Sifat-Sifat Manusia Yang Dimurkai Allah

Seorang muslim tidak pernah lepas dari Surat Al-Fatihah. Puluhan kali Surat ini di ulang dalam Solat 5 waktu. Nah, kali ini kita akan membahas petikan terakhir dari Surat ini.

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS.al-Fatihah:7)

Pertanyaaannya, siapakah orang yang dimurkai itu? Apa saja sifat-sifatnya?

“Orang-orang yang dimurkai” memiliki sifat-sifat berikut ini :

1). Tidak menjalankan suatu perbuatan berdasarkan ilmu. Tubuhnya berpaling dan hatinya menolak kebenaran.

ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ

“Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.” (QS.al-Baqarah:83)

2). Sombong dan menentang perintah Allah yang tidak sesuai dengan keinginannya.

أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ

“Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong.” (QS.al-Baqarah:87)

3. Menyimpan kedengkian.

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ

Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. (QS.al-Baqarah:109)

4). Dzalim dan menebar permusuhan.

بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَىٰ غَضَبٍ

Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. (QS.al-Baqarah:90)

Tidak berbuat berdasarkan ilmu dan memelihara kedengkian membuat hati seseorang gelap dan keras.

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (QS.Al-Baqarah:74)

Hati yang gelap dan keras itulah yang menggiringnya kepada permusuhan, bahkan hingga melawan dan memusuhi makhluk terbaik di muka bumi seperti para Nabi.

أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ

Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (QS. Al-Baqarah:87)

Semoga bermanfaat.

Manusia Tempatnya Salah dan Lupa

JUDUL di atas adalah terjemahan dari pepatah Arab yang sangat populer dan seringkali menjadi dalil “pembenar” diri bagi orang yang melakukan kesalahan dan lupa akan sesuatu.

Pepatah itu tak salah karena memang ada landasannya, yakni hadits rimayat Imam Turmudzi: “Setiap anak Adam pernah berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya.” Ada juga hadits riwayat Ibnu Majah: “Sesungguhnya Allah menghapuskan dari umatku dosa ketika mereka dalam keadaan keliru, lupa dan dipaksa.”

Kemudian ada pertanyaan bagaimana dengan orang yang pura-pura lupa? Apakah dia juga juga dianggap tidak berdosa? Jawaban tegasnya adalah BERDOSA, bahkan dosanya bisa berlipat karena telah melakukan kebohongan publik yang merugikan orang lain. Nah, tipe pura-pura lupa seperti ini mulai marak jaman kita ini, terlebih orang-orang yang tertimpa kasus dan dibawa ke pengadilan. Rata-rata jawabannya adalah “saya lupa.” Dalam kasus di luar pengadilan juga banyak. Perhatikan kisah berikut ini.

Seorang tamu dengan malu-malu bertamu ke seorang ustadz yang dikenal ramah dan suka membantu kesulitan para jamaahnya. Ustadz itu bertanya: “Apakabar? Agak lama juga kita tak jumpa di pengajian?”

Orang itu dengan tersipu-sipu menjawab: ” Iya Ustadz. Saya baik ustadz. Saya sowan ke sini karena ingin berobat ustadz. Saya sakit.” Ustadz lalu bertanya sakit apa dan sejak kapan. Dijawabnya bahwa penyakitnya adalah penyakit lupa. Jadi pelupa. Ingatan hanya bisa normal untuk periatiwa jangka pendek, lewat sehari biasanya lupa. Lalu orang itu meminta saran obat pada ustadz itu.

Sebelum kasih saran obat, dengan senyum-senyum ustadz itu iseng bertanya: “Bagaimana dengan utang Bapak 25 juta ke saya tiga bulan yang lalu? Apa sudah ada?” Orang itu menjawab: “Maaf ustadz. Sudah lupa. Itu kan sudah lama. Jadi terhapus dari ingatan. Saya lupa betul. Makanya tanya obat pelupa.”

Tiba-tiba, ayam jantan milik ustadz berkokok. Ustadz berkata: “Itu ayam jantannya sudah besar. Itu ayam jantan yang 5 bulan yang lalu kau kasihkan ke saya.” Orang itu merespon: ” O ya. Waktu hujan-hujan itu ya ustadz?”

Ustadz tersenyum lagi sambil bergumam: “Hutang ke orang lupa. Kasih sesuatu ke orang ingat dan hapal. Hahaaa… manusia oh manusia. Catatan Malaikat cukup lengkap.” Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi |

INILAH MOZAIK