله، وخيرَ الهدى هدى محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار

Suatu hari seorang sahabat yang bernama Sufyan bin Abdillah ats – tsaqafy mendatangi rasulullah ﷺ untuk bertanya tentang perkara agama, beliau berkata

يَا رسول الله، قُلْ لِي فِي الإِسْلَامِ قَوْلًا، لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أحدًا بَعْدَك

“Ya rasulullah, sampaikanlah kepadaku sebuah perkataan yang tidak perlu lagi aku tanyakan kepada orang lain.”
Mendengar pertanyaan tersebut, rasulullah ﷺ pun bersabda:

قُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ

“Katakanlah : aku beriman kepada Allah ﷻ, kemudian istqamahlah.”
(HR. Muslim).

Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah.
Hadits ini menunjukkan kepada kita betapa bersemangatnya seorang sahabat nabi ﷺ untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan kualitas keislamannya, beliau bertanya tentang suatu perkara yang jelas, gamblang, bisa langsung beliau amalkan tanpa bertanya lagi kepada orang lain. Beliau berkata:

قولًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ

Katakanlah kepadaku sebuah perkataan yang ringkas tapi mengumpulkan kemanfaatan di dunia dan akhirat. Yang bisa aku hafal dan amalkan tanpa harus butuh bertanya kepada orang lain.

Rasulullah ﷺ pun langsung memberikan beliau sebuah kalimat ringkas, namun mengandung banyak mutiara hikmah, sebuah perkataan yang akan menghantarkan orang tersebut kepada kesuksesan di dunia dan akhirat. Beliau ﷺ bersabda:

قُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ

Katakanlah : aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah.

Maksud dari hadits di atas adalah bukan sekedar mengucapkan iman kepada Allah, namun, perkataan tersebut harus didasari oleh keyakinan dalam hati tanpa ada keraguan sedikitpun dan perkataan tersebut melazimkan adanya amalan anggota tubuh sebagai bukti kejujuran kata iman.
Karena iman mencakup keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan dan amalan dengan anggota tubuh sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama ahlussunnah.

Sebagai contoh, orang yang meyakini kebenaran islam tapi belum mengucapkan perkataan keimanan, belum mengucapkan dua kalimat syahadat, maka belum sah keimanannya. Sehingga jika ada orang yang ingin memeluk agama islam, tidak boleh kita tunda dirinya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat walaupun sebentar, karena kita tidak tahu kapan maut akan mendatanginya.

Jika dia mati sebelum mengucapkan dua kalimat syahadat, bagaimana hukumnya?
Maka orang tersebut tetap dihukumi sebagai orang kafir di dunia, sedangkan di akhirat dikembalikan urusannya kepada Allah ﷻ.

Begitu pula amalan, juga merupakan syarat / rukun keimanan, seseorang yang beriman kepada Allah ﷻ tentu akan beribadah kepada Allah, mentaatiNya dan menjauhi laranganNya.

Kaum Muslimin yang semoga diberikan keberkahan.

Lalu rasulullah ﷺ bersabda:

ثُمَّ اسْتَقِمْ

Sabda beliau ini menunjukkan keutamaan istiqamah dalam islam. Apa yang dimaksud dengan istiqamah?
Istiqamah yaitu: selalu bersabar untuk berada di atas jalan agama yang qawim/lurus ini. Sebagaimana firman Allah ﷻ:

واعبد ربك حتى يأتيك اليقين

“dan sembahlah Rabbmu sampai kematian mendatangimu”

Kalau ini yang difirmankan Allah ﷻ kepada rasulullah ﷺ untuk selalu istiqamah dalam ketaatan dan beribadah kepada Allah ﷻ, lalu bagaimana dengan orang selain rasulullah ﷺ?.

Oleh karenanya kaum muslimin, jadilah orang yang beriman kepada Allah ﷻ dan pertahankan keimanan tersebut sampai datangnya kematian.


Khutbah Kedua

الحمد لله رب العالمين، وبه نستعين على أمور الدنيا والدين، أشهد أن لا إلا الله إله الأولين والآخرين، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمد عبده وورسوله المبعوث رحمة للعالمين.
صلوات ربي وسلامه عليه وعلى آله وصحبه أجمعين

Kaum muslimin yang semoga dimuliakan Allah ﷻ.
Istiqamah di atas jalan ketaatan merupakan kunci untuk medapatkan ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan mendapatkan surga Allah nanti di akhirat.
Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang – orang yang berkata : Rabb kami Adalah Allah, kemudian mereka istiqamah, para malaikat akan turun dan berkata kepada mereka: “janganlah kalian takut lagi bersedih, dan terimalah kabar gembira yang telah dijanjikan kepada kalian berupa surga”.

Oleh karenanya para ulama berkata:

أَعْظَمُ الكَرَامَةِ لُزُوْمُ الاِسْتِقَامَة

“Karamah teragung (yang Allah berikan kepada hamba) adalah berupa selalu istiqamah (dalam ketaatan)”.

أَيُّهَا المؤمِنُوْن صَلُّوْا عَلَى نَبِيِّكُمْ فَقَدْ أَمَرَكُمُ الله بِهِ فَقَالَ:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتْ

اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

BIMBINGAN ISLAM 

Khutbah Jumat: Menyikapi Musibah Banjir 2020

Awal tahun 2020, banjir melanda banyak wilayah di Indonesia, terutama Jabodetabek. Karenanya Khutbah Jumat 3 Januari 2020 ini mengambil tema Menyikapi Musibah Banjir 2020.

Bagaimana sikap seorang muslim menghadapi musibah, terutama banjir yang terjadi di awal tahun ini? Berikut ini kami persembahkan dalam bentuk teks khutbah Jumat:

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا . مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memanjangkan usia kita hingga bisa memasuki tahun 2020 ini. Sungguh merupakan nikmat-Nya saat kita hidup dalam keimanan dan semoga kelak Allah mematikan kita dalam kondisi beriman pula. Maka marilah kita terus berusaha meningkatkan taqwa kepada-Nya.

Sholawat dan salam atas Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah memberikan keteladanan kepada kita semua. Bagaimana menghadapi segala hal dalam hidup ini. Baik yang kita sukai sehingga harus banyak bersyukur. Atau apa yang tidak kita sukai sehingga harus bersabar.

Jamaah Jum’at rahimakumullah,
Awal tahun 2020 ini kita dikejutkan dengan musibah banjir yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Terutama Jabodetabek. Tak hanya kerugian materi akibat terendam dan hanyut, banjir Jabodetabek juga menyebabkan sedikitnya 30 orang meninggal dunia.

Bagaimana sikap kita sebagai muslim menghadapi musibah banjir ini?

1. Sabar

Sikap pertama sebagai seorang muslim ketika menghadapi musibah atau hal-hal yang tidak disukainya adalah bersabar. Sabar bukan berarti menyerah dan berdiam diri tanpa ikhtiar. Sabar dalam menghadapi musibah adalah meneguhkan diri untuk tidak menyalahkan takdir Allah dan bertahan dalam mentaati-Nya serta menahan diri dari bermaksiat kepada-Nya.

Maka ketika menghadapi musibah, termasuk banjir, seorang muslim yang sabar tidak akan marah kepada Allah. Tidak adakan menyalahkan Allah. Kalimat pertama yang ia ucapkan adalah istirja’ yang berangkat dari kesadaran iman.

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

..Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami kembali). (QS. Al Baqarah: 156)

Kesadaran bahwa semua milik Allah dan semua akan kembali kepada-Nya membuat kita lebih ringan saat menghadapi musibah. Sebab kita menyadari semua adalah milik-Nya. Kita pun menjadi tak terlalu kecewa dan depresi menghadapi musibah seperti ini.

Dan yang lebih menggembirakan, orang-orang yang bersabar dengan mengucapkan kalimat istirja’ ini, Allah akan memberinya keberkahan, rahmat dan petunjuk. Sebagaimana Allah sebutkan dalam ayat selanjutnya. Yakni Surat Al Baqarah ayat 157.

Bahkan hadits shahih dijelaskan, orang yang bersabar dan mengucapkan istirja’ saat menghadapi musibah, ia akan mendapat pahala dan ganti yang lebih baik.

مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

Tidaklah seorang muslim mengalami musibah, lalu dia mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’  (dan berdoa) ‘ya Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya’. Melainkan Allah akan memberikan pahala dalam musibahnya dan memberinya ganti dengan yang lebih baik. (HR. Muslim)

2. Membantu korban banjir

Jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah,
Orang-orang mukmin itu bagaikan satu tubuh. Saat yang satu terkena musibah, selayaknya yang lain membantu. Jangan justru mem-bully orang yang terkena musibah.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan kalaupun kita juga terkena musibah, namun saudara kita lebih membutuhkan, Islam mengajarkan untuk membantunya. Semampu kita. Meskipun hanya dengan ucapan yang baik dan untaian doa. Tentu lebih baik lagi jika mampu membantu evakuasi, membantu konsumsi dan bantuan-bantuan lain yang diperlukannya.

Pertolongan ini bukan hanya dibatasi untuk saudara seiman. Saudara sebangsa dan sesama manusia pun perlu ditolong. Dan menolong orang yang membutuhkan seperti inilah yang akan mendatangkan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga musibah bisa berubah menjadi berkah.

وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”. (HR. Muslim)

3. Muhasabah dan introspeksi

Jamaah Jumat hafidhakumullah,
Datangnya musibah termasuk banjir 2020 ini seharusnya menjadi bahan introspeksi bagi kita. Muhasabah. Sebab pada umumnya musibah datang kepada kaum muslimin dalam dua jenis. Pertama, sebagai ujian. Kedua, peringatan.

Sebagai ujian, kita kuatkan kesabaran. Namun yang tak kalah penting, dengan berbagai fakta lapangan kita perlu introspeksi bahwa ada peringatan dalam musibah banjir ini.

Peringatan seperti apa? Peringatan sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar Rum: 41)

Sering kali bencana terjadi karena kerusakan yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Termasuk banjir juga demikian.

Kerusakan ini ada dua macam. Pertama, kerusakan lingkungan yang mengakibatkan terjadinya bencana. Dan ini merupakan bagian dari sunnatullah. Ketika hutan digunduli, air yang melaluinya langsung lewat tanpa terserap sehingga mudah terjadi banjir dan tanah longsor. Ketika sampah dibuang sembarangan termasuk ke sungai, ia akan menutup saluran air dan menjadi salah satu faktor banjir. Ketika gedung-gedung dibangun tanpa memperhatikan keseimbangan alam dan aliran air, juga menjadi salah satu faktor banjir.

Kedua, kerusakan jiwa manusia. Yakni dengan semakin banyaknya dosa dan kemaksiatan, Allah pun menegur manusia untuk kembali kepada-Nya. Kerusakan semacam ini sangat dikhawatirkan para sahabat sehingga ketika terjadi gempa di Madinah, Khalifah Umar bin Khattab meminta seluruh penduduknya untuk bertaubat.

BNPB menyebutkan, banjir yang meluas di awal tahun 2020 ini dipengaruhi oleh curah hujan yang sangat tinggi dan merata. Curah hujan pada 1 Januari 2020 tergolong ekstrim. Tertinggi selama 24 tahun terakhir. Yakni 377 mm/hari.

Kita bisa membuang sampah pada tempatnya. Kita bisa menanam kembali hutan dan pepohonan. Namun kita tak bisa mengendalikan curah hujan. Di sinilah pentingnya taubat nasuha serta menjauhi segala kemaksiatan dan dosa.

أَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْاللَّهَ الْعَظِيْمِ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Betapa pentingnya taubat nasuha agar Allah mengampuni dosa-dosa kita dan mendatangkan keberkahan dalam kehidupan kita. Tanpa keberkahan, hujan menjadi banjir dan kemarau membawa kekeringan. Dengan keberkahan dari Allah, hujan maupun kemarau akan mendatangkan kebaikan dan kesejahteraan.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’raf: 96)

Di akhir khutbah kedua ini marilah kita berdoa kepada Allah semoga Allah mengampuni kita atas segala dosa dan kesalahan. Juga memberkahi bangsa kita, menolong seluruh kaum muslimin. Dan menjadikan kita sebagai ahli surga.

Doa

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ . رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ . رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

[Khutbah Jumat Menyikapi Musibah Banjir 2020. Edisi 8 Jumadil Awal 1441 H bertepatan 3 Januari 2020. Muchlisin BK/BersamaDakwah]

BersamaDakwah


Adab Ketika Mendengar Khutbah Jumat

Bagaimanakah adab ketika mendengar khutbah Jumat?

Saat khutbah jumat sedang berlangsung, seorang dilarang menyibukkan diri dengan hal-hal yang bisa memalingkan konsentrasinya dari menyimak khutbah. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ: (أَنْصِتْ) وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

Jika kamu berkata kepada temanmu, “Diamlah” sementara imam sedang berkhutbah di hari jumat, sungguh ia telah berbuat sia-sia.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Seruan dia kepada kawannya supaya diam di saat imam sedang khutbah merupakan bentuk amar ma’ruf nahi munkar. Namun karena dilakukan pada saat yang tidak tepat, perbuatan tersebut menjadi tidak berpahala. Bahkan justru berdampak buruk bagi pelakunya. Karena jelas di akhir hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” فقد لغوت”, artinya: “sungguh kamu telah berbuat sia-sia.” Terlebih pembicaraan yang hukum asalnya mubah. Tentu lebih terlarang lagi.

Maksud sabda Nabi shallallahu’alaihiwasallam: فقد لغوت

(-faqod laghouta- artinya: “..sungguh ia telah berbuat sia-sia.”) dalam hadis di atas adalah, ia terluputkan dari pahala shalat jumat. Dalam riwayat Tirmidzi terdapat kalimat tambahan:

ومن لغا فلا جمعة له

“…barangsiapa berbuat sia-sia, maka tidak ada pahala shalat jumat untuknya.” (Imam Tirmidzi berkata: hadis ini hasan shahih. Para ulama hadis lainnya menilai hadis ini dha’if, hanya saja maknanya benar).

Dalam riwayat lain disebutkan,

ومن لغا وتخطَّى رقاب الناس، كانت له ظهرًا

“Dan barangsiapa yang berbuat sia-sia dan melangkahi pundak-pundak manusia, maka Jum’atannya itu hanya bernilai salat Zhuhur.” (HR. Abu Dawud, no. 347. Dihasankan oleh Al-albani dalam Shahih Abi Dawud

Hal ini bukan berarti shalat jumatnya batal. Shalatnya tetap sah, hanya saja ia terluput dari pahala shalat jumat. Dan cukuplah ini kerugian yang besar bagi seorang mukmin.

Ada pengecualian di sini, yaitu dibolehkan bagi khatib untuk berinteraksi dengan jama’ah, bila memang diperlukan. Begitu pula sebaliknya; seorang jamaah boleh berinteraksi dengan Sang Khatib. Namun ini sebatas kebutuhan saja. Artinya jangan sampai menyebabkan konsentrasi jamaah yang lain terganggu.

Seperti ini pernah terjadi di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika beliau sedang khutbah, salah seorang sahabat masuk ke masjid kemudian langsung duduk. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan dia supaya berdiri untuk shalat tahiyyatul masjid. (Lihat Shahih Al-bukhari, hadis no. 931)

Dalam kesempatan yang lain, ketika Madinah sedang ditimpa paceklik, salah seorang sahabat meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam supaya mendoakan turun hujan. Saat itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang khutbah jumat. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangan beliau, sejajar dengan wajah beliau serambi berdoa,

اللَّهُمَّ اسْقِنَا

(Allahummas Qinaa) “Ya Alllah, turunkan hujan kepada kami.”

Hujan pun turun ketika itu juga sampai hari jumat yang berikutnya. (Lihat Sunan An-Nasa’i, hadis no. 1515)

Diperbolehkan pula bagi makmum untuk melakukan hal-hal yang ada kaitannya dengan khutbah. Seperti mengamini doa khatib dan bershalalawat kepada Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Adapun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan khutbah: seperti mencatat faidah-faidah khutbah, menjawab salam (red. menjawabnya cukup dengan isyarat), men-tasymit orang yang bersin (mengucapkan yarhamukallah saat saudaranya mengucapkan alhamdulillah ketika bersin, ed) dll, maka tidak diperbolehkan.

Ada hadis lain yang menjelaskan tentang adab ketika khatib sedang khutbah Jumat, berikut ini hadisnya:

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمْعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ, غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمْعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ, وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَى

“Barangsiapa yang berwudhu lalu memperbagus wudhunya kemudian dia mendatangi shalat Jum’at, dia mendengarkan khutbah dan diam, maka akan diampuni dosa-dosanya antara Jum’at ini dengan Jum’at yang akan datang, ditambah tiga hari. Dan barangsiapa yang bermain kerikil, sungguh ia telah berbuat sia-sia.” (HR. Muslim)

Hadis kedua ini menjelaskan tentang larangan yang berkaitan dengan perbuatan. Adapun hadits pertama tadi menjelaskan tentang larangan yang berkaitan dengan ucapan.

Kesimpulannya adalah, saat khatib sedang berkhutbah, seorang makmum tidak boleh menyibukkan diri dengan hal-hal yang bisa membuyarkan kosentrasinya dari mendengarkan khutbah Jumat. Baik hal tersebut berkaitan dengan ucapan maupun perbuatan.

Bagaimana dengan orang yang bermain handphone ketika khutbah jumat?

Jawabannya adalah bermain handphone di saat khatib sedang berkhutbah juga tidak boleh. Hukumnya sama dengan orang yang bermain kerikil yang disinggung dalam hadis di atas. Jadi seorang yang sibuk bermain handphone ketika khatib sedang khutbah, ia juga terluputkan dari kesempurnaan pahala shalat jum’at.

Bagaimana bila seorang ingin merekam khutbah jum’at dengan handphone-nya?

Jawabannya adalah tetap terlarang bila dilakukan saat khatib sedang berkhutbah. Bila ia hendak merekam khutbah, sebaiknya dipersiapkan sebelum khatib memulai khutbah. Seperti saat khatib sedang naik mimbar atau sejak sebelumnya. Yang terpenting selama khatib belum memulai khotbah, maka dibolehkan bagi Anda untuk mengobrol atau mempersiapkan handphone Anda untuk merekam dst. Karena konteks hadisnya berbunyi: “Jika kamu berkata kepada temanmu, “Diamlah” sementara imam sedang berkhutbah di hari jumat, sungguh ia telah berbuat sia-sia.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Artinya bila imam tidak sedang berkhutbah; seperti saat sedang naik mimbar atau saat duduk antara dua khutbah, maka dibolehkan bagi Anda apa yang dilarang dalam hadiss tersebut.

(Tulisan ini adalah rangkuman faidah dari kajian Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad hafizhahullah, saat membahas Kitab Al-Jum’ah dari Shahih Muslim, di Masjid Nabawi Asy-Syarif)

____

Madinah An-Nabawiyyah, 11 Muharram 1436

Penulis: Ahmad Anshori

Editor: Muhammad Abduh Tuasikal

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/23375-adab-mendengar-khutbah-jumat.html

Agar Khutbah Jumat Bermanfaat Dan Berkesan Bagi Jamaah

Godaan setan memang sangat kuat, ketika sebelum jumatan, badan segar tetapi ketika mulai khutbah jumat jamaah bisa saja “terserang” rasa kantuk yang luar biasa bahkan sampai tertidur dan ajaibnya, setelah selesai shalat Jumat rasa kantuk itu hilang entah kemana.

Tidur ketika shalat Jumat merupakan hal yang dibenci oleh para salaf. Seorang Ulama di kalangan tabi’in, Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata,

كانوا يكرهون النوم والإمام يخطب ويقولون فيه قولا شديدا. قال ابن عون: ثم لقيني بعد ذلك فقال: تدري ما يقولون؟ قال: يقولون مثلهم كمثل سرية أخفقوا

Mereka (para sahabat) membenci orang yang tidur ketika imam sedang berkhutbah. Mereka mencela dengan celaan yang keras.”

Ibnu Aun mengatakan, saya bertemu lagi dengan Ibnu Sirin. Beliau pun bertanya, “Apa komentar sahabat tentang mereka?” Ibn Sirin mengatakan,

Mereka (para sahabat) berkata, orang semisal mereka (yang tidur ketika mendengarkan khutbah) seperti pasukan perang yang gagal. (tidak menang dan mendapatkan ghanimah).” 1

Dari sekian faktor penyebab rasa kantuk ini salah satunya adalah dari sisi khatib dan materi khutbah. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan agar khutbah jumat bermanfaat dan berkesan bagi jamaah.

[1] Hendaknya Khatib adalah orang yang benar-benar berilmu dan bukan khatib “karbitan”

Mesikpun punya banyak gelar dan gelar tinggi di urusan dunia, tetapi jika belum cukup ilmu untuk menjadi khatib hendaknya jangan menjadi khatib. Ini membuat khutbah jumat menjadi tidak menarik dan tidak menyentuh bahkan bisa salah.

Khatib-khatib “karbitan” (baik khatib jumat ataupun penceramah diberbagai tempat) seperti ini yang disebut sebagai “ruwaibidhah”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas,”2

[2] Khatib menjiwai dan menguasai materi khutbah

Para Khathib hendaknya menguasai dan menjiwai khutbahnya. Bukan sekedar pembacaan pidato yang kaku dan terkesan tidak menjiwai.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ

Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata,”Kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika berkhutbah, kedua matanya memerah, suaranya tinggi, dan kemarahannya sungguh-sungguh. Seolah-olah Beliau memperingatkan tentara dengan mengatakan:’ Musuh akan menyerang kamu pada waktu pagi’, ‘Musuh akan menyerang kamu pada waktu sore’.”3

Dan hendaknya berkata dengan jelas dan dipahami

Dalam riwayat lain,

وَلَكِنَّهُ كَانَ يَتَكَلَّمُ بِكَلاَمٍ بَيِّنٍ فَصْلٍ, يَحْفَظُهُ مَنْ جَلَسَ إِلَيْهِ

“Tetapi Beliau berbicara dengan pembicaraan yang terang, jelas, orang yang duduk bersama Beliau dapat menghafalnya.”4

[3] menyiapkan materi khutbah yang ringkas dan mengena

Karena khutbah yang ringkas menunjukkan khatib itu berilmu. Sebaiknya Khutbah hendaknya pendek dan tidak betele-tele, shalatnya lebih panjang, namun keduanya itu sedang-sedang saja. Khutbah terlalu panjang juga akan membuat bosan, ditambah lagi suasana siang yang cukup terik.

قَالَ أَبُو وَائِلٍ خَطَبَنَا عَمَّارٌ فَأَوْجَزَ وَأَبْلَغَ فَلَمَّا نَزَلَ قُلْنَا يَا أَبَا الْيَقْظَانِ لَقَدْ أَبْلَغْتَ وَأَوْجَزْتَ فَلَوْ كُنْتَ تَنَفَّسْتَ فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ طُولَ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلَاةَ وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ وَإِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْرًا

“Abu Wa’il berkata: ’Ammar berkhutbah kepada kami dengan ringkas dan jelas. Ketika dia turun, kami berkata,”Hai, Abul Yaqzhan (panggilan Ammar). Engkau telah berkhutbah dengan ringkas dan jelas, seandainya engkau panjangkan sedikit!” Dia menjawab,”Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Sesungguhnya panjang shalat seseorang, dan pendek khutbahnya merupakan tanda kefahamannya. Maka panjangkanlah shalat dan pendekanlah khutbah! Dan sesungguhnya diantaranya penjelasan merupakan sihir’.”5

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga bermanfaat

***

@laboratorium RS Manambai, Sumbawa Besar – Sabalong Samalewa

Penyusun: Raehanul Bharaen

Artikel www.muslim.or.id

___

1 Tafsir al-Qurthubi 18/117, Darul Kutub Al-Mishriyah, Koiro, cet.II, syamilah

2 HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah 1887

3 HR Muslim, no. 867

4 HR Tirmidzi di dalam Asy Syamail, no. 191

5 HR Muslim, no. 869

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khaira

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28217-agar-khutbah-jumat-bermanfaat-dan-berkesan-bagi-jamaah.html