Membaca Alquran dan Mengingat Mati

Berbicara soal hati berarti berbicara soal moral/mental.

عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ أَالبَا هِلِي قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ : الْقُلُوْبُ لَتَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الحَدِيْدُ  قِيْلَ يَا رَسُوْلُ اللّهِ وَمَا جَلاَؤُهَا؟ قَالَ قِرَاءَةُ الْقُرْأَنِ وَذِكْرُ الْمَوْتِ (رواه مسلم)

Artinya: “ Dari Abi Umamah Al-Bahili R.A dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “semua hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat”. Dikatakan: “Ya Rasulullah, apakah pembersihnya?” Rasulullah menjawab: “membaca Al Qur’an dan mengingat mati.” (HR Muslim)

Penjelasan: hadist di atas perlu ada analisa yang ilmiah agamis dari Ulama dan para intelek. Sebab berbicara soal hati berarti berbicara soal moral/mental yang menyangkut dan menentukan baik dan buruknya perilaku manusia.

Rasulullah menegaskan dengan sabdanya: “ingatlah sesungguhnya didalam tubuh itu ada segumpal darah. Bila dia baik, baiklah seluruh tubuh. Dan bila dia rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ingat, bahwa dia itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam Al Qur’an lebih dari seratus sepuluh ayat, Allah menyebut dan menerangkan soal hati yang essensial untuk kita perhatikan, antara lain sebagai berikut:

Hati seseorang yang berpenyakit menjadi sasaran empuk dari syaitan hingga menjadi hati yang kasar/keras (lihat Q.S. Al-Haj: 53). Hati yang berpenyakit tidak/belum terobati Allah akan menambah penyakit yang lain hingga bertambah-tambah. (lihat Q.S. Al-Baqarah: 10).

Hati yang takabbur (menolak kebenaran dan menghina orang lain) disegel/ditutup oleh Allah tidak bisa menerima petunjuk (lihat Q.S. Al-Mu’minin: 35). Orang yang tidak mau bertadabbur (berpikir, mempelajari, dan mengambil pelajaran) kepada Al-Qur’an, hatinya terkunci (lihat Q.S. Muhammad: 24). Hati orang kafir dalam kesesatan (lihat Q.S. Mu’minun: 63). Hati orang tidak beriman dan ragu kepada kebenaran senantiasa bingung/resah (lihat Q.S. At-Taubah: 45).

Rasa memperolok-olok/mempermainkan dan mengabaikan agama islam terdapat dalam hati orang-orang yang bergelimang dosa atau kafir (lihat Q.S. Al Hijr: 11 dan 12). Orang-orang yang tidak mengerti agama, tidak berfikir dan memusuhi islam, lahirnya tampak bersatu, tetapi sebenarnya hati mereka berpecah-pecah dan bermusuhan diantara mereka (lihat Q.S. Al-Hasyr: 14). Hati orang beriman bergetar takut kepada Allah, bila nama-Nya disebut (lihat Q.S. Al-Anfal: 2).

Allah memberi petunjuk kepada hati orang beriman (lihat Q.S. At-Taghabun: 11). Orang yang senantiasa ingat kepada Allah hatinya tentram (lihat Q.S. Ar-Ra’d: 28). Orang-orang yang mengagungkan Syi’ar agama Allah (memperjuangkannya) tanda hatinya bertaqwa (lihat Q.S. Al-Haj: 32). Menurut hadist, Rasulullah menegaskan bahwa Allah selalu melihat hati manusia dan amalnya (HR Muslim dari Abu Hurairah).

Dan di antara doa yang terbanyak dibaca oleh Rasulullah ialah: “wahai Dzat yang membolak-balik (menguasai) hati. Tetapkanlah hatiku dalam memeluk agamaMu”. (HR Tirmidzi). Jika sesuatu besi telah berkarat maka ia kotor dan lama-lama menjadi rapuh, kerapuhannya itu membahayakan tubuh seseorang bila melukainya. Bahkan menyebabkan kematiannya, karena terkena penyakit tetanus. Demikian pula kerapuhan hati seseorang. Seseorang yang hatinya berkarat, berarti kotor dan selanjutnya menjadi rapuh. Padahal setiap kerapuhan hati itu sulit dan mungkin tidak dapat menerima kesucian ajaran islam secara murni dan utuh. Kerapuhan hati itu membahayakan kemurnian pokok-pokok ajaran Islam.

Analisa singkatnya sebagai berikut.

Pertama, aqidah. Ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan, terutama aqidah tauhid. Ajaran ini adalah yang paling prinsipal dan asasi dalam Islam. Dia menjadi sumber kekuatan ruhani dan menentukan perilaku manusia sebagai manifestasi dalam peragaan/pengamalan pokok ajaran yang lain.

Tetapi bagi hati yang rapuh. Aqidahnya menjadi kotor dan rusak. Itulah yang disebut erosi aqidah. Akibatnya timbul syirik, khurafat, tahayul, mistik, pemujaan benda-benda mati hingga dipercayai dan dianggap bahwa dia bisa menyelamatkan atau membahayakan. Seperti penanaman kepala kerbau ketika akan membangun sebuah gedung, dan sebagainya. Selanjutnya termasuk erosi aqidah ialah pengultusan terhadap seseorang, kehilangan rasa tanggung jawab dan kelesuan berbuat baik dalam keadaan apapun.

Dalam konteks aqidah, kita melihat perilaku akibat erosi aqidah itu melanda sebagian umat islam Indonesia. Anehnya mereka tidak/belum merasa dan menyadari. Lebih aneh lagi kalau di antara mereka itu terdiri dari Ulama dan intelek Muslim. Kecuali erosi aqidah juga sebab adanya pengaruh sekularisme, terialisme, elitesme, dan isme-isme di luar ajaran islam.

Kedua, akhlaq. Ajaran yang berhubungan dengan pembentukan sikap mental. Rasulullah menegaskan, bahwa beliau di utus untuk menyempurnakan kemulian budi pekerti. Tetapi sebagaimana analisa tentang aqidah, maka soal akhlaq demikian pula. Artinya bila seseorang rapuh, maka akibatnya timbul sikap/sifat tercela lagi rendah. Seperti orang takabbur, tinggi hati, tidak menghargai orang lain, iri dengki, dusta, curang, serakah, ingin menang sendiri bila berkuasa, tidak mau dikritik, kepada atasan menjilat, kepada sesamanya mengabaikan atau acuh tak acuh, dan kebawah menekan bahkan kadang-kadang menindas, dan sebagainya.

Ketiga, ibadah. Ajaran yang berhubungan dengan peraturan dan tata cara hubungan manusia dengan Allah. Ini disebut ibadah mahdhah atau khusus. Dalam prakteknya timbul ria’ (ingin dilihat dipuji atau dinilai) akibat hati berkarat atau rapuh, maka amalnya sia-sia dihadapan Allah kelak.

 Oleh: HA Dimyati

Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah No. 2/63/Th.1983

IQRA REPUBLIKA