Berlapang Dada Sikapi Perbedaan

SELASA 10 Jumadats Tsaniyah 1436 (31 Maret 2015) lalu, masjid An-Nur Jagalan Malang kedatangan tamu istimewa, beliau adalah Fadhilausy Syaikh Abdul Karim Al Jarullah,  beliau adalah anggota Ad-Dakwah Wal Irsyad Kementerian Agama Kerajaan Saudi Arabia dan juga direktur Ma’had Tahfidhul Qur’an di kota Makkah.

Beliau memberikan taushiyah ba’da Maghrib dengan tema, “Dialah (Allah Ta’ala) Yang Mempersaukan Hati Kalian”  dan saya menjadi penterjemahnya.

Inti taushiyah adalah agar kaum Muslimin berlapang dada dalam menyikapi perbedaan pendapat dan tidak berpecah belah apalagi sampai berperang dan menumpahkan darah sesama Muslim.

Setelah adzan Isya’ taushiyah dilanjutkan sekitar 15 menit kemudian ditutup dengan doa indah dan mendalam, kemudian shalat Isya’ berjama’ah dan beliau menjadi imam shalat dengan bacaan Al-Qur’an yang indah dan menyentuh hati.

Setelah shalat Isya’ beliau menyampaikan sebuah pengumuman bahwa beliau mengelola “Daurah Internasional Tahfidh Al-Qur’an” yang berpusat di Makkah KSA, yaitu menghafal Al-Qur’an dalam jangka waktu 2 bulan dan menghafal satu halaman dalam 15 menit.

Daurah ini sudah berlangsung 14 tahun dan sudah berhasil melahirkan para penghafal Al-Qur’an laki dan perempuan yang berjumlah 1500 (seribu lima ratus) orang.

Beliau saat ini membuka cabang daurah ini di kota Malang dan membuka pendaftaran bagi yang berminat dan mempunyai kelebihan dalam hafalan dan kecerdasan.

Malamnya,  dilanjutkan makan malam di rumah seorang dermawan, jazahulloh khoir, yang dihadiri juga oleh Syeikh Sholeh bin Ali Az-Zumai’ hafidhahullah, salah seorang Direktur Ma’had Tahfidhul Qur’an di kota Makkah dan beberapa asatidz, diantaranya Syeikh Utsman Al-Makki Al-Hafidh dan Ustadz Farhan bin Thalib hafidhahumallah serta beberapa undangan lain.

Dalam kesempatan acara makan malam yang penuh manfaat, rahmat dan barokah ini beliau, Fadhilausy Syaikh Abdul Karim Al Jarullah hafidhahullah, memberikan wasiat.

Berikut ini 12 wasiat penting dari beliau;

Pertama, hendaklah kita berupaya maksimal untuk ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam berdakwah karena pengaruh keikhlasan sangat menakjubkan.

Kedua, hendaklah para dai selalu menjaga dan istiqomah shalat tahajjud karena shalat malam menjadikan seseorang lebih tegar dan istiqomah dalam menghadapi segala kesulitan.

Ketiga, jangan menyibukkan diri dengan mencacat dan mencari kejelekan serta mengkotak-kotak umat Islam.

Keempat, jangan terpengaruh dan jangan melayani orang yang selalu menghujat dan memfitnah kita karena menyibukkan diri dengan melayani mereka hanya menghabiskan waktu dan tenaga serta pikiran dan akhirnya kita tidak bisa berbuat apapun.

Kelima, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam saja didustakan bahkan oleh pamannya sendiri, tapi beliau sabar dan terus berdakwah.

Keenam, hendaklah kita jadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam sebagai suri tauladan kita.

Ketuju, hendaklah kita tingkatkan tawakkal kepada Allah dan kita perbaiki hubungan dengan Allah pasti akan datang berbagai macam kebaikan kepada kita.

Kedelapan, hendaklah kita selalu berusaha menyampaikan hidayah kepada manusia dan kita ingat selalu keutamaan-keutamaannya.

Kesembilan, terimalah kebenaran yang datang dari mana saja.

Sepuluh, terjun melayani manusia, menjenguk orang sakit, menguburkan jenazah, bersedekah dan kebaikan lainnya kepada manusia agar dakwah kita lebih mudah mereka terima.

Sebelas, kedepankan sikap tawadlu’ (rendah hati) setinggi apapun jabatan kita.

Dua belas, banyak berdoa kepada Allah sambil menangis terutama pada waktu-waktu dan keadaan-keadaan yang mustajab.

Demikian diantara ringkasan singkat wasiat agung beliau, semoga Allah mudahkan kita untuk mengamalkannya, aamiin.*/Malang, Rabu 11 Jumadats Tsaniyah 1436 / 01 April 2015

Akhukum Fillah

@AbdullahHadrami

HIDAYATULLAH

Menyikapi Perbedaan

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt, Dzat Yang Maha Menciptakan langit dan bumi, bintang-bintang dan segala macam makhluk yang hidup di dalamnya. Tak ada yang bisa menyaingi kesempurnaan-Nya dalam menciptakan. Maha Suci Allah dari berbagai kekurangan. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal..” (QS. Al Hujurot [49] : 13)

Saudaraku, kehidupan di dunia ini terdiri dari berbagai macam perbedaan. Ada perbedaan yang sangat besar yaitu perbedaan dalam hal akidah. Ada juga perbedaan di dalam satu akidah, mungkin berbeda madzhab, berbeda organisasi, berbeda keinginan. Sungguh banyak perbedaan itu.

Yang terpenting dari perbedaan adalah bagaimana kita menyikapinya. Karena perbedaan adalah sesuatu yang niscaya terjadi dalam kehidupan kita. Tidak mungkin kita bisa sama persis, selalu saja ada perbedaan. Bahkan dua orang kakak beradik yang kembar identik sekalipun, niscaya memiliki perbedaan. Bisa berbeda sifat, berbeda suara, berbeda tinggi badan, berbeda pekerjaan berbeda takdir jodoh dan ajalnya.

Yang terpenting dari setiap perbedaan itu adalah bagaimana agar perbedaan itu bisa menjadi jalan bagi kita semakin dekat dengan Allah Swt. Perbedaan ada tiada lain adalah karena izin Allah, maka semestinya perbedaan bisa menjadi jalan kita semakin mengenal Allah dan semakin dekat dengan-Nya.

Perbedaan jika disikapi dengan baik, akan menjadi suatu kekuatan yang produktif. Manusia lahir dari perbedaan, yaitu pertemuan sperma dan sel telur. Energi listrik hadir dari sebuah batu baterai kecil, juga dari perbedaan kutub positif dan negatif yang dihubungkan. Sebuah masjid yang berdiri megah dan indah juga terdiri dari berbagai bahan yang berbeda-beda, ada semen, ada batu bata, ada beton, ada baja, ada marmer, ada pasir. Pembangunannya juga melibatkan banyak ahli yang memiliki kepakaran berbeda-beda pula. Ada yang ahli arsitektur, ada ahli interior, ahli kaligrafi, ahli ukir, dan ahli-ahli lainnya.

Kita bisa saja berselisih karena perbedaan. Kita bisa membangun benteng perbedaan setinggi mungkin sehingga tidak bisa mengenal, bertegursapa, berkehidupan sosial dengan mereka yang berbeda dengan kita. Namun, tidak demikian yang Rasulullah Saw. ajarkan. Rasulullah Saw. memimpin Madinah yang penduduknya memiliki banyak sekali perbedaan. Ada perbedaan agama, ada perbedaan suku, perbedaan kemampuan ekonomi, dan lain sebagainya. Namun, kehidupan berjalan dengan rukun karena hakikatnya Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.

Jikalau timbul perselisihan maka itu adalah bagian dari dinamika kehidupan yang sesungguhnya bisa diselesaikan dan bisa ditemukan jalan keluarnya. Perbedaan adalah ladang amal ibadah bagi kita. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang bisa mensikapi perbedaan dengan arif dan bijaksana, sehingga perbedaan bisa menjadi bahan untuk tafakur tentang keagungan Allah dan menjadi jalan untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar